"Sabar neng," seru seseorang sembari mengusap puncak kepalaku dari belakang.

Aku yang terkejut langsung menoleh ke belakang. Orang itu langsung duduk di sebelahku, setelah menyuruh Vita geser sedikit dari tempatnya.

"Ngagetin aja si lo, Di." ucapku seraya memegang puncak kepalaku sendiri.

Dio hanya tersenyum dengan tampannya lalu mengambil alih minumanku.

"Eh punya aku," ujarku berniat menahan, tetapi sudah terlambat. Dio susah meneguknya dengan cepat.

Fyi, aku dan Dio masih labil dengan sebutan aku-kamu. Hehe.

"Nih, makasih ya, Kei." katanya sambil nyengir.

Aku memutar bola mataku malas, "Gak ikhlas."

Bukannya merasa bersalah, Dio malah terkekeh sendiri.

Untung cogan!

"Hm." Teman-temanku berdeham secara serentak.

"Vel, kayanya di sini banyak nyamuk deh," ujar Aurel sambil menepuk-nepuk tangannya sendiri. Vela pun ikut melakukannya.

Dio menaikan sebelah alisnya karna melihat kelakuan konyol mereka.

"Eh kayanya kalian belum mandi deh, mengkanya nyamuk pada dateng," kata Dio yang membuat aku, Vita dan Niken tertawa mendengarnya.

"Enak aja!" Satu bungkus snack mendarat tepat di wajah Dio yang dilempar oleh Aurel.

"Lo tau aja Rel, kalo gue suka ciki keju," ucap Dio dan langsung membuka bungkus ciki itu.

Aurel hanya melotot dan menggeram di sebrang sana.

"Mau?" tanya Dio sambil menoleh ke arahku.

Aku hanya menggeleng tersenyum.

"Lo gak mau nawarin gue? Itukan ciki gue!" ujar Aurel kesal.

"Karena lo udah lempar ke gue, maka ini hak milik gue. Jadi terserah gue, mau nawarin ke siapa." jawab Dio, lalu memakan ciki itu. Santai.

"Keiraaaa," rengek Aurel menatapku.

Jika sudah begini, Aku hanya bisa tertawa melihat pertengkaran konyol yang mereka buat.

Akhir pertengkaran ini selalu sama, Dio lah yang akan menang dan Aurel yang akan selalu merengek kesal padaku. Mengapa harus aku?

"Di, lo liat Reihan gak?" tanya Niken setelah berhenti tertawa.

"Reihan? Engga liat Ken." jawabnya.

"Oh gitu," ucap Niken.

"Reihan kan pacar lo, kenapa lo malah nanya ke Dio?"sambung Vita.

Niken mengusap tengkuknya, "Ya kali aja Dio tau, Vit. Dio kan temennya,"

"Di kelas juga nanti pasti ketemu, Ken." ujar Dio.

Setelah itu, Dio beranjak dari tempat duduknya.

"Mau kemana, Di?" tanyaku.

"Ke lapangan, aku lupa tadi anak basket di suruh ngumpul." jawab Dio sebelum meminum jus punyaku lagi.

"Thanks minumannya, Kei." ucapnya kemudian di sertai senyum. Aku pun mengangguk membalas senyumnya.

"Oiyah, thanks juga ya, Rel, cikinya. Besok jangan lupa lemparin gue makanan lagi hehe...."

"Bodo amat. Pergi lo husss husss." jawab Aurel dengan gerakan mengusir.

Kami kembali tertawa melihat mereka.

Only HopeWhere stories live. Discover now