Part 1 : Vancouver and Him

Mulai dari awal
                                    

Dari kejauhan aku bisa denger dia maki-maki aku pake sumpah serapahnya. Look, I'm so sorry okay?

Akhirnya aku ngelihat Cindy yang kelihatan BT nunggu di drop-off area.

"Cin, sorry lama," kataku sambil melompat masuk ke dalam jok depan.

"Ya nggak selama itu kok. Untung belum di tilang sama security-nya." sambil menancap gas, akhirnya aku sama Cindy ninggalin VIA.

Seneng banget akhirnya bisa ninggalin VIA dan ninggalin COWOK tadi. Aslinya, aku takut kalo itu cowok ngejar aku. Baru nyampe Vancouver udah dapet masalah, gimana kedepannya.

"Fan, kok kamu diem gitu sih? not as usual." Cindy melihat ke arahku keliahatan cemas.

"Such a mess! Mess!"

"Apaan sih? Tiba-tiba kelihatan kesel."

"Tadi aku nggak sengaja nabrak cowok di bandara dan Java Chip ku tumpah di bajunya. And the worst thing is, bjunya dia Fred Perry yang kemaren aku lihat di Internet which is Limited edition. Terus, aku janji ngegantiin bajunya lagi. Mana nggak kenal juga sama orangnya. Sial, siallllllll."

"Heh, santai aja kali. Lagipula kecil kemungkinan kamu ketemu dia kan?" kata Cindy nenangin, " tapi bisa kemungkinan kamu ketemu sih, in fact Vancouver nggak seluas Jakarta."

"Ih Cin! Jangan nakut-nakutin aku deh."

Cindy pun tertawa. Usil banget nih anak. Lagipula kemungkinan ketemu sama tuh cowok kan 1: jumlah seluruh penduduk Vancouver. Don't panic Fan. Bukannya berlebihan, tapi kan aku baru di sini, kalo dah kena masalah kan nggak enak juga.

Setelah 30 menit dari airport, akhirnya aku sampai di rumah Dad. Not bad, suasana perumahan di sini nyaman juga, nggak terlalu ramai. Cindy bantu aku nurunin koper baju aku di bagasinya. Untung Mom udah manage semua barang aku biar langsung di shipping ke alamat rumah Dad.

Tampak Dad sudah menunggu daritadi. Wow, for how long? Dia datang dan langsung memelukku erat.

"I miss you so much, Princess," katanya sambil mencium ubun-ubunku.

"Hey, don't call me that, I'm already eighteen. By the way, I miss you too Dad." Aku berusaha menahan air mataku sebisa mungkin. Sudah 5 tahun aku nggak ketemu sama Dad dan dia tampak lebih tua dari yang aku ingat.

"Oh hey Cindy, sorry for making you to take Stefanie at the airport," Dad pun juga memeluk Cindy erat. Aku sama Cindy sudah bersahabat lama banget dan Dad udah nganggep dia anak sendiri.

"No problem. I know you're kinda busy lately," kata Cindy sambil memeluk balik.

Setelah selesai menurunkan semua barang, Cindy langsung pamit pulang karna dia ada latihan dance sama teamnya. Wow, sejak kapan Cindy jadi pinter dance? Punya team lagi. I mau banget gabung, tapi masalahnya aku nggak pede sama kemampuan aku. Well, I'm not that great.

Dad pun menunjukkan kamar baruku yang letaknya persis di antara kamar Dad sama kamar tamu di lantai atas.

"What do you think?" Dad menunjukka kamar serba ungu yang memang warna favorit aku. Semua barang yang di shipping sudah di tata rapi.

"It looks great! Thank you so much Dad," aku memeluk Dad sekali lagi.

Seharian aku spent waktu aku sama Dad. Emang aku kangen banget sama dia. Dia cerita tentang pekerjaannya yang baru naik pangkat lagi, dan resikonya dia harus sering pergi ke luar kota. Hmm.. agak sedih sih di tinggal tapi kalo demi kebaikan why not?

Dad juga cerita kalau besok, aku dah mulai masuk sekolah baru di St John's International School, sekolah yang sama kayak Cindy. Huh, untung aja ada temennya, kalo nggak forever alone banget aku.

It's been a long day, besok aku harus sekolah. Aku memutuskan untuk tidur lebih cepat, badan udah serasa remuk semua. Night!

***

Besoknya Dad nunjukin aku arah ke sekolah, karena mulai besok aku di suruh bawa mobil sendiri. Dia memang sibuk banget sama kerjaannya, jadi nggak bisa nganter aku ke sekolah kayak hari ini. Lagipula, besok lusa dia harus ke Ottawa buat ngurus cabang perusahaan di sana.

"Wish you all the best for today!" sahut Dad.

"Thanks!"

Hah.. beneran deh, aku udah kayak anak ilang. Katanya Dad sih aku harus ke principal office dan aku nggak tahu itu ruangan di mana. Sekarang malah aku nyasar dan berakhir di lapangan basket. Gimana kalo tanya sama salah satu anak basket yang pada lagi break?

Aku berjalan mendekat dan menepuk salah satu anak basket yang lagi istirahat.

"Excuse me, can you show me-"

"Yes? YOU AGAIN?!"

Okay this is bad.

Okay guys! Thanks for reading it so far! Hmm.. sorry for any misspelling word! Seneng banget kalian mau baca critaku. By the way, according to the characters, thanks for @stefanievia<- instagram account for letting me to use her name for this story. PLEASE left some comments! thank you so much and hope you like it

Don't forget to read my novel IT'S YOU

When Everything Goes Right (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang