"Tapi sekarang dia salah paham padamu kan?" neji menimpali. "Aku benar - benar tidak mengerti. Bagaimana bisa dia menuduhku selingkuh darinya?" sasuke menghela napas berat. "Ternyata otak jeniusmu tidak bekerja untuk hal semacam ini ya?" komentar gaara yang baru saja keluar dari dapur, diikuti kiba. Jangan heran jika keempat sahabat sasuke ini tanpa sungkan berkeliaran di apartement sasuke ini. Karena mereka berlima sudah menganggap satu sama lain sebagai keluarga. Sasuke mendelik pada gaara, "apa maksudmu?" tanyanya tajam.
"Wajar saja dia berpikir kau selingkuh. Orang mana yang tidak curiga mendapati suaminya tidak pernah menyentuhnya dan malah menghilang semalaman lalu kembali pada pagi harinya? Jelas - jelas orang itu bukan naruto" kiba berkata sembari mendudukan dirinya di samping shikamaru. Gaara meletakkan lima gelas minuman dan dua piring kue di meja. "Apalagi kau pergi meninggalkannya setelah sebelumnya kau membentaknya, jelas saja dia kecewa padamu.." sasuke termenung mendengarkan perkataan teman - temannya. "Sebaiknya kau pulang sekarang dan minta maaflah padanya.." saran shikamaru.
Neji menepuk pundak sasuke memberi dukungan. "Kau jangan menyiksa dirimu sendiri dan 'istri'mu. Aku yakin kalian bisa melewati ini bersama - sama." sasuke menatap neji yang tersenyum lembut padanya. "Jika kalian perlu bantuan, kami siap membantu!" seru kiba bersemangat. Sasuke menatap keempat sahabatnya yang tengah tersenyum hangat padanya. Dengusan terdengar dari sasuke. "Hentikan itu. Jangan bersikap so bijak. Kalian tidak pantas" ledeknya. "Sialan kau" kekeh neji. "Jadi, tunggu apa lagi?" gaara melipat kedua tangan di depan dada. "Wakatta.. wakatta, aku akan pulang sekarang" dengus sasuke. "Bagus, sekali lagi kau membuat 'istri'mu menangis, aku yang akan menghajarmu" timpal gaara lagi.
-------------------
Naruto menghampiri ayahnya yang tengah berkutat dengan pekerjaan kantornya di ruang kerja. "Tousan, ini sudah waktunya makan malam.." ujarnya sembari menyentuh pundak minato. Ayahnya itu mendongak, "ah, baiklah.. Kau duluan saja ke ruang makan, tousan mau ke kamar mandi dulu" minato bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke kamarnya. Naruto menatap foto keluarganya yang terpajang di dinding ruang kerja ayahnya itu.
Matanya terfokus pada wajah seorang wanita berambut merah panjang. "Kaasan, kapan aku bisa menjadi sepertimu? Mengandung serta menjaga anakku sebaik yang aku bisa,, memberikan kebahagiaan pada suamiku adalah keinginan terbesarku. Aku tidak peduli bahwa aku ini laki - laki. Tapi anugrah yang di berikan olehmu dalam diriku membuatku merasa sempurna. Aku ingin menggunakkan anugrah ini untuk membahagiakan dia,, orang yang ku cintai.." lirih naruto. Setelah menghela napas panjang, naruto berbalik, tapi tangannya menyenggol sebuah kotak kecil yang berada di pinggir meja. Kotak itu jatuh ke lantai dan isinya berhamburan. Naruto berjongkok untuk memunguti barang - barang itu.
Gerakan tangannya terhenti saat matanya menangkap sebuah amplop putih bertuliskan namanya. Di raihnya amplop tersebut. "Bukankah ini surat dari rumah sakit konoha?" gumamnya sembari mengeluarkan isi omplop tersebut. Di bacanya baik - baik isi surat itu. Dan seketika itu juga matanya terbelalak kaget, "i-ini..." naruto merosot duduk di lantai, matanya menatap kosong ke depan dengan air mata yang kembali mengalir. "Jadi,,, aku mengidap kanker darah?" gumamnya dengan suara bergetar. Pantas saja sasuke menolak menyentuhnya, pantas saja ayahnya selalu melamun berjam - jam di kantor saat membaca surat hasil test dirinya dari rumah sakit. Ternyata ini sebabnya. Semuanya karena dirinya sendiri. Karena kondisinya. Dengan gontai naruto masuk ke kamarnya sendiri.
-------------
Sasuke memarkirkan mobilnya di halaman rumah milik mertuanya itu. Setelah menghela napas, sasuke keluar dari mobilnya dan beranjak ke dalam rumah. Pintu kamar naruto —dan kamarnya— tertutup. Perlahan di bukanya pintu itu. Sebuah pelukan erat menyambutnya saat pintu itu terbuka sepenuhnya. "Naru, jangan menangis.. Aku minta maaf sudah membentakmu tadi.." lirih sasuke mengelus punggung naruto saat dirasa tubuh dalam pelukannya bergetar dan isak tangisnya terdengar. "A-aku juga minta maaf karena sudah menuduhmu yang tidak - tidak tanpa tahu apa - apa.." lirih naruto di sela isak tangisnya. Sasuke membawa naruto duduk di tempat tidur. "Sasuke,,, aku sudah tahu semuanya" tubuh sasuke membeku, gelas yang baru saja ia ambil dari nakas terjatuh dan pecah. Dengan wajah tegang sasuke duduk di samping naruto. "Kau tau semuanya? Tentang apa?" tanyanya cemas. Naruto tersenyum pahit, "tentang penyakitku, tentang kondisiku yang tidak memungkinkan untuk hamil.. Semuanya aku sudah tahu" air mata kembali mengalir. Tak peduli apa kata orang, dia tetaplah manusia. Seorang laki - laki juga berhak menangis jika ia merasa sedih.
YOU ARE READING
Untuk Suami Dan Anakku
Fanfiction/"naruto memiliki kekurangan sasuke, jika kau ingin meninggalkannya... Pergilah.."/ "sasuke, kenapa kau berubah? Sejak menikah, kau tak pernah menyentuhku,, apa kau memiliki orang lain?"/ "bawa aku pergi sejauh mungkin dari sini sasuke. Bawa aku!"...
~~~4~~~
Start from the beginning
