Pemberhentian ke-4 : Kafe Melati

13 3 0
                                    

Disini aku menunggu
Disini aku menanti
Ketika senja menyapa
Hari ini baru dimulai

"Fa, lu ga bosen sama buku? Gue aja puyeng, free class itu mah lu sans ae!"

"Buktinya lu ga bosen kan punya temen kaya gue?"

Pemberhentian ke-4 : Kafe Melati

Lelaki itu langsung membersihkan diri setelah pulang sekolah. Ia tak ingin terlambat dalam menunaikan janjinya. Apalagi dengan sahabatnya, Nara.

Ia mengenakan kaos berkerah dan celana bahan untuk ke kafe melati. Tak lupa disemprotkannya wewangian ke kaosnya itu.

Setelah rapi, barulah ia mengorder grab untuk ke kafe melati. Ia menggunakan ponsel milik ibunya. Apa perlu ku ingatkan jika ponsel milik Rafa merupakan hape jadul?

Lima menit menunggu, Ia melihat supir ojek online menuju ke arahnya.

"Rafa Affandi, order atas nama Bu Ratna Affandi?" Benar itu dia.

"Oh Iya Mas, itu saya sendiri," ia langsung naik dan memakai helm.

Perjalanan yang ia tempuh cukup singkat, karena mengambil jalan tikus. Mereka sampai disana pukul 15:37 sore. Ia mengambil uang dari pocketnya untuk dibayar ke supir ojek online itu.

Saat selesai bertransaksi, Ia langsung berlari ke dalam.

"Mau pesan apa Kak?"

"Espresso."

Ia menunggu sambil mencorat-coret catatan yang ia bawa. Selain itu, ia juga menunggu kedatangan Nara. Nara sendiri, sedang bersantai di dalam kamarnya yang bernuansa Cyan Blue.

Ia memainkan ponselnya; Candy crush saga. Ia memperhatikan itu dengan saksama hingga jam 4 sore.

"Rafa paling lagi siap-siap," ucapnya santai.

Dibalik itu, Rafa yang sedari tadi mencorat-coret bukunya dengan benang kusut sudah mendapat Espressonya.

"Ayolah Nar... Ini udah sore!" Rafa pun mulai kesal.

Namun, sebuah pesan masuk ke hape jadulnya itu.

Ibu
08xxxxxxxxxx

Rafa, udah jam 4, kamu belum pulang?

Melihat sang Ibu yang tampak khawatir, ia langsung membalasnya.

Kepada : Ibu
                    08xxxxxxxxxx
Belum bu, Rafa masih nunggu Nara, mungkin sebentar lagi.

Rafa masih menunggu Nara. Tapi ia malah mengambil kacamata yang jarang digunakan. Kacamata berlensa cekung (-) itu ia gunakan untuk belajar. Ia hanya menghafal kembali rumus konsumsi dan mengerjakannya. Bagaimana bisa laki-laki itu membawa catatan ekonominya saat ingin pertemuan seperti ini? Ck. Hei, ayolah author ini juga kebingungan, mengapa ia bisa tahan dengan siksaan rumus-rumus itu?!

Satu yang pasti, Nara akan datang jam 5 dari rumah.

Sesekali, ia menyeruput espressonya. Ia menunggu hingga segelas Espresso habis diminumnya.

Ia sampai harus memesan varian lain dari kopi; Frappe. Jam tangan digitalnya menunjukkan pukul 16:33 itu berarti sudah hampir satu jam ia menunggu kedatangan Nara.

"Satu jam lagi saja 'lah, kalau gak datang aku bisa pergi." Ia bertahan untuk menunggu Nara ditempatnya duduk.

Seandainya Nara tahu. Jam 5:15 ia hampir menunggu 2 jam. Akhirnya gadis itu membuka pintu yang sontak membunyikan bel diatasnya.

"God, Nara, udah berapa tahun aku tunggu disini! Kalau kamu ga dateng aku bisa karat disini!"

"Ya... Maaf kan gitu, kamu dateng dari kapan?" Ia bertanya lagi ke Rafa.

"Jam 15:37 aku sampe disini, kalo kamu tau, aku sampe selesai dua itungan rumus konsumsi dan tiga GDP." Ia kembali menyeruput frappenya.

"Allahumma Rafa, gue lupa pasal jam 5-nya, soalnya gue kalo janjian jam 5."

Seperti biasanya, Nara ya bercerita pada Rafa. Masalahnya sama, internet friends yang mengajak makan siang bersama, atau meet up sementara ia bisa dikatakan single, jomblo dan lain-lain.

"Jadi maksudmu?" Rafa pun bingung.

"Bisa temani aku? Plis... Kumohon." Mendengarnya, Rafa menaikkan satu alisnya.

"Ada syaratnya," Rafa sengaja melakukan itu.

"Apa?"

-MiraPraher-

Not just me, But usWhere stories live. Discover now