Almost - Part 33

Mulai dari awal
                                    

Aku mengangguk seperti mengiyakan monologku sendiri.

"Hah? Kenapa ngangguk? Lo gapapa kan?"

Aku tersadar ternyata Ka Albyan masih menatapku. Dia sekarang terlihat bingung, terlihat jelas dari keningnya yang benar-benar mengerut.

Aku menggeleng -lagi-.

Ka Albyan tertawa kecil, "Tadi gue tanya, lo geleng. Terus sedetik kemudian, lo ngangguk. Dan barusan lo geleng lagi," sekarang dia lah yang geleng-geleng kepala seraya menahan tawanya.

Aku menepuk dahiku setelah mengalihkan wajah lagi.

Bodoh. Satu kata buat lo, Kei.

"Lucu,"

Pergerakanku terhenti saat mendengar itu, menoleh padanya untuk memastikan telingaku tidak salah.

Dia tersenyum padaku, "Lucu, satu kata buat lo, Kei."

"Lu-cu?"

Anjir, anjir, anjirrr...

Gue mau pingsan! Gue gak kuaaaatttt.

Mataku membulat sempurna, terpanah oleh kalimat yang dikatakannya.

Seakan dia bisa membaca pikiranku, aku benar-benar merasa ... Meleleh.

Ahhhh.

"Kei?" Dia mengibaskan tangannya di hadapanku.

Aku mengerjapkan mataku sebanyak dua kali, lalu menangkup pipiku yang mulai terasa panas.

Dia tertawa kembali, entah apa yang dia tertawakan.

Apa dia tau hatiku yang akan meledak karenanya?

Masa bodo dengan apa yang dia pikirkan, sekarang aku benar-benar ingin pulang karena rasa maluku sudah mencapai batasnya.

Aku beranjak dari tempat dudukku, ada perasaan tidak ikhlas untuk meninggalkan tempat duduk yang sangat lucky itu. Tapi, mau bagaimana lagi? daripada wajahku terus-menerus memerah dibuatnya.

"K-ka gue balik duluan yak! Bye." pamitku dengan bergetar malu, lalu berlari.

"Keira!" Baru beberapa langkah berlari, tiba-tiba suara lantang seseorang memanggil namaku.

Pandanganku mengedar ke segala arah, yang kudapati sekarang adalah para siswa yang sedang saling berbisik melihatku.

"Kei,"

Aku memutar tubuhku 90° ke belakang.

Ternyata itu suara lantang dari seorang Albyan.

Selama hidup enambelas tahun, baru sekarang aku merasa bahagia saat namaku terucap dari lisan seseorang.

Aku menatap lurus pangeran tampan yang sedang setengah berlari ke arahku.

Indahnya.

"Buru-buru banget, Kei." katanya saat sampai di depanku.

Aku hanya mengusap tengkukku sambil tersenyum kikuk.

"Lo pulang sendiri?"

"Eng...," aku sejenak berpikir, "Eng- engga tau, Ka." ujarku kemudian.

Bilang aja gak tau, kali aja nanti di ajak pulang bareng hehe.

Only HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang