Part 5: "Promnight"

408 51 31
                                    

(Cho Kyuhyun POV)

@ St. Mary Yoido Hospital, Seoul.

,"hosh..hosh".
Aku menarik nafasku yang tersengal. Mengiringi jiyeon yang tubuhnya sudah aku rebahkan di ranjang rumah sakit, ia kembali tidak sadarkan diri. Aku bersama dua suster lainnya dan dokter pribadinya, menghantar jiyeon menuju ruang inapnya. Melihat darah itu mengalir dari hidung jiyeon, membuatku semakin mencemaskan keadaannya. Badannya yang kurus dan tidak berdaya, membuat batinku tersiksa.
,'Jiyeon-ah, jebal..bertahanlah. Kau harus hidup, kau sudah berjanji akan selalu bersamaku dan tidak akan akan meninggalkan cho kyuhyun. Ya Tuhan... aku mohon selamatkan yeojaku! Jangan ambil nyawanya!!!'.
Aku meraung didalam hati. Air mata sepertinya mudah sekali terjatuh membasahi kulit wajahku. Aku Berharap jiyeon hanya tidak sadarkan diri untuk sementara waktu.
'Chagi harapanmu untuk tetap bisa hidup masih besar. Ku mohon bertahanlah!!.
Bibir dan kulit wajah jiyeon terlihat sangat pucat. Sepertinya dia tidak meminum obatnya hari ini. Jiyeon terus berada di sampingku selama berada di pulau nami. Aku rasa jiyeon sengaja melakukannya karena ingin menikmati moment kebersamaan kami berdua. Aku juga sudah menghubungi pendeta park, dia akan segera datang menyusulku ke rumah sakit.
Dengan keadaanku yang panik, cemas dan penuh ketakutan. aku membantu para suster saat memindahkan tubuh jiyeon dari ranjang yang ia tidur ke ranjang lainnya.
Melihat selang-selang infus dan oksigen terpasang di lengan juga hidungnya. Sekantung darah tampak tergantung di atas tiang infus, menyalurkan cairan merah itu melalu selang dan jarum yang menembus kulit tubuhnya.
Rasanya kepalaku ini mau pecah. Kedua kaki ku lemas, aku nyaris terjatuh di lantai memandangi yeojachingu ku yang tersiksa karena penyakit mematikan itu. Bisa kau bayangkan sendiri, melihat orang yang kita cintai berusaha melawan maut karena ia hanya ingin hidup bahagia denganmu.
Sangat menyakitkan..

Dan Jiyeon, dia melakukan semuanya untukku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan Jiyeon, dia melakukan semuanya untukku. Bertahan hingga bertahun-tahun lamanya karena menunggu ku. Ia percaya jika keajaiban itu ada. Jiyeon, sudah banyak mengeluarkan air matanya cho kyuhyun. Kurasa inilah saatnya aku memberikan nya dengan banyak kebahagiaan. Jiyeon ku sayang kau harus sembuh, aku belum memberimu cincin pasangan seperti yang kau inginkan. Oppa belum menyanyikan lagu kesukaanmu di han river. Oppa juga belum mengajakmu kembali ke seoul high dan menciummu di hall basket seperti pertama kali kita berciuman.
Dan harapan terbesarmu, kita harus menikah!!.
Ku lihat dokter baru saja selesai memeriksa keadaan Jiyeon. Aku lalu langsung menghampirinya yang sejak tadi aku hanya mampu menyandarkan tubuhku di dinding.
,"bagaimana keadaan jiyeon?. Apa dia baik-baik saja?".
Aku bertanya pada dokter pribadinya. Sementara Jiyeon masih menutup mata dan mengatupkan bibirnya. Aku tersiksa melihat yeojachingu ku tergolek lemas seperti itu.
,"Sebaiknya mulai sekarang, jiyeon tidak perlu lagi melakukan banyak aktivitas. Dia harus segera berhenti dari kegiatan kuliahnya. Mengikuti kemoterapi dan perawatan lainnya. Namun apabila kami menemukan sum sum tulang belakang yang cocok dengannya, Jiyeon bisa kami selamatkan".
"Berhenti melakukan aktivitas?. Kemoterapi dan perwatan lainnya?".
Aku sudah tahu ini pasti terjadi. Jiyeon, selama operasi sum sum tulang belakang nya belum bisa dijalankan, daya tahan tubuhnya akan semakin melemah.
,"dokter, bagaimana bila aku memeriksa sum sum tulang belakangku?. Jika hasilnya cocok aku bisa mendonorkannya untuk jiyeon kan?".
Paling tidak aku mencobanya. Aku berharap sum sum ku cocok untuk jiyeon. Meskipun harapan itu sangat kecil untukku.
,"ne tentu saja bisa. Tapi kau harus menjalankan beberapa tes dulu sebelumnya. Kau yakin?".
Dokter menatap ku dibalik kacamatanya. Bertanya seakan ingin membuatku sedikit goyah. Tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin jiyeon ku kembali sehat.
,"Ne tentu saja. Apapun itu untuk kesembuhan jiyeon akan aku lakukan".
Jawabku yakin dan tegas. Meskipun aku benci dengan hal yang berkaitan dengan rumah sakit, bagiku kesembuhan jiyeon adalah yang utama.
,"baiklah kalau begitu. Kau hanya tinggal bertemu dengan ku untuk proses selanjutnya. Gomawo. Berdoalah semoga kekasihmu kembali pulih".
Dokter paruhbaya ini menepuk pundakku. Ia lalu bergegas meninggalkan ingin meninggalkan kamar yang jiyeon tempati. Namun langkahnya terhenti karena kulihat pendeta park berdiri di depan pintu.
Apa dia mendengarkan percakapan ku dengan dokter pribadi jiyeon?. Bagaimana ini?.
Anehnya Tuan Park hanya menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca. Aku takut ia akan mengusirku karena aku membawa putrinya pergi seharian dan sekarang..jiyeon tergolek lemah karena ia kelelahan.
Semua ini adalah salahku...
,"Tuan Park?".
Kulihat dokter menyapa nya lebih dulu. Lalu mengucapkan sebuah kalimat yang aku rasa, ia ingin menguatkan pendeta park agar merasa lebih tenang.

"Summer Of Love"Where stories live. Discover now