ENAM

3.3K 52 1
                                    

Esok harinya sekitar pukul 5 sore, aku bergegas ke rumah mbak Mirah untuk mengucapkan terima kasih kepadanya. Aku berlari-lari agar segera sampai ke rumahnya.

Setelah cukup jauh berlari, aku agak kebingungan. Karena aku tidak menemukan rumah mbak Mirah. Aku berjalan kearah utara yang banyak ditumbuhi pohon-pohon besar sampai kakiku lelah.

Ketika hampir gelap, aku menemukan sebuah rumah besar seperti rumah mbak Mirah. Tapi.. rumah itu… rumah itu sudah hampir rusak dan halaman rumahnya ditumbuhi semak-semak belukar yang membuah rumah itu tambak menyeramkan. Aku bingung harus berbuat apa sampai aku berteriak-teriak memanggil nama mbak Mirah.

“Mbak! Mbak! Mbak Mirah! Mbak Mirah dimana?” antara takut dan bingung akhirnya aku menangis. Hingga sebuah tepukan di pundakku mengejutkanku. Sempat kulihat seorang kakek berambut serta berjenggot putih berada dibelakangku. Setelah itu, aku tidak tahu apa lagi. Rasanya tubuhku melayang tak sadarkan diri.

#############

“Cantika… Cantika.. Cantika bangun nak.” Suara tangisan ibuku serta bau minyak angin yang menyengat menyadarkanku.

Entah berapa lama aku pingsan dan tertidur. Aku sudah berada di tempat tidurku. Kulihat ibuku serta beberapa orang tetanggaku dan kakek berambut putih itu.

“Sudah sehat, nak?” kata ibuku.

“Ada apa bu? Mengapa banyak orang berkumpul disini?” tanyaku bingung.

“Tadi kakek Koswara menemukanmu pingsan di depan sebuah rumah tua di tengah hutan. Apa yang kamu lakukan disana nak?”

“Itu… Itu rumah mbak Mirah, bu. Aku ingat. Tapi mengapa seperti itu bu? Aku sering mengunjungi rumahnya untuk latihan. Tapi mengapa seperti itu bu?” aku bertanya-tanya.

“Iya betul. Itu memang rumah mbak Mirah. Dewi Sumirah nama lengkapnya.” Suara kakek Koswara membuat semua orang tertegun.

“Dewi Sumirah dahulu adalah seorang penari ronggeng yang sangat termasyur. Setiap ada perayaan di kampung-kampung, dia pasti diundang menari di acara tersebut. Ketenaran dan kekayaannya membuat banyak orang yang iri serta ingin menguasai kekayaannya. Suatu ari, ketika akan menari di kampung Harum Jaya, delman yang ditumpangin Dewi Sumirah telah dipotong tali kekangnya sehingga kudanya tidak dapat dikendalikan. Akhirnya Dewi Sumirah beserta delman yang ditumpanginya masuk ke jurang yang cukup dalam. Cerita itu ku dengar dari kakekku ketika aku masih kecil.” Ucap Kakek Kaswara.

“Jadi, Dewi Sumirah itu sebenarnya sudah…” aku kaget mendengar cerita kakek Kaswara.

“Iya Cantika. Dewi Sumirah itu sudah meninggal sejak lama.” Kata ibuku.

“Walaupun demikian ia berbuat baik dengan mewarisi ilmunya kepadamu. Jika kamu ingin berterima kasih kepadanya, sampaikanlah doa untuknya agar Dewi Sumirah mendapat tempat yang indah disisi Allah.”

Segera aku bangun dari tempat tidurku menuju kamar mandi untuk berwudhu. Aku segera melakukan sholat isya, kemudian berdoa untuk kebahagiaan Dewi Sumirah di sisi Allah.

“Ya Allah Ya Rabb, ampunilah segala dosa dan kekhilafan guruku Dewi Sumirah. Serta, tempatkanlah almarhumah ditempat yang terindah di surgamu. Amin.”

Yeayy selesai..
Ikuti terus ya cerita2 selanjutnya...
Sampai bertemu lagi...
Babay....

Sang Penari (SELESAI)Where stories live. Discover now