"Bila kau punya mata secakap aku, kau dapat dengan mudah memburu Kashchei. Bahkan tanpa bantuanku."

Kali ini Liveo berhenti.

Kau tak perlu mata batin yang apik untuk melihat; Dunia Sisi Buruk gemar berpijar pada porosnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kau tak perlu mata batin yang apik untuk melihat; Dunia Sisi Buruk gemar berpijar pada porosnya. Bagi Liveo, Sisi Buruk bagaikan bongkahan api bergigi namun jinak dan penyabar pada sumbu, menunggu disulut. Lalu apinya mencuatkan taring yang menunjuk ke angkasa dan membakar apa pun yang terlihat. Dari arah selatan tampak batalion pasukan berobor, dan di seberangnya, pasukan lain berkendaraan naga yang bernapaskan api. Mereka menggiatkan perang sipil untuk memuaskan batin—Liveo menyebutnya olahraga. Hanya ketika itu dunia Sisi Buruk terlihat benderang sekali. Api adalah satu-satunya sumber cahaya abadi.

Sang penyulut api—sebut saja iblis, bagi Liveo adalah oknum kurang kerjaan yang senang menyediakan segudang bahan untuk menghidupi pertikaian.

Namun tak banyak orang tahu, seringkali sang penyulut berwujud pangeran berhelai pirang dan mata biru bidadari; kakaknya sendiri.

Tak percaya? Kronologinya seperti ini; Liveo menghitung kapan saja perang terjadi berdasarkan penanggalan tiga kali purnama merah. Setiap satu purnama, gerbang Sisi Baik bersingkap dengan bau-bauan harum bunga kosmos cokelat dan otak merak panggang. Kelompok kecil kurir Sisi Baik menggelindingkan kereta-kereta ransum tanpa atau berawak bersama penjahat pendatang baru.

Dua divisi kerajaan Sisi Buruk ditugaskan di sini; divisi pertama menjemput sang penjahat. Divisi kedua mengamankan ransum selekasnya (selalu terjadi pertumpahan darah seru). Dan sebenarnya ada satu divisi lagi, yaitu divisi siluman. Hanya beranggotakan satu orang: Pangeran Mali sendiri.

Tugas Mali adalah mengawasi kelancaran seluruh divisi, namun Liveo tahu sang kakak merapat ke sana dengan motifnya sendiri. Dengan senyum dikulum dan zirah platinum bertabur mirah yang mengimpresi mata, ia menyapa para kurir dengan nada menawan. Mali mempresentasikan keindahan maupun kebaikan negerinya, dan berharap pesan damai itu mengudara ke seluruh negeri yang diterangi matahari. Mali juga menawarkan balasan kereta-kereta bermuatan perhiasan mentah, sulaman tapestri emas, dan bubuk intan berlian yang berjumlah sama dengan kereta ransum pemberian. Bila kurir Sisi Baik menolak, Mali akan berkata, "Tak masalah, Kawan. Tak mengapa. Ambil kembali ransum kalian serta penjahat itu. Mata dibayar mata, kebaikan sepatutnya berbalas kebaikan, Kawan!"

Apa yang terjadi setelahnya? Sisi Baik tak bisa menerima 'kebaikan' Sisi Buruk semudah menangkupkan muka. Bagi mereka, permata-permata indah hasil tambang Sisi Buruk akan membawa kesialan seumur hidup. Dan bagi mereka lagi, kebaikan Sisi Buruk akan membuat kesialan jangka panjang jika tidak dibalas oleh sesuatu. Maka pada hari berikutnya mereka mengirimkan kereta-kereta hadiah yang bukan hanya berisi pangan, tetapi juga hasil bumi seperti petroleum dan berkendi-kendi air bersih. Dua kali lipat jumlahnya. Dengan harapan Sisi Buruk berhenti membalas dengan hadiah.

Mali menerima dengan tangan terbuka namun berkata, "Oh, Kawan. Apa kalian pikir kami memberi karena ingin diberi? Tidak! Kami akan membalas kebaikan ini lebih dari setimpal. Untuk membuktikan ketulusanku, akan kubiarkan kereta-kereta ini berdiam di puncak bukit malam abadi. Tak tersentuh."

AMALGAMATE (Mali & Liveo Story) ✔Where stories live. Discover now