Chapter 9

42.6K 1.6K 44
                                    

FREYA POV

            Jika dilihat dari segi pandangan teman-temanku, itu berarti bisa diartikan benar bahwa dulu aku adalah seorang lesbian. Aku sangat dekat dengan Claire. dimana ada aku, di situ ada Claire, atau dimana ada Claire, di situ ada aku. Dan faktanya adalah Claire  mencintaiku. Bahkan mungkin saja ia menjadikanku sebagai objek fantasi liarnya. Aku marah. Marah sekali. Aku juga malu dan merasa bodoh sekali karena tidak menyadari hal ini. Sikap-sikapnya –yang baru kusadari- berlebihan, melebihi sikap seorang sahabat. Bisa jadi ini berarti bahwa Claire sudah menganggapku sebagai pasangan lesbiannya.

Sebenarnya aku ragu apakah aku harus menemui Claire atau tidak. Di satu sisi aku sangat marah padanya karena ia telah berani-beraninya memiliki perasaan terlarang kepadaku. Itu benar-benar membuatku kecewa dan marah padanya. Namun sebagai sahabat, aku sangat merasakan kehilangan. Dia yang biasanya mendengarkan keluhan-keluhanku, dia juga yang selalu kuajak untuk bersenang-senang ketika aku sedang merasakan kebahagiaan. Dia tempatku berbagi.

            “Ada apa?” Tanya Radit saat ia keluar dari kamarnya dan mendapatiku melamun di sofa ruang TV.

            “Claire.”

            “Oh.. Kalian bertengkar?”

            “No. We just.. Hmmhhh.. I don’t know how to tell it to you, Radit.”

            “Mulai saja dari apa yang ada di pikiranmu sekarang. Tapi aku juga tidak keberatan jika kau tak ingin menceritakannya.” Radit lalu beranjak ke dapur dan mengambil dua kaleng Green Sands.

            “Sudah lama kita nggak ngobrol ataupun berdebat ya?” ucapnya tersenyum sambil memberikan satu kaleng Green Sands kepadaku. Aku menanggapinya dengan memberikan senyuman serupa.

            “Ah.. aku jadi ingin menjahilimu.” Ucapnya lagi. Kali ini dahiku berkerut mendengarnya.

            “Maksudmu?”

            “Hahaha.. sudahlah. Ayo lanjutkan ceritanya. Kau benar-benar kelihatan sedang bingung dan sedih.”

            “She loves me, Radit.”

            “Of course, dia kan sahabatmu.” Tanggapnya.

            “Dia mencintaiku seperti mencintai seorang pasangan.” Ucapku sambil menunduk. Radit terkesiap mendengar omonganku barusan.

            “You mean.. She is.. ??” Tanya Radit menggantung kalimatnya.

            “Ya.” Jawabku murung seolah mengetahui maksud pertanyaan Radit. Radit terdiam. Sepertinya ia bingung harus memberikan tanggapan apa.

            “Dan ini secara tidak langsung juga membuatku terlihat sebagai seorang lesbian karena terlalu dekat dengan Claire.” Lanjutku. Radit masih diam. Aku juga ikut diam. Cukup lama kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Ada hening yang cukup panjang di antara kami.

Lesbian Kissed a GayWhere stories live. Discover now