[Fannan] - 9

805 112 3
                                    

Gue sengaja nyuruh Reisya buat jauh-jauh dari Yumna. Dengan alasan, gue bakal ngajak Yumna ke suatu tempat yang mana tempat itu adalah salah satu favorit Yumna.

Malam ini, Yumna tampak cantik dengan dress pemberian gue. Cocok dengan pakaian yang gue pakai hari ini.

Dari jauh, gue memerhatikan Yumna tanpa henti. Gerak-geriknya yang menunjukkan kegelisahan karena Reisya bilang nggak mau balik-padahal gue yang nyuruh- akhirnya, Yumna nelpon Pak Ali yang notabene adalah sopirnya.

Dengan cepat, gue berlari, kemudian narik tangan Yumna yang dipakai untuk menelepon Pak Ali. Yumna-tentu-kelihatan kaget.

Kemudian, hati gue sakit saat dia manggil nama gue, namun, matanya berkaca-kaca. Dengan mengesampingkan hal itu, gue narik Yumna buat pergi dari gedung, dan masuk ke mobil gue buat pergi ke tempat itu.

***

Setelah kurang lebih lima belas menit, kami sampai di tempat tujuan. Dan selama itu juga, kami saling bungkam.

Akhirnya, dengan kekuatan penuh, gue berani memulai. "Apa kabar?"

Yumna masih memandang ke arah lain. Kemudian, gue dengar dia menghela nafasnya. "Nggak sebaik dulu." cetusnya.

Gue memutar badannya supaya berhadapan dengan gue. Gue menelisik tubuhnya dari atas sampai bawah, dia tampak lebih kurus.

"Hari ini lo can-maksud gue, lo selalu cantik. Apalagi dengan dress yang gue beli kemarin." Gue berusaha mencairkan suasana yang beku ini.

Andai dia tahu, gue sama gugupnya kayak dia.

"O-oh, jadi ini baju dari lo? Bukan dari Reisya?"

Gue terkekeh. Strategi Reisya bagus juga.

Dia juga ikut senyum ketika gue senyum.

Ah, kangen senyumnya ini.

"Gitu dong, senyum. Omong-omong, maaf dan makasih." kata gue.

"Buat apa?"

"Buat selama ini. Gue bikin hubungan kita nggak baik 'kan?"

Yumna senyum, "Salah gue juga. Gue maafin lo, selalu."

Ah, gereget.

Gue langsung memeluk dia, menyalurkan segala rindu yang udah gue tahan selama ini. Masa bodoh kalau Yumna menyebut diri gue nggak tahu malu, gue hanya ingin memperbaiki di hari-hari terakhir.

Saking larutnya dalam pelukan, gue baru sadar kalau ternyata Yumna membalas pelukan gue.

Senang jadinya.

Akhirnya, gue melepas pelukan itu. Kita berdua diam lagi. Tapi, beberapa detik kemudian, kita ketawa ngakak.

"Ih lucu," gue menggoda Yumna.

Dia cuma ketawa.

Gue menyodorkan sebuah kotak berwarna hitam, "Na, terima ini, ya. Ini gue bikinnya lama, lho. Kalau udah dibuka, jangan lupa kasih tau gue tentang keputusan lo."

"Keputusan?" Yumna mendongak, menatap gue yang badannya lebih tinggi daripada dia.

"Iya. Nanti juga lo tau."

***

Sebentar lagi ending🍃

LastWhere stories live. Discover now