Kurang dari sedetik kemudian, panah melesat menghunjam rongga dada makhluk itu. Panah itu berasal dari celah kecil berbentuk lubang pada sebuah rumah. Pemburunya keluar. Berbadan jangkung dan bertopi bulat tinggi hijau seperti peri Leipreachán. Tubuhnya penuh urat hasil olah tubuh dan dibercaki luka. Di tangan kanannya terdapat bekas luka memanjang. Dia rampas daging kelinci buruan Goblin. Dan, sebelum masuk rumah, mendelik ke arah Liveo.

Liveo diam, tahu orang itu adalah pemburu. Bukan Beast Master julukan mereka. Kelompok ini berskala kecil, tersebar, tak terdata. Mereka berada di luar komunitas profesi dan memilih tempat untuk menyudutkan diri masing-masing. Tabiat hampir setiap Beast Master—seperti Liveo—pada umumnya me-mang lebih suka berburu sendiri ketimbang berkelompok. Namun sebagian kecil lainnya, memilih tidak ingin terpandang, bergelar, atau populer. Maka mereka enggan bergabung dengan komunitas besar. Bila Beast Master berburu monster untuk menandai mereka, para pemburu lebih suka membunuh untuk pajangan rumah.

Lelaki barusan salah satunya.

Di depan pagar rumah si pemburu, lalat pengisap daging berkerubung menggerogoti jasad yang membusuk. Seekor makhluk mungil disula dari perut tembus ke dada dengan tombak besi yang ditancapkan ke tanah. Makhluk malang ini adalah Leipreachán.

Leipreachán—makhluk ganjil berdarah peri. Ia kerdil, rambutnya berjambul terang, berjubah hijau dengan topi yang lebih tinggi dari panjang tungkainya. Ia makhluk paling tak berbahaya di muka bumi Sisi Buruk. Orang biasa menangkapnya untuk tiga buah permintaan kotor. Leipreachán dapat mengabulkan permintaan manusia, apa pun, selama wajar untuk didapatkan. Setelah permintaan dikabul, makhluk itu akan hilang kekuatan, seringnya membusuk, seperti seekor yang disula di depan pagar rumah ini.

Pajangan jasad makhluk ini sungguh berselera rendah.

Beast Master memburu Leipreachán untuk menambah rekam jejak dan membubuh tato abadi. Namun kebanyakan Beast Master berego tinggi tak suka menangkap makhluk lemah ini karena, yah, nilai apa yang bisa kau dapatkan dari menandai makhluk paling lemah di dunia?

Meskipun Liveo punya Leipreachán jinaknya sendiri. Dia menandainya dalam sesi latihan. Salah satu perburuannya di masa kanak-kanak. Ada Mali bersamanya saat itu dan—

Kesampingkan sebentar Mali yang sedang bermain petak umpet, Liveo berjalan melewati bangkai Leipreachán. Ia mengetuk pintu rumah si pemburu.

Tak mungkin orang ini menutup mata dengan tren perburuan Kashchei. Dibanding korban selamat, Liveo lebih senang menginvestigasi sesama pemburu. Pemburu adalah pemangsa. Mereka bisa berpikir seperti mangsa. Untuk bisa menemukan Kashchei, Liveo pun ingin bisa berpikir seperti Kashchei.

Pintu diketuk satu kali, tak kunjung dibuka.

Diketuk dua kali. Masih belum juga. Liveo bukan lembut, bukan sesabar, atau sebertele-tele Mali. Pintu itu langsung didobraknya dalam sekali tendang. Sedetik itu pula panah melesat ke jidat Liveo.

Panah menembak udara kosong. Liveo sudah berputar ke sisi pintu.

"Aku mau bicara," kata Liveo.

Jawaban yang keluar hanya sebuah panah.

"Kau bisu?"

Panah lainnya. Kali ini ujung besi yang dipanaskan untuk menancap sangat dekat ke telinganya, namun Liveo tidak gentar.

"Kau mengawasi apa pun dari lubang dindingmu. Katakan apa saja yang kau lihat!" gertak Liveo tak sabar.

Sunyi.

"Aku hanya punya dua pertanyaan untukmu. Setelah itu aku angkat kaki."

Sunyi.

"Satu, apa kau melihat laki-laki rambut pirang lewat sini? Dua, apa yang kau ketahui tentang Kashchei—"

AMALGAMATE (Mali & Liveo Story) ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz