Kabur

27 1 0
                                    

Lagi-lagi aku terbangun di rua-,ah bukan,kamar ini.Kamar yang sangat besar serta perabot yang super mewah dengan kamar mandi dan dapurnya sendiri.

Dimas menatap jendela yang berada di sebelah tempat tidurnya."Ahhkk silau,"pekik Dimas sambil menutup matanya."Ahhh perempuan gila itu membiusku,aku harus kabur dari sini,"Dimas buru memakai bajunya yang masih ternodai bercak darah,sebenarnya dikamar itu telah disediakan beberapa baju namun Dimas tetap memilih bajunya sendiri.

Ketika keluar kamar,ia terkagum dengan lorong besar yang dihiasi cat coklat dan pilar yang terbuat dari kayu.

Dimas yang tak tahu jalan keluar memilih jalan ke kanan lalu ada belokan lagi kekiri.Saat hendak berbelok ia menengokan kepalanya dahulu untuk berjaga-jaga jika ada orang,benar saja terlihat seorang maid sedang membawa tatakan yang diatasnya di hiasi makanan .

Uhhh gimana ini,aku tidak boleh sampe ketahuan.

Dengan cepat Dimas berbalik arah dan lari dengan hati-hati agar tidak membuat suara.Jalan yang Dimas tempuh berakhir dengan tangga yang menuju kebawah ,tanpa pikir panjang Dimas langsung menuruni tangga itu dan tampaklah sebuah lobby yang sangat besar.

Yes,akhirnya kebebasan pikir Dimas sambil melangkah pelan.

Tapi tak lama kemudian seorang berpakaian serba hitam menyadari keberadaanya dan berlari kearahnya entah darimana.

Dimas yang panik langsung lari secepat kilat dan keluar dari rumah itu,halaman yang sangat besar membentang di hadapan Dimas dan sayangnya tidak ada satupun semak untuk dipakai sembunyi,hingga pandangan Dimas tertuju pada sebuah pohon,pohonberingin tua, dekat pagar yang letaknnya agak dekat dari bagian kanan rumah itu.

Pohon itu sangat tingi,saat Dimas memanjatnya ia dapat melihat jalan beraspal di balik pagar rumah itu.

Tanpa pikir lagi Dimas meloncat pada tumpukan daun di balik pagar tapi sayangnya usaha itu gagal,lengan kemeja yang di pakai Dimas menyangkut pada salah satu ranting pohon sehingga Dimas tergantung.Srettt ia tarik lengan kemejanya hingga sobek dan Dimas pun terjatuh di atas tumpukan daun.

Saat ia hendak berdiri terlihat dari kejauhan gerbang rumah Luna terbuka dan beberapa orang berpakaian hitam berlari keluar.Dimas langsung berlari kembali hingga bertemu jalan raya .

Akhirnya aku bisa lolos dari mereka,pikir Dimas sambil mengusap keringat yang mengucur dari dahinya.

/ | \

Hari menjelang malam,Dimas menyusuri jalan raya yang penuh dengan kendaraan bermotor ,kadang ia berpapasan dengan orang,tapi orang yang berpapasan melihat Dimas seperti orang gila.Wajar saja orang menganggapnya begitu dengan keadaan baju sobek-sobek, bercak darah, muka kusam, dan rambut acak-acakan.

Rumah,akhirnya kita bisa bertemu dalam pikiran Dimas ketika ia menatap pintu kontrakannya yang sederhana.Terlihat kenyamanan dan rasa rindu dimata Dimas bagaikan ia telah berpisah selama seribu tahun,ia perlahan membuka pintu dan masuk.

Dengan rasa lelah setelah melewati dua hari yang berat ,Dimas langsung mandi dan membaringkan badannya di kasur ,ukurannya sangat berbeda jauh dari kasur yang ada dirumah Luna,tapi Dimas tetap menikmati itu hingga lama-lama rasa kantuk pun datang dan Dimas tertidur dengan pulas.

Jam menunjukan pukul empat ,Dimas sudah bersiap-siap berangkat kerja.Hari itu ia tidak terlambat sehingga dengan santainya ia berjalan dari rumah,jarak dari rumah ke kedainya sekitar 5 Km.Dimas berjalan ke kedainya karena ia anggap sehat subuh-subuh jalan kaki.

Satu belokan lagi dan ia sampai ,ia mengecek tapi kunci kedainya tidak ada di kantong celananya ia kemudian mengecek di kantong bajunya dan pas sekali saat ia menemukan kunci di saku bajunya ia juga menemukan kedainya yang sudah berwarna hitam hangus dan hancur dengan garis polisi disekelilingnya.

Matanya melotot ,Dimas terdiam dan terasa ribuan pedang sedang menusuk jantungnya.Dimas masih tidak percaya dengan apa yang terjadi ,ia menangis dipinggir jalan depan kedainya sambil terduduk menekuk lututnya.

Ya Tuhan apa salah ku,mengapa ini terjadi padaku?.Apakah engkau murka padaku Tuhan?.

Pikiran Dimas mulai kacau ia tidak tahu harus apa ,semua uangnya sudah ia habiskan untuk membangun kedai itu dan sekarang dia bangkrut.Uang sewa kontrakannya besok jatuh tempo.Dimas kembali berjalan pulang ke rumah dengan wajah stres dan sedih,ia hanya duduk di atas kasur dan menatap ke jendela dengan tatapan kosong.

Sudah hampir pukul enam sore dan Dimas masih menatap jendela dengan tatapan kosong ,ia tidak makan atau minum sedikit pun,dan tiba-tiba saja ia hilang kendali ,kursi-kursi ia banting ,lemari ia rubuhkan,dan semua barangnya ia acak-acak.

Sepanjang malam Dimas menangis dan berteriak-teriak tanpa henti,wajar saja satu-satunya harapan untuk memenuhi hidupnya hangus dilahap si jago merah.

Malam berganti pagi,Dimas sekarang kembali lagi menatap jendela dengan tatapan kosongnya.Baju dan rambutnya acak-acakan ,matanya merah dengan kantung mata yang menghitam.

Tatapan kosong Dimas terpecah bagaikan kaca yang dilempar batu saat pintu kontrakannya di ketuk,ia mulai takut karena hari ini kontrakannya jatuhtempo.Dimas tidak pernah telat membayar sewa kontrakannya ,karena jika telat ia akan di usir.

Setelah dipikir-pikir untuk apa menunda jika pada akhirnyasama saja di tendang keluar dari kontrkan karena tidak bisa membayar uang sewanya.Dimas memberanikan diri dan berniat menjelaskan apa yang terjadi kepada pemilik kontrakannya berharap di beri keringanan pembayaran.

Saat pintu dibuka bukannya pemilik kontrakannya yang  terlihat malah seorang perempuan cantik dengan tatapan dingin,Luna.

Kopi atau Coffee?Where stories live. Discover now