Testpack

7.6K 288 2
                                    


Hari ini hari terakhir ujian tengah semester, dan aku akan berusaha semaksimal mungkin dengan usaha sebisanya dan otak yang seadanya pula serta keberuntungan yang kadang memihakku.

Untungnya mata pelajaran yang terakhir diujikan adalah Sejarah, setidaknya kalau hafal menghafal aku lebih baik daripada Matematika yang lebih banyak menghitung biarpun matematika yang aku hadapi adalah tipe matematika IPS yang tidak sesulit matematika IPA, mungkin karena aku mempunyai ingatan permanen mengenai peristiwa-peristiwa yang selama ini aku alami.

Tetapi baru saja aku mulai mengisi jawaban nomor tiga kedalam lembar jawaban yang harus diisi dengan teliti, aku melakukan kesalahan, seharusnya aku menghitamkan jawaban B tetapi malah jawaban D yang aku hitamkan.

Dan kesalahan ini diakibatkan tubuhku yang tiba-tiba mual dan mau muntah. Aku merasa lambungku ada yang aneh tetapi setahuku aku tidak mempunyai penyakit maag.

Tak lama aku izin ke toilet dan mengeluarkan semua isi perutku, namun yang keluar hanya sedikit air muntahan, tetapi hal yang sama terjadi lagi sepuluh menit kemudian.

Ketika aku sudah izin untuk yang ketiga kalinya, guru pengawas sudah menaruh curiga padaku, mungkin dia berpikir aku meninggalkan contekan di kamar mandi dan bermaksud mengambilnya. Sehingga ketika aku mual lagi untuk yang keempat kalinya, aku berusaha menahannya sampai ujian berakhir atau menghabiskan tisu Rina untuk menutupi mulutku.

Ada yang aneh pada diriku hari ini, aku sendiri tidak tahu apa itu. setelah peristiwa mual-mual yang aku alami, aku sudah meminum obat maag dan obat lambung dari yang aku beli di warung sampai di apotek tetapi sampai memasuki hari kelima masih saja setiap pagi aku bermasalah mengenai perutku.

Teman-temanku saja sampai heran karena aku sekarang lebih sering ke kamar mandi. Aku tidak mau lama kelamaan aku dilabeli murid cewek beser yang kerjanya ke toilet setiap ada waktu luang.

" Lu baik-baik aja kan Sep?" tanya Rina selepas pulang sekolah.

Agak ragu aku menjawabnya." Sepertinya begitu." jawabku singkat.

Wajahku berubah murung, dan saat itu juga temanku tahu bahwa aku tak ingin disinggung dalam hal apapun.

*

Peristiwa aku muntah-muntah tiap pagi membuatku merasa ada yang aneh ditubuhku dan karena ini terus berlanjut hingga hari pengambilan raport semakin dekat, maka akhirnya aku mempunyai keinginan untuk berkonsultasi dengan orang farmasi yang bekerja di apotek.

" Adik akhir-akhir ini setiap pagi sering mual, tapi tidak mempunyai riwayat penyakit lambung?" orang farmasi yang berada didepanku merasa kaget, bahkan ia sampai melihatku dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Aku mengangguk." Iya sih mba bahkan kadang disertai muntah-muntah, tapi nggak selalu juga, kadang juga malam hari sesekali, itu kenapa ya mbak." jelasku sembari bertanya apa yang telah terjadi dengan tubuhku atau mungkin dengan hidupku.

" Adik punya penyakit serius atau keluhan lain tidak selain mual dan muntah?' tanyanya kembali, tapi kali ini dengan wajah curiga.

" Kayaknya nggak deh, badan saya juga baik-baik saja, masih bisa melakukan aktivitas yang lain." jawabku jujur.

Orang farmasi ini sepertinya sudah menemukan penyakitku." Mbak sudah menikah?" tanyanya dengan wajah melongo.

Aku merasa ada yang salah disini, mengapa ia tiba-tiba bertanya aku sudah menikah atau belum, apa urusannya. Sejenak otakku berpikir berusaha membaca pikiran orang farmasi ini. Dan sepertinya aku tahu pembicaraan ini akan mengarah kemana.

Segera tanpa menjawab pertanyaan orang farmasi ini aku keluar apotek secepat kilat. Dan ketika kakiku sudah tidak bisa lari lagi aku berhenti dan memegang perutku. Pikiranku kembali ke kejadian malam itu.

Tapi kata hati kecilku berkata, bisa saja orang farmasi itu yang salah. Untuk itu aku menyesal meninggalkan apotek tanpa membeli testpack terlebih dahulu, karena aku terlanjur malu didepan apoteker tadi ditambah aku saat ini yang masih berpakaian seragam sekolah dan jelas itu membuat mbak yang tadi berpikiran negatif.

Lalu aku kembali ke rumah untuk bertukar seragam dan kembali ke apotek, tentunya apotek yang berbeda. Aku sengaja berpakaian kemeja dan celana biasa agar terlihat sedikit dewasa. Dan setelah aku mendapatkan testpack tersebut aku langsung pulang ke rumah dan melihat hasilnya.

Harap-harap cemas aku menantikan hasil tesku. Saat muncul satu garis merah aku berharap tidak muncul garis berikutnya, sambil mondar mandir aku berjalan didalam kamar mandi dengan kecemasan yang memenuhi pikiranku sembari berdoa, aku percaya kalau Tuhan masih sayang padaku dengan tidak menghadirkan bayi yang tidak aku inginkan, tetapi sampai seperempat jam aku tunggu garis berikutnya akhirnya muncul dan badanku lemas seketika ternyata Tuhan tidak sayang padaku, lalu aku tersadar bahwa ternyata aku benar-benar positif.

Positif akan menjadi ibu di usia yang masih sangat belia.


Too Young to be MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang