Dan setelah tiga tahun tinggal bersama seungcheol, bukan berarti ia tidak pernah melihatnya dengan cara seperti itu.

"Jadi," Seungcheol menatap jihoon yang sedang meniup ramyunnya. "Siapa yang mengantarmu pulang malam ini?"

Dan sama seperti seungcheol, jihoon cukup populer di kampusnya. Well, tidak seperti seungcheol yang populer karena ketampanannya dan apapun itu. Ia manis dan ramah. Juga, ia selalu menadapat peringkat teratas di jurusannya. Ia ahli dalam komposing. Itu membuatnya banyak tampil dalam berbagai pentas di kampus. Tidak heran jika banyak pria maupun wanita yang mengajaknya kencan.

"Bukan siapa siapa." Dan sayangnya, jihoon selalu menolak untuk menjalin hubungan serius dengan mereka. Bukan karena apa apa, mereka yang mengajak jihoon kencan memang tampan, tetapi ia punya alasan lain. Ia telah lama jatuh pada orang lain.

"Ah, namja pirang itu?"

Jihoon mengangkat alisnya. "Namja siapa?" Dan seungcheol tahu kemampuan akting jihoon yang sangat payah. Ia bahkan sudah tahu jawabannya tanpa harus bertanya terlebih dahulu pada jihoon.

"Namja sipit dari klub tari?"

"Hey, ia tidak sipit. Matanya memang berbentuk seperti itu." Seungcheol tertawa masam pada jihoon yang melangsungkan protes.

"Apa katanya? Tiger gaze? Such a shit."

Jihoon tidak ambil pusing soal itu. Ia meniup ramyun panasnya dan memakannya cepat. "Urusi keperluanmu sendiri, hyung."

Seungcheol tertawa pelan. Ia mengambil sumpit di dapur kemudian  kembali duduk di depan dan ikut memakan ramyunnya.

"Kau menungguku pulang untuk ini." Jihoon memukul kepala seungcheol pelan dengan sumpit. "Membuatkanmu makanan."

"Aku berbaik hati padamu, jihoon. Jika aku mencoba memasak, kau akan berakhir dengan membersihkan dapur sepanjang malam."

"Ck, bodoh." Ia menatap seungcheol yang memakan ramyun miliknya dengan lahap, seolah ini adalah makanan pertama yang ia makan setelah seminggu. "Bisa apa kau tanpa aku, hyung."

"Maka dari itu," Seungcheol menelan ramyunnya sebelum melanjutkan. "Berhentilah pergi kencan dengan soonyoung."

"Ini tidak ada hubungannya dengan itu."

"Bagaimanapun, kau akan menolaknya di akhir. Sama seperti yang lain."

Jihoon menghentikan makannya dan meletakkan sumpitnya disamping panci dengan kasar. "Kubilang, urusi urusanmu sendiri." Ia melipat tangannya di depan dada. "Kau hanya cemburu, iyakan?"

Seungcheol tersedak ramyun yang dikunyahnya. "M-Mwo?" Kemudian ia buru buru mengambil air mineral milik jihoon.

"Mengakulah."

Seungcheol mengangkat alisnya santai dan menjawab, "Well, aku rasa begitu." Yang membuat jihoon membulatkan matanya.

"Aku kelaparan. Tidak ada yang memasak lagi untukku karena kau makan bersama soonyoung. Kamarku kotor dan berantakan. Tidak ada yang merapikan apartment karena kau selalu pergi kencan setelah pulang kuliah dan pulang larut malam. Dan aku harus pulang menggunakan bus sendiri dimalam hari karena kau diantar oleh mobil mewah si pirang itu."

Jihoon menghembuskan nafas kesal. "Apa aku terlihat seperti itu untukmu?"

"Apa?" Seungcheol ikut meletakkan sumpitnya. Meninggalkan ramyun mereka yang setengah termakan.

Jihoon mengehela nafas. "Aku memang seharusnya pergi kencan dengan soonyoung." Tidak ada kesungguhan dalam ucapan jihoon. "Agar kau tidak memanfaatkanku seperti ini."

[⏯️] Jicheol CollectionWhere stories live. Discover now