[Fannan] - 2

1.5K 174 21
                                    

Mungkin, lo semua berpikir kalau gue adalah cowok brengsek. Silahkan, gue nggak ngelarang berbagai macam pemikiran lo semua tentang gue. Karena gue hidup bukan untuk dipikirkan oleh lo semua.

Hidup gue begini-begini aja. Entah itu gue punya pacar ataupun nggak. Fyi, gue baru putus sama Yumna sekitar sebulan yang lalu. Gue mengakhiri hubungan bersama Yumna, karena Yumna yang minta. Dan gue, sebagai cowok harus bisa membuat keputusan 'kan?

Semoga saja keputusan gue bikin Yumna bahagia.

Gue memang bukan tipe cowok yang suka bercerita tentang hidup, apalagi permasalahan–gue geli nyebutnya–, cinta. Si cinta ini, bikin hidup gue campur aduk. Kadang seneng, ngeselin, atau bahkan bikin ruwet pikiran gue. Gue manusia normal. Yang memiliki perasaan, sama kayak cewek. Jangan sangka kalau gue cowok, gue nggak bisa galau. Gue bisa galau. Hebat 'kan?

Biasa aja sih, sebenarnya.

Gimana ya, waktu itu, gue lagi mumet sama temen-temen gue. Dan biasa, sekalinya gue dalam keadaan kayak gitu, gue bakal cuek sama sekitar. Termasuk Yumna. Biasanya, Yumna fine-fine aja ketika gue kayak gitu. Tapi hari itu berbeda. Yumna minta penjelasan sama gue kenapa gue berubah.

Padahal, gue masih berwujud manusia. Nggak menjadi wujud cair ataupun gas.

Disitu gue menjelaskan, bahwa gue baik-baik aja. Tapi, Yumna tetap nggak percaya. Sampai Yumna nyuruh gue untuk membuat keputusan. Maksud keputusan itu apa, sih? Karena gue kesal sama dia, dan akhirnya gue ambil keputusan. Yaitu putus sama Yumna.

Keputusan yang bikin dia bukan milik gue lagi.

Keputusan yang pasti membuat hubungan kita sebagai teman sekelas selama tiga tahun, pasti berubah.

Keputusan yang membuat Yumna bakal membenci gue.

Tapi, apa salahnya gue? Gue cuma menuruti kemauan dia. Dia secara nggak langsung pengin ini semua berakhir, 'kan?

Gue jabanin.

Dan setelah putus, gue merasa beban di bahu gue sedikit terangkat. Dan gue sekarang lebih bebas main sama siapapun. Kalau biasanya gue jaga jarak dari cewek, sekarang gue bebas karena nggak ada hati yang perlu gue jaga.

Kayak istirahat hari ini, gue lagi dikantin bareng temen-temen gue yaitu Razan, Rega, dan Erick. Dan ada temen sekelas cewek gue juga yaitu Cavizza, Zalfa, dan Brenda.

Menurut gosip yang beredar, Cavizza katanya suka sama gue. Entah itu bener, ataupun nggak, gue tetap menghargai dia. Cavi yang kadang dengan seenaknya megang tangan gue, ataupun nyender-nyender manja di bahu gue, gue nggak keberatan. Gue anggap itu persahabatan. Nggak ada yang lebih. Dan nggak ada yang berbeda.

Dari jauh, gue lihat Reisha yang baru keluar dari toilet. Reisha lihat ke arah gue dan teman-teman, tapi pandangannya lurus melihat tangan gue sama Cavi yang tertaut.

Mampus.

Reisha bakal bilang sama Yumna. Dan bakal bikin semuanya salah paham.

"Cav, lepas gue mau ke kelas." Kata gue sambil berusaha melepas genggaman tangan Cavi yang kuat.

Cavi melirik jam tangannya, lalu mengalihkan pandangan kepada gue. "Istirahat masih lama kali, buru-buru amat."

"Ada urusan. Gue duluan ya, semuanya. Bayarin minuman yang tadi gue beli ya." Gue berlari meninggalkan kantin dan buru-buru ke kelas. Sesampainya dikelas, yang gue lihat adalah pemandangan Reisha dan Yumna yang tiba-tiba diam pas gue dateng.

Ngomongin gue kali, ya?

Gue berjalan mendekat, ke arah bangku yang mereka tempati. Dan berkata, "kalau mau gosip jangan disekolah."

Reisha mencibir, "apaan gosipin lo? unfaedah banget."

Sementara Yumna diam aja. Menatap gue dan Reisha yang bicara.

"Jangan pengaruhin Yumna dengan gosip murahan lo." Gue langsung berbalik, meninggalkan mereka. Samar-samar gue dengar kalimat diucapin sama Reisha, yang kira-kira kayak gini.

"Lo yang murahan! Baru putus udah dapet cewek lagi!"

Gue cuma bisa tersenyum miris, atas kenyataan sekarang kalau gue dibenci sama sahabat yang dari dulu dekat banget sama gue. Dua orang pula.[]

***
Kebanyakan narasi :( Gapapa ya wkwkw, semoga suka!
Happy readings!

LastWhere stories live. Discover now