~~~1~~~

6.9K 457 60
                                        

Desc: masashi kishimoto

Rated: T (suatu saat bisa berubah)

Genre: drama, hurt/comfort, (bisa jadi angst)

Pair: sasunaru

========happy reading=======

Siang itu, di jalan raya kota konoha terlihat lebih ramai oleh lalu lalang kendaraan bermotor dari pada biasanya. Bukan hanya itu, di trotoarpun terlihat pejalan kaki yang nampak lebih banyak dari pada biasanya. Salah satunya adalah pemuda pirang yang berjalan dengan riangnya menyusuri trotoar. Rambut pirangnya bergoyang seiring hembusan angin yang menerpanya. Bibir ranumnya bergerak mengikuti irama musik yang ia dengarkan menggunakan headphone berwarna orange cerah, pipinya bersemu merah, pertanda ia sedang senang. Mata biru cerahnya menatap lurus kedepan, kadang terpejam menikmati alunan musik yang mengalun di gendang telinganya. Pemuda itu mengenakan jaket berwarna orange cerah dengan bordilan beberapa huruf membentuk namanya. N. Naruto, itulah namanya. Atau, lebih lengkapnya, namikaze naruto.

Seorang pewaris tunggal dari pengusaha kaya yang namanya pun amat terkenal di seluruh penjuru jepang. Namikaze corp, sebuah perusahaan ternama di bidang properti.

Naruto, masih dengan bersenandung riang, membelokkan tubuhnya ke arah jaln raya, berniat menyebrang.

TIIIIINNNN!!!

Tapi, baru beberapa langkah ia ambil, naruto di kejutkan dengan mobil sport hitam yang tiba - tiba saja muncul dari persimpangan jalan. Nyaris menabraknya. Yang namanya nyaris, berarti tidak benar - benar terjadi. Tapi tetap saja, bikin jantung dag dig duer tak karuan, saking terkejutnya, ponsel dalam genggamannya sampai terlempar entah kemana. maka dari itu, naruto bangkit dan menatap sengit seorang pria berjas rapi dengan rambut hitamnya yang mirip pantat bebek itu, berniat untuk protes.

"Hei, mas! Kalo menyetir itu yang bener dong! Nyaris nabrak nih!" serunya sembari menunjuk - nunjuk pria berjas di depannya. "Hn. Kau yang berjalan seenaknya di tengah jalan, dobe" si pria berjas itu, dengan santai berkata. Dahi naruto berkedut. "Siapa yang kau panggil dobe! Dasar teme!" naruto mengacungkan jari tengahnya di depan wajah pria berambut raven itu.

Si raven mengangkat sebelah alisnya, merasa tertarik dengan reaksi pemuda pirang di hadapannya. "Hn, dobe." gumam si raven yang sekarang sudah membalikkan tubuhnya untuk kembali masuk ke dalam mobil. "Hei! Jangan kabur kau ya? Dasar pengecut!" seru naruto. Langkah pria raven itu terhenti. "Kau harus bertanggung jawab! Gara - gara kau, ponselku hilang entah kemana!" serunya lagi. "Bantu aku mencari ponselku. Sebelum ketemu, kau tidak boleh pergi!" dahi si pria raven berkedut, dengan kesal dia membalikkan badannya. "Aku sedang sibuk, kau cari saja ponsel bututmu itu send-krak!" dan keduanya langsung terdiam. Secara serempak, dua kepala bersurai kontras itu menunduk. Tatapan keduanya tertumpu pada objek yang sama. Kaki si pria raven. Sesuatu di bawah pria itu lebih tepatnya.

"........"

"....."

Sebuah kedutan bersarang di dahi naruto saat ia mengenali sesuatu berwarna orange di bawah kaki pria berjas hitam itu. Sementara si pemilik kaki masih terdiam sembari mengangkat kakinya. Kedutan di dahi naruto bertambah saat mendapati lebih jelas kondisi sesuatu di bawah kaki pria berambut raven itu.

"Ponseeellllkkkkuuuuu!!!" teriak naruto sambil memunguti ponselnya yang sudah terbelah jadi dua gara - gara di injak oleh si pria raven. Dia mendongak menatap si pria raven sengit. Sementara yang di tatap sebisa mungkin mempertahankan ekspresi datarnya, walaupun dia merasakan dengan jelas keringat dingin meluncur dengan mulusnya melewati punggungnya. "Apa?" berhasil, si raven masih bisa mempertahankan nada datarnya. "Pokoknya, kau harus mengganti ponselku!" tunjuk naruto pada pria itu. "Ponsel butut begitu minta ganti rugi" komentar si pria raven. "Butut - butut begitu, itu hadiah ulang tahun dari almarhumah ibuku tau!" si pria raven terdiam sejenak. "Ck," si raven merogoh saku jas hitamnya. Lalu menyodorkan sebuah kartu nama. "Hari ini aku harus menghadiri meeting penting, besok kau datang saja ke perusahaan itu. Akan ku ganti hari itu" katanya lalu melengos, meninggalkan naruto yang masih bengong menatapi kartu nama di tangannya.

Untuk Suami Dan AnakkuWhere stories live. Discover now