Chapter 1

2.2K 72 13
                                    

“Hei, Bangun! Mau sampai jam berapa kau akan tidur?” Pada pagi yang tenang terdengar suara laki-laki tengah membangunkan tidur pulasnya.

“G-Gray-sama?” Gadis itu segera bangkit dari tidurnya dan menatap sang majikan. “Maafkan saya, saya kesiangan,” sesalnya.

“Sekarang jam berapa, hah? Bagaimana jika aku terlambat nanti? Reputasi orangtuaku bisa jatuh, bodoh!” Lelaki bersurai hitam itu meninggikan suaranya, ia dengan kasar menarik gadis bersurai biru itu dan membawanya ke kamar mandi, iapun menyiram gadis itu dengan air dingin.

Piyama tidurnya basah kuyup akibat perlakuan kasar sang majikan. “Jika kau tak ingin menyusul ibumu, kau harus menuruti perintahku, mengerti?” Lelaki itu menjambak rambut panjang si gadis.

“Ma-maafkan aku … Gray-sama, aku tak akan mengulanginya lagi.” Air matanya menetes dipipi indahnya karena menahan sakit di kepalanya.

“Hari ini aku maafkan, jika kau berani mengulanginya lagi, aku akan memberikan hukuman yang lebih daripada ini, mengerti?” Lelaki yang dipanggilnya Gray tersebut melepaskan jambakannya dengan kasar, sampai gadis itu terjatuh di lantai kamar mandi.

“Cepat selesaikan ini dan temui aku di bawah!” perintahnya, ia menatap gadis itu penuh amarah.
Setelah gadis itu mengangguk paham iapun pergi meninggalkannya yang masih terisak. Tanpa berpikir panjang gadis itu segera bersiap dan melakukan perintah tuannya. Apapun yang terjadi, ia harus tetap kuat, ia tidak boleh menyerah dan putus asa.

***

Teng... Teng... Teng...

Lonceng sekolah berbunyi menandakan jam pelajaran telah dimulai.

“Juvia! Apa kau sudah mengerjakan tugas kemarin?” Gadis bersurai biru itu menoleh pada teman sebangkunya, ia tersenyum dan mengangguk pelan.

“Tentu Erza-san, aku sudah mengerjakan semuanya.” Gara-gara tugas itu Juvia bangun kesiangan dan mendapat siksaan dari Tuannya. Lagipula itu bukan siksaan yang pertama kali ia rasakan, Gray sering menyiksanya saat ia melakukan kesalahan yang kecil sekalipun, dan dia telah terbiasa dengan hal itu, seakan rasa sakit adalah teman sejati di hidupnya.

“Baiklah hari ini aku akan membagikan hasil nilai ulangan kalian minggu lalu.” Semua murid mendadak menjadi hening agar dapat mendengar dengan jelas nilai mereka masing-masing.

“Juvia, kau memang tidak mengecewakan, nilaimu selalu bagus diatas rata-rata, aku bangga padamu.” Guru itu tersenyum pada Juvia.

“Terimakasih sensei.” Juvia sangat senang mengetahui bahwa jumlah nilai ulangannya minggu lalu sangat memuaskan, bahkan yang paling tinggi diantara teman-teman sekelasnya. Ia selalu mendapatkan pujian dan tepuk tangan dari teman-teman sekelasnya karena bukan hanya cantik dan lembut, ia juga sangat pintar.

Diantara teman-teman sekelasnya, ada seorang siswa yang menatapnya tidak suka, karena ia merasa dikalahkan dan dibawahnya, lelaki itu melampiaskan rasa kesalnya dengan menyiksa pelayannya itu ketika berada di rumah.

Teng... teng...

Bunyi lonceng sebanyak dua kali menandakan bahwa jam makan siang.

“Juvia, apakah hari ini kau membawa bekal?” tanya gadis berambut merah disebelahnya.

“Tidak, hari ini Juvia kesiangan, jadi tidak sempat membuat bekal,” jelas Juvia.

“Baiklah bagaimana kalau aku mentraktirmu untuk makan, tidak setiap hari kau seperti ini.” Erza segera menarik tangan Juvia, dan membuatnya ikut ke kantin bersama-sama temannya yang lain.

I'm Your SlaveWhere stories live. Discover now