Klarifikasi

5.3K 198 0
                                    

Setelah pertengkaran semalam sekaligus nasehat dari Juna, pagi ini aku terbangun dengan perasaan haru dan lega. Karena untuk pertama kalinya aku tidur berdekatan dengan Juna. Kami memang tidak tidur berhadapan karena ukuran kursi kami hanya memungkinkan ditempati untuk satu orang.

Tetapi kepala kami yang bersentuhan, serta jari-jari kami yang hampir saling bergenggaman, membuat aku merasakan kenyaman hidup berdua dengan orang yang kita sayangi. Tetapi mungkin itu pada dasarnya terjadi karena kami terlalu lelah sehabis memendam perasaan yang tak bisa dikatakan dengan sejujur-jujurnya.

Namun semua itu sudah berlalu dan aku berharap semua masalahku satu persatu terselesaikan.

Untuk membalas kemurahhatian Juna semalam, pagi ini aku berusaha membuatkan sarapan yang menurut aku cukup enak, tentunya berkat bantuan resep dari kak Raisa.

Dan tak lama setelah Juna bangun, sarapan yang kubuat akhirnya selesai, omelet makaroni cheese dan tumis jamur siap dihidangkan. Juna sangat senang melihatnya walaupun makanan yang kubuat terasa asing dilidahnya, aku memaklumi karena Juna belum terbiasa dengan makanan berbau orang bule.

Hari ini aku bermaksud untuk tidak pergi ke sekolah, aku masih takut pada reaksi guru-guru dan malu dengan tatapan teman-teman yang lain. Tetapi karena Juna menyarankan aku untuk menemui Toni dan kawan-kawan karena kemaren telah menghindar tanpa alasan, maka setelah jam pulang sekolah aku berencana bertemu mereka disalah satu tempat makan dekat rumahku.

Selepas pulang sekolah aku sampai terlebih dahulu di warung makan dekat rumahku. Aku sengaja datang sebelum mereka datang karena tidak mau membiarkan teman-temanku menunggu karena aku yang meminta pertemuan ini.

Setelah sekitar dua puluh menit menunggu, aku melihat Martha dan Rina yang tiba pertama kali dan langsung menuju kearah meja tempat aku duduk.

Aku bisa melihat dari mereka berdua berusaha memulai pembicaraan terlebih dahulu, tetapi untuk mencairkan suasana aku terpaksa mengalah." Hei, mau pesan apa?" sapaku dengan tersenyum," kali ini biar gue yang traktir."

" Sep sorry ya, dua hari kemaren kita kayak menjauh gitu," Rina berkata seakan-akan dia telah melakukan kesalahan yang amat besar.

Martha tidak mau kalah." Iya, dari kita berdua nggak ada yang bermaksud menjauh dari lu Sep," Martha juga ikut memohon maaf," gue berani sumpah." Martha mengacungkan dua jarinya.

Aku tertawa." Biasa aja kali, gue juga paham apa yang kalian pikirkan," kataku jujur karena aku sudah siap dengan apapun alasan mereka," jadi kalian mau pesan makanan nggak, nanti bisa-bisa gue berubah pikiran buat traktir kalian."

" Yah kalau yang itu jangan Sep," Rina buru-buru melihat menu yang tertera di daftar menu dan aku tertawa," aku pesan roti bakar coklat keju sama milkshake strawberry, kamu apa Ta."

Martha melihat sejenak dan tak lama langsung berkata." Aku pisang penyet sama es cappucino."

" Septi kalau kita boleh jujur nih, kemaren itu kita benar-benar kaget waktu semua gosip mengarah sama lu, kita jelas nggak percaya," Rina mulai membicarakan masalah gosip yang beredar dan ternyata itu adalah aku," bahkan kita sampai debat hebat waktu menjabarkan kalau gosip itu bukan dimaksudkan buat teman dekat kita sendiri." jadi mereka bisik-bisik dibelakangku itu karena mereka sedang berdebat, aku paham betul.

" Iya gue juga ngerti, kalau kalian itu pasti nggak menyangka kalau gue benar-benar hamil kan," aku bersikap pasrah," lagian gue juga yang salah, harusnya gue cerita sama kalian biar kalian tahu langsung dari gue sendiri bukannya dari orang lain."

Too Young to be MomWhere stories live. Discover now