3] Error 404: Easy Choice And Good People Not Available In This Case

Start from the beginning
                                        

Aku menatapnya balik dengan tatapan tajam tanda nantangangin.

Jujur saja, kalau bukan dia anaknya absurd, aku juga tidak akan berbuat seperti ini. Bayangkan saja, bagimana perasaan kamu kalau tiba-tiba ada orang teriak yang bilang bahwa kamu stalker di depan banyak orang? Tapi kalian tidak pernah berbuat tindak kriminal tersebut. Bayangkan! Kesel banget pasti kan?

Waktu itu, kejadiannya seperti ini. 

Saat itu, kami—aku dan peserta MOS— semua sedang disuruh duduk sebentar karena panitia MOS sedang melaksanakan rapat diskusi dadakan. Dan, tiba-tiba saja, tepat pukul 8 menit 12 detik 10 dan suhu 24 derajat celcius, ada orang yang tiba-tiba berdiri sambil teriak dengan suara lantang. Tidak hanya suaranya saja yang lantang, dia juga sambil nunjuk-nunjuk nggak jelas gitu. Dan yang tambah absurdnya, kata-kata yang diucapkannya itu loh ... Membuat dia menjadi pusat perhatian.

"Heh! Lo ke mana aja? Udah gue cari-cariin ke mana-mana tapi nggak ketemu! Gue cuma mau bilang kalau gue su—

Dia menghentikan teriakannya sebentar dan melihat sekitar. Dia menyadari bahwa dia sudah menjadi pusat perhatian. Saat itu, aku yakin banget pasti malu abis

"Gue sukarang udah tahu kalau lo ... Lo stalker gue selama ini!"

Suasana langsung hening seketika.

Aku penasaran siapa orang yang dimaksud oleh dia. Soalnya, dia nunjuk-nunjuknya nggak jelas arahnya ke mana, untuk siapa dia berbicara juga nggak jelas. Akhirnya, aku memutuskan untuk bertanya, memastikan.

"Siapa emangnya?" tanyaku skeptis.

"LO!"

Hah? HAH? WHAT THE! Kapan aku ngelakuin kayak gitu? Kurang kerjaan banget. Nih orang sintingnya kebangetan ya?

"Gila, gue nggak nyangka lo bakal bisa masuk sekolah favorit ini, sama kayak gue. Segitu sukanya kah lo ke gue, sampai lo bela-belain  masuk sini?! Nggak puas lo nge-stalk-in gue nyampe rumah? Harus banget sampe sekolahan samaan?"

Seketika suasana langsung ramai oleh bisikan-bisikan orang. 

"Eh beneran? Gila, sinting banget tuh cewek!"

"Nggak usah deket-deket ah sama dia. Ntar, gue dijadiin babu buat bisa nge-stalk orang!"

"Gila, kriminal abis!"

"Eh, eh, bukannya dia perwakilan provinsi buat OSN tingkat Nasional dan dapet NEM tertinggi sekota? denger-denger dia nggak jadi ngelanjutin SMA ke luar kota. Apa jangan-jangan dia mau nyelesaian masalahnya terus lapor ke polisi?"

"Oh ... yang namanya Arza Hadiwijaya itu ya?"

"Eh, tapi kok dia masuk lewat jalur NEM? Kan bisa lewat jalur prestasi. Kalau gue jadi dia mah ngapain gue belajar buat UN. Toh, gue ada pegangan sertifikat. Dan, dia milih IPS, coy! Tahun ini, pemegang NEM tertinggi anak IPS, gila! Nggak nyangka gue!"

Aku tidak melihat daftar nama-nama orang yang keterima, toh buat apa? Hanya melihat statistik nem saja di website resmi. Aku terlalu malas untuk membebani otakku dengan semua nama orang yang belum tentu akan menjadi temanku.  Tapi, kenapa orang lain melakukan hal demikian? Dasar orang-orang tidak punya kerjaan.

Kalau dipikir-pikir ... Aku mengamati wajahnya, dan benar saja, aku kenal dia! Aku tahu dia! Hanya sebatas tahu nama dan tahu muka saja. Tapi, siapa dia yang berani nuduh tanpa bukti yang jelas? Dapet NEM tertinggi sekota? Masa iya? 

Sekolah ini memang favorit nomor 1 sekota, jadi passing grade-nya memang tertinggi di kota. Di website resmi penerimaan siswa baru sih memang dia yang menduduki urutan pertama, tapi kan belum tentu. Ada saja kan orang yang NEM-nya lebih tinggi, tapi memilih lewat jalur penerimaan lain? Misalnya, jalur prestasi. Toh, orang yang pakai jalur prestasi tidak perlu menunjukkan nemnya karena ya memang nggak guna, tapi bisa saja kan?

Error 404: Feelings Not FoundWhere stories live. Discover now