BAB 2

9.1K 725 96
                                    

.
.

"ADYA KAMU MAU BANGUN NGGAK SIH? UDAH JAM SETENGAH TUJUH SEKOLAH APA ENGGA?"

Mimpi indah. Maafkan aku ya aku harus bangun tak bisa melanjutkan ceritamu lagi.

"Bangun. Sekolah." gumam Adya yang tak mungkin di dengar Mama Zara, lalu dia berjalan dengan sekuat tenaga ke arah kamar mandi.

Ayo Dya! Hari pertama lo sekolah jangan males!

Adya sedang memandang ciptaan Tuhan yang sangat indah di depannya saat ini. Wajahnya yang selalu akan di ingat oleh siapapun, senyumnya yang manis.

"Kakak! Ngapain di depan kaca gitu senyum-senyum lagi bukannya turun sarapan!" ujar Mama Zara yang membuka pintu kamar.

"Mama ganggu aja ih." ucap Adya pelan, dia berjalan mengambil tas lalu keluar dari kamarnya.

CERMIN! NANTI KITA KETEMU LAGI YA SIANG!

Hari ini adalah hari pertamanya sekolah, dan hari ini juga dia akan melakukan kegiatan MOSnya.

"Jangan bikin ulah Kak nanti." ujar Papa Ammar. Adya mengangguk dan melanjutkan makannya.

"Nggak ada yang ke tinggalkan di kamar? Mama nggak mau loh anterin ke sekolah kamu nanti." Adya hanya menjawab dengan menggeleng, dan itu membuat Mama Zara mendengus sebal.

Adya dan Papa Ammar sudah berada di mobil sekarang, Papa Ammar akan mengantarkan anaknya ke sekolah untuk hari ini.

"Turunin di depan gerbang aja Pa, nggak usah masuk."

"Emang kenapa?" tanyanya.

"Ya biar Papa bisa langsung jalan ke kantor."

Papa Ammar menggeleng. "Gapapa, Papa masuk dulu."

Yah ilah. Kan udah gede masa iya di anter sampe parkiran sih, nggak sekalian sampe kelas?

Membutuhkan waktu dua puluh menit untuk sampai di parkiran sekolah baru Adya, Ia mencium punggung tangan Papa.

"Yang bener yaa jangan bandel."

"Pa aku udah gede ih jangan digituin." jawabnya.

"Masih kecil belom kerja, belom nikah." ujar Papa Ammar.

Adya hanya menghela napasnya dan mengangguk. "Yaudah aku masuk ke dalem ya, Papa hati-hati jalannya."

"Siap!" Adya keluar dari mobil dan menunggu mobil itu hingga hilang dari penglihatannya.

Adya berjalan menuju gedung sekolah yang baru ini dengan keyakinannya kalau dia sedang di pertontonkan saat ini.

Sumpah! Aku tidak berbohong. Mereka semua yang mempunyai mata sedang melihat ke arahku saat ini. Aku salah? Celanaku benar, tidak pakai kolor saja, bajuku rapi tidak ada kancing yang terbuka. Lalu apa?

AH IYA AKU TAHU!

Wajahku. Iya wajahku. Wajahku ini kan tampan, sudah pasti mereka semua melihatku dengan tatapan memuja. Wanitanya saja kok, lelakinya tidak.

"Sepuluh dua di mana kemarin ya?" gumamnya sendiri.

"Eh!"

"Woy!"

"Dih malah jalan aja."

Adya terdiam dan menoleh ke belakang melihat seorang laki-laki dengan pakaian yang sama tersenyum ke arahnya dan menghampirinya.

"Lo yang kemarin ada di belakang tempat duduk guekan?"

Adya menghendikkan bahunya. "Nggak tahu."

KARENALURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang