bab 2 - yang tak terjaga

305 32 61
                                    

A Garden Of Jannah  - BAB 2

_____

Saat Ratih sedang menyiapkan semua barangya, tiba-tiba saja ada pesan singkat masuk ke WhatsAppnya. Itu pesan dari Alian, salah satu teman di tempat kerja Ratih selama 1 tahun terakhir ini.

Alian : Assalamualaikum, Ratih. Selamat atas pernikahannya. Maaf aku gak bisa datang. Kapan kamu kerja lagi? Aku mau kasih kamu hadiah perpisahan.

Ratih sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan ketidakhadiran Alian, karena dia tahu bahwa orang satu itu selalu menjadi si paling sibuk dalam pekerjaaan.

Ratih : Waalaikumusallam, ka. Iya kak, gak papa. Mungkin setelah satu minggu lagi, kak. Kurang tau juga. Hadiah perpisahan apa kak?

Alian : Hadiah perpisahan karena sejak pernikahan Ratih, kita selamanya tidak akan bisa bersama. Dindingnya kini sudah terlalu besar. Harusnya aku lebih cepat mengatakannya, bahwa aku menyukaimu, Ratih. Sejak pertama kali ketemu kamu.

Ratih benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Alian ternyata menyukainya. Ratih bahkan tidak pernah sadar hal itu. Bagaimana bisa selama ini hampir setiap hari ia bertemu Alian namun sama sekali tidak merasakan bahwa orang itu mencintainya. Betapa rahasia cinta Alian terhadap Ratih. Namun, bagaimanapun kini Ratih sudah menjadi istri orang lain.

"Ratih, ada apa?" Tiba-tiba masuk membuat Ratih terhentak karena terkejut. Buru-buru ia membalik gawainya.

"Eh, enggak ada apa-apa kok, kak. Gimana kak, Sudah siap?" tanya Ratih berusaha mengalihkan pandangan.

"Oh ya? Iya, sudah. Ayok kita berangkat."

****

"Maaf ya, Ratih karena aku cuma bisa kasih kamu tempat tinggal kos kecil ini, semoga walaupun kecil tapi cinta yang ada di dalamnya besar." ucap Dewa ketika pertama kalinya mereka melangkahkan kaki ke dalam kos yang memiliki satu kamar itu. Ratih tidak menyangka, kini dia tinggal hanya berdua dengan laki-laki yang bahkan baru ia kenal 4 bulan. Rasanya sangat deg-deg-an, ingin rasanya ia lari saja, karena malu, takut, dan perasaan yang begitu rumit untuk dijelaskan. Terutama, pengakuan Alian tadi. Seharusnya lebih baik Ratih tidak tau sama sekali soal itu. Entah bagaimana nanti jika ia harus berhadapan dengan Alian ketika di tempat kerja.

"Ratih? Hey, Ratih? Kok diam saja? Kamu gak suka ya?" tanya Dewa karena heran Ratih hanya diam membeku, entah apa yang ia pikirkan. Yah, padahal Ratih sedang memikirkan banyak hal tentang apa yang harus ia lakukan ketika harus tinggal hanya berdua dengan suaminya dan juga soal pengakuan cinta Alian. Ratih takut, dan tidak enak dengan suaminya.

"Eh, maaf kak. Tadi Ratih lagi ngelamunin sesuatu, sampai ga dengar kakak ngomong apa. Memangnya tadi kaka ada bilang sesuatu?"

"Iya, kosnya kecil, kan? Maaf ya cuma bisa kasih tempat tinggal sederhana kayagini. Mana barang-barang di dalnya sedikit banget, lagi." imbuh Dewa sambil berjalan mengatur beberapa barang yang saat itu lumayan berserakan. Jadi, sebelum mereka sampai Dewa sudah lebih dulu ke kos untuk membawa beberapa barang yang bisa bawa supaya saat Ratih datant mereka bisa langsung mendesign tempat tinggal mereka bersama-sama.

"Ih, enggak kok kak. Ini bagus, lingkungannya juga keliatan baik, terus Ratih suka ada pintu belakangnya jadi Ratih bisa jemur disitu tanpa harus keluar rumah. Pilihan kaka memang selalu bagus, kok. Ratih suka. Terima kasih ya." tukas Ratih sambil tersenyum selebar mungkin membuat hati Dewa lebih tenang. Tentu saja ia bukan tanpa alasan memilih Ratih. Dewa tau bahwa istrinya ini adalah wanita sholehah yang rasa syukurnya tidak dapat diukur saking luasnya rasa itu. Meski begitu, walaupun Ratih bilang ia cukup dengan itu semua tentu saja Dewa ingin selalu memberikan yang terbaik sesuai dengan kemampuanya. Karena ia menemukan seorang bidadari, yang kebahagiaanya menjadi tanggung jawabnya.

"Syukurlah kalau begitu, terima kasih ya. Oh iya, Ratih mau diwarna apa nih cat dindingnya? Kaka sengaja ga cat ulang, karena masih belum tau warna kesukaan Ratih." tanya Dewa.

Ratih saat itu sedang merapikan beberapa buku ke rak kecil yang memang ia bawa untuk meletakkan koleksi bukunya, sembari menyusun buku Ratih menjawab pertanyaan Dewa, "Kalo Ratih suka warna mauve ka, cuma kalau untuk dinding Ratih sukanya warna putih biar kelihatan elegan."

"Mauve? Warna apa itu?'
"Hm, sejenis ungu, warnanya soft gitu tapi ya kaya keliatan mewah."

"Hm, kakak gak tau kalau ada warna ungu yang namanya mauve. Hehehe."

"Iya begitu, deh ka. Nanti Ratih tau. Ratih punya kok, baju yang warnanya mauve."
"Oke, deh. Hm, jadi besok kaka beli cat warna putih. Mau dicat-in tukang, atau mau cat berdua nih?" tanya Dewa dengan tatapan menggoda kepada Ratih.

Seketika Ratih, tersipu malu. Pipinya memerah, sudah seperti pakai blush on berwarna pink saja, "Mungkin akan lebih seru kalau cat berdua, ya ka. Tapi, kakak bisa kan nge-cat dinding? Hehehe. Jangan sampai nanti hasil cat kita malah gagal."
"Ah, enggak, InsyaAllah hasil cat kita akan berhasil. Oh ya, kayaknya hari ini kita istirahat dulu. Kebetulan cuti nikah kaka masih ada 3 hari lagi. Jadi, besok kita bisa baru bersih2 dan ngerapiin kos bareng." ucap Dewa. Seketika Ratih yang tadi aga riweuh dengan berbagai benda yang tadi dibawa menjadi diam, dan legam kalau boleh jujur, dianya juga cape.
"Siap, kak. Terus kita ngapain dong?"

****
Beberapa hari itu Dewa dan Ratih disibukkan dalam mendesign tempat tinggal mereka. Ratih yang kebetulan sangat tertarik dengan design interior rumah tentu sudah memiliki banyak referensi agar tempat tinggal mereka tampak bagus, bersih, rapi, dan tak lupa juga estetik. Dewa sangat bersyukur, karena jiwa berantakannya bisa tertutupi oleh rajinya Ratih.

Saat itu, Dewa dan Ratih sedang duduk bersama di atas kasur, niatnya mereka ingin nonton film bersama. Namun, tiba-tiba saja Dewa memegang tangan Ratih lalu berkata.

"Ratih, kaka tau kamu kuliah sambil kerja, kan? Apa boleh kakak minta sesuatu?" tanya Dewa.

"Iya ka, benar. Kaka mau minta apa?" Tanya Ratih aga deg-deg-an.

"Mungkin lebih ke-kasih kamu pilihan. Kakak sebenarnya lebih suka kalau perempuan di rumah saja. Apa ratih mau kalau berhenti kerja dan fokus kuliah saja, kaka lebih suka itu. Tapi, kalau berat untuk Ratih, gak papa dilanjutkan dulu, kaka kasih waktu untuk Ratih berpikir." Ratih benar-benar terkejut akan pilihan yang diberikan suaminya. Ia tidak pernah kepikiran kalau Dewa akan memberikannya opsi seperti itu. Jujur saja, Ratih sangat mencintai pekerjaanya. Saat ini, ia sedang cuti nikah, dan entah bagaimana nantinya jika ia harus berhenti secara tiba-tiba.

"Kalau kaka suka Ratih di rumah saja, mungkin lebih baik kalau Ratih resign saja." jujur, sebenarnya kalimat-kalimat itu sangat tidak ingin Ratih katakan. Hanya saja, Ratih tidak ingin membuat suaminya kecewa karena ia lebih memilih untuk tidak membuatnya senang.

Dewa memeluk Ratih, sembari berkata, "Kakak minta maaf, kakak sengaja buka hp Ratih, dan baca pesan dari Alian. Dia partner kerja Ratih, kan? Kakak cemburu, dan gak mau Ratih bekerja di lingkungan seperti itu. Kakak lebih tenang jika tau Ratih di rumah saja, tidak di luar bersama orang lain, terutama kalo dengan laki-laki lain."

Ratih merasa sangat bersalah, malu, dan juga takut telah membiarkan suaminya membaca pesan dari Alian. Sungguh, itu pasti sangat menyakiti hatinya.

Ratih membalas pelukan Dewa lebih erat, sambil meneteskan air mata.

"Maafin Ratih, kak."
"Hei, kamu ga perlu minta maaf."

"Maafkan Ratih yang ga bisa menjaga diri dengan baik." Dewa hanya menggeleng kepalanya, sembari mencium pelipis istrinya dengan lembut.

"Aku tau kamu wanita yang baik. Jangan khawatir, sayang. Kakak akan selalu mencintai Ratih, menjaga Ratih sampai kelak kita di surga."

"Terima kasih, kakak. Pun juga Ratih, selamanya hanya ingin mencintai kakak, dan selamanya kita bersama hingga di jannah-Nya."

Sungguh, siapa yang tidak ingin dikaruniai cinta yang begitu luar biasa, maaf yang luas, dan kasih sayang yang besar dari pasangannya. Satu rahmah yang ada di bumi ini, kelak akan bertambah menjadi 99 rahmah ketika berada di surga. Sungguh kebersamaan di dalak surga adalah sebaik-baiknya tujuan suami-istri.

___________

Senin - 14 November 2022
Tulisan Sebelum Tidur

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Garden Of JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang