four

3.3K 377 130
                                    

EMPAT

"Yah kita bakal gak semeja lagi dong, Ret?"

Retta mengangguk dengan lesu. Untuk anak-anak semacam Retta yang memiliki teman semeja pintar, perpindahan tempat duduk ini bagai malapetaka. Karena biasanya tugas-tugas selalu dikerjakan dengan teman semeja. Bagaimana nasib dirinya jika mendapatkan teman semeja anak yang malas, bodoh atau bahkan lebih parah tukang tidur seperti si Ogie?

"Alamat gua gak bisa nyontek elo lagi kalau ada ulangan!"

Ratih terkekeh. Ia menepuk bahu sahabatnya menenangkan. "Gue doain deh dapet pasangannya si Titania...," ucap Ratih menyebutkan nama teman mereka yang sering kebut-kebutan rangking satu dengan Ratih.

Retta memutar bola matanya jengah. "Dia pinter sih! Tapi pelit! Gak suka bagi-bagi!"

Benar. Beberapa anak pintar memang suka menyimpannya sendiri. Tidak ingin dibagi-bagi. Mungkin hal itu baik demi membuat anak-anak tidak menggampangkan setiap tugas atau ulangan hasil jerih payah orang lain. Tapi bagi beberapa orang, hal itu dianggap tabu. Karena tidak ada rasa brotherhood-nya.

Setelah membereskan isi laci dan memasukkan barang-barang bawaan ke dalam tas, murid-murid kelas 12 IPS 3 kemudian maju ke depan kelas. Mereka antri menunggu giliran akan dipasangkan dengan siapa. Beberapa harap-harap cemas agar mendapat pasangan duduk yang pintar. Juga mendapatkan posisi duduk tidak terlalu depan. Biar ada celah sedikit untuk tidur dan ngemil atau bahkan main HP.

"Semoga gue duduk sama Jordan aja. Lumayan ada semangatnya kalau lihat wajah gantengnya gitu...,"

Ratih mendengus. Sebenarnya ia tak tau darimana pesona Jordan sehingga Retta begitu mengagumi cowok itu.

"Ogie sama Dewi...."

Seisi kelas langsung tertawa. Ogie si tukang tidur dipasangkan dengan Dewi si anak paling pendiam di kelas. Ditambah mereka ditempatkan di meja depan sendiri tepat depan meja guru. Bisa di pastikan suasana bakal sesepi kuburan.

"Mampus tuh Ogie gak bakal bisa ngebo lagi. Ada guru di depannya," bisik Retta pada Ratih

Ratih mengangguk sambil terkekeh. Ia memperhatikan beberapa anak yang sudah mulai menempati bangku-bangku di kelas. Sebenarnya ia tak pernah masalah dengan siapa akan duduk. Tapi tolong, Ya Allah... Please... Jangan sama si Jordan. Doa Ratih dalam hati.

"Retta duduk sama Dani."

Lah. Ratih menatap Retta di sampingnya yang memasang wajah syok. Sementara Dani hanya cengengesan. Niatnya ingin duduk sama Jordan pupus sudah.

"BU! SAYA GAK MAU!" Sambar Retta langsung ketika ia sudah mulai dapat kesadaran.

"Kenapa sih, Retta? Teman-teman kamu gak ada yang nolak. Sudah sana duduk!"

"Tapi, Bu--"

"Udah ayo! Lo harusnya bersyukur bisa semeja sama cogan. Banyak cewek lain yang nungguin duduk sama gue. YA GAK GIRLS?"

"KAGAAAAAAAK!"

Barisan para cewek kompak menggeleng. Beberapa bahkan membuat gerakan muntah. Dani emang ganteng. Tapi kalau kepedean gantengnya jadi ilang.

"Bodo amat."

Dani langsung merangkul Retta. Keduanya kemudian berjalan menuju bangku nomor tiga dari depan. Ratih tidak bisa membayangkan bagaimana ke depan. Pasti Retta setiap hari tambah curhat habis-habisan karena tingkah Dani.

"Ratih sama Jordan..."

Anjir. Gak salah denger nih gue?

"A--apa? Sama siapa, Bu?" Ratih bertanya memastikan pendengarannya tidak salah.

THE UNWANTED YOU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang