Kebahagian yang dirasakan Kang Seulgi lenyap begitu saja karena tragedi yang merenggut setengah dari dirinya, membuat sikapnya berubah dari dirinya yang dulu.
Hingga ia bertemu dengan pria yang membangun kembali kepingan hatinya yang hancur akibat...
Seulgi menangis sejadi-jadinya, tanpa ia sadari seorang pria tengah menatapnya dari depan pintu, pria itu juga tengah menangis melihat seulgi yang meringkuk dan diselimuti kesedihan, perlahan pria itu mendekat lalu memeluk seulgi, ia telan tangisannya agar tetap terlihat tegar di depan gadis yang ia cintai itu.
"jiminnn" ucap seulgi sambil menangis di pelukan jimin.
"ssttt, aku disini sayang" jimin mengusap rambut seulgi agar gadis itu tenang.
Jimin melepaskan pelukannya, ia menatap seulgi intens, diusapnya pipi seulgi yang terbanjiri air mata.
"jangan nangis, aku tau kamu kuat seul, aku juga akan selalu disini sama kamu. Jadi, kamu gausah takut" Jimin mencium kening seulgi lalu memberinya senyuman hangat agar gadis itu tenang.
Pintu kamar seulgi terbuka menampilkan sosok seorang wanita paruh baya dan suaminya, di belakang mereka ada jin dan seorang dokter muda yang menghampiri seulgi, Jimin yang semula duduk di kursi samping ranjang rumah sakit kemudian berdiri menyapa mereka.
"eomma, appa" seulgi berusaha mendudukkan diri dari posisi semula.
"annyeong haseyo, eommonim, abonim" kata jimin sopan sambil membungkukkan badannya.
Kedua pasangan paru baya itu pun ikut membungkuk sambil menjabat tangan jimin.
"ahh, kau pasti jimin, benar?" tanya ayah seulgi.
"ne, abonim"
"terimakasih telah menjaga seulgi nak jimin" terdengar suara ibu seulgi lirih mengisyaratkan kesedihan yang pastinya sudah mengetahui kondisi anaknya. Jimin hanya mengangguk menanggapi perkataan nyonya kang.
Kedua orang tua seulgi pun kemudian menemui anaknya sambil berbincang dengan dokter mengenai kondisinya, jimin melihat seulgi kini sudah lebih kuat, kini ia sudah tidak menangis lagi saat membicarakan penyakitnya seperti beberapa jam yang lalu.
Dokter bilang peluang seulgi untuk sembuh lumayan besar, namun hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan bertahap, mengingat seulgi yang mengalami gagar otak sedang semenjak kecelakaan itu dan telatnya penanganan karena seulgi yang tidak langsung menghubungi dokter saat merasa mulai sakit kepala sejak dulu.
Gagar otak memang penyakit yang tidak bisa di sepelekan, jika di biarkan dan tidak ditangani dengan cepat maka kondisinya dapat semakin fatal, seulgi beruntung karena tidak sampai hilang ingatan sejak kepalanya menglami trauma akibat kecelakaan itu.
"untuk penanganan lebih lanjut saya mohon nyonya dan tuan kang menemui saya di ruangan saat selesai mengambil sample lab nanti siang" ucap dokter itu sambil menjabat tangan kedua orang tua seulgi bergantian kemudian pergi meninggalkan ruangan.
"jimin" panggil seulgi sambil berbaring di tempat tidur, kepalanya sudah tidak sakit lagi semenjak masuk rumah sakit kemarin malam.
Ayah dan ibunya menemui dokter sedangkan seokjin pulang ke apartement mengambil baju-baju seulgi. Tinggalah mereka berdua di kamar, jimin yang sedari tadi mengupaskan jeruk untuk seulgi lalu menghentikan aktivitasnya karena panggilan gadis itu.
"kenapa sayang? kepalanya sakit lagi?" tanya jimin kawatir. Seulgi menggeleng.
"aku bosen, jalan-jalan yuk" ajaknya.
"ini udah malem seul, diluar dingin. Kamu juga masih sakit" kata jimin tidak mau mengambil resiko
Seulgi terlihat cemberut "ayolah, aku bosen banget jim, yang ada nanti kepalaku makin sakit kalo diem di kamar terus" rengeknya. Jimin masih tidak menjawab, ia tidak mau berdebat dengan orang sakit.
"yaudah kalo gamau nemenin. Aku sendiri aja" ancam seulgi yang tiba-tiba bangun dari tempat tidurnya.
"aishhh arraseo" kata jimin sebal sambil menghembuskan nafas kasar melihat tingkah seulgi.
Seulgi yang merasa telah menang mengembangkan senyum lebar ke arah jimin yang wajahnya kini di tekuk.
Mereka tiba di rooftop rumah sakit, disana terdapat sebuah taman kecil lengkap dengan bangku taman di sudut-sudutnya, sepi. Hanya mereka berdua yang kini duduk di salah satu bangku taman sambil melihat cahaya lampu-lampu jalanan seoul.
Seulgi memejamkan matanya, menghirup kuat-kuat udara sejuk yang menenangkan pikiran dan hatinya. Jimin yang duduk di sebelah gadis itu memandangnya dengan tatapan lembut dengan senyum yang menghiasi wajahnya yang manis. Seulgi merebahkan kepalanya ke bahu jimin, mata mereka menuju jalan raya yang diterangi lampu jalanan, indah.
"ahh yeppeo" gumam seulgi dengan tatapan masih lurus kedepan, jimin menolehkan matanya ke arah seulgi.
"kamu lebih cantik" puji jimin yang dibalas tawa oleh seulgi.
"jim.. kalo aku gak sembuh gimana?"
*deg
Hati jimin tiba-tiba terasa mencelos, jatuh dari atas rooftop ketika mendengar kata-kata seulgi, ditariknya nafas dalam-dalam menguatkan hatinya.
"kamu ngomong apa sih, kamu pasti sembuh"
"aku takut jim"
"aku disini, gausah takut"
"bukan" potong seulgi, kini gadis itu membenarkan posisinya, matanya menatap mata jimin yang tepat berada di depannya.
"aku takut kamu ngalamin kejadian yang sama kayak aku dan chan" sambungnya masih menatap jimin.
Lagi-lagi jimin merasa hatinya jatuh dari ketinggian rooftop ini, matanya tak sanggup lagi memandang mata seulgi, jimin mengalihkan pandangannya ke arah jalanan berusaha menahan sesuatu yang ingin keluar dari matanya.
"gak akan" jawab jimin singkat. "aku gak akan ngebiarin itu, aku akan jaga kamu semampuku"
"kamu. harus. sembuh" ucap jimin dengan penuh penekanan di setiap ucapannya. Seulgi terharu mendengarnya, mata seulgi memanas, perlahan air matanya keluar saat jimin menariknya ke dalam pelukan hangatnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.