Chapter 25 - Curse Of Melody - Envelope?

212 30 0
                                    

Ferdy tertawa pelan, "Dia mirip sekali dengan nenekmu. Bersikukuh menyelidiki segala macam kasus, sama sepertimu." Tapi dia kembali serius, "Julian, tampaknya ada yang ingin mencemarkan nama baik perusahaan dan keluarga."

Julian tampak mengangkat alisnya, "Tapi, bukankah Ayah menyuruhku pulang karena laporan perusahaan belum beres?"

"Benar dan sebabnya karena seseorang yang mengaku Ayah memberikan modal untuk menjalankan bisnis dengan Britannia Row. padahal Ayah tidak pernah memberi modal ke Perusahaan rekaman yang bukan bidang Perusahaan ini."

Julian sangat tahu Perusahaan itu, dia pernah membacanya di media social. Britannia Row Studio adalah studio rekaman di Fulham, London SW6, England.

"Lalu apa masalah yang mencemarkan nama baik keluarga?" Tanya Julian.

Ferdy menggerakkan laptop ke putranya yang segera membacanya, dia mengepalkan tangannya saat membaca. Ayahnya melihat perubahan sikapnya, namun diam tidak berkomentar.

XXX

Keesokannya para ketujuh detective pergi ke studio rekaman tempat sang wanita bersuara merdu bekerja.

Sesampainya mereka disambut oleh dua penjaga, mereka dengan mudah dipercayai untuk masuk karena adanya Steven yang sering menjemput istrinya.

Sang Producer sedang duduk diam dan menatap seseorang yang sedang bernyanyi untuk melatih vocal disebuah ruangan dari balik kaca yang membatasi mereka.

Mereka yang datang memilih menunggu sang Produser selesai memperhatikan wanita yang menyanyi tersebut.

Selesai menyanyi Producer mengangguk dan terlihat puas dengan penampilan terakhir wanita tersebut, setelah mengalami kesalahan satu kali.

Steven tampak mengenal wanita tersebut baik, sangat kenal. Namun, ketika semua bertepuk tangan memuji wanita tersebut, hanya dia yang tidak bertepuk tangan.

Producer yang menyadari kedatangan Steven dan para detective mengerutkan kening.

"Bisa produser bicara dengan kami sebentar?" Tanya Jane meminta persetujuan.

Lionel pun menyuruh Alexa, wanita yang menyanyi tadi dengan para kru untuk keluar dari ruang studio khusus rekaman tersebut.

"Tidak, produser saja yang ikut kami ke tempat lain." Ucap Steven mencegah mereka.

Produser menghela napas pelan dan mengangguk, menyuruh mereka untuk ke ruangannya.

"Baiklah, apa yang ingin kalian bicarakan?" Tanya Lionel sudah duduk disofa dihadapan mereka.

"Sebenarnya, kami hanya ingin memastikan email." Ujar Pete membuka suara pertama.

Sang Producer tampak bingung dengan arah pembicaraan mereka, "Email apa maksud kalian?"

"Email dari anda, sir." Jawab Dick tenang.

Bob menatap Steven, "Coba perlihatkan padanya," ucapnya langsung, membuat Steven memberikan Handphone istrinya.

Lionel agak melebarkan mata membaca email tersebut dan tampak tenang berbicara, "Apa maksud kalian dengan menunjukkan ini?"

"Benar anda sudah menemui Miss Dianna didepan rumahnya?" Tanya Bob dengan menyelidik.

Lionel tersenyum kecil, "Tentu saja tidak, anak muda. Bukan sudah aku bilang padamu Steven jika aku belum menemui istrimu?"

"Memang, tapi..." Steven mengambil Handphone istrinya dan membuka file message sent pada kotak pesan. Lalu menunjukkan isi email dan jam terkirim, "Sepertinya kau telah menemuinya." Lanjutnya menunggu ekspresi sang producer.

Lionel menghela napas, "Dengar ya, tidak ada email masuk dari istrimu Steven. Jika kau tidak percaya lihat saja." Jawabnya langsung mengeluarkan Handphone miliknya dan menaruhnya diatas meja.

Jupiter dengan penasaran mengambil Handphone dan membuka pesan menuju inbox, seperti yang dikatakan sang produser jika tidak ada satu pesan yang terlihat dari Miss Dianna. "Benar, tidak ada." Ucap Jupiter Jones.

"Tidak ada?" seru George, Anne dan Jane kompak.

'Tidak mungkin.' Pikir Anne menyipitkan mata pada sang producer.

'Pasti dia menghapusnya.' Batin Jane dipikirannya.

Sesuai dugaan George dalam hati pasti dia tidak mengakui, memang sepertinya sulit untuk membuat dia mengungkap.

Mereka juga tidak bisa menyimpulkan langsung jika dia merupakan pelaku, harus ada bukti yang kuat, konkret, dan nyata. Jika perlu topeng dari semua kebenaran yang tersembunyi di balik kasus ini.

Malamnya Jane yang keluar hotel untuk mencari udara segar pun didatangi seorang lelaki muda yang melangkah padanya dan memberikan sebuah amplop cokelat pudar sambil mengatakan, "Kiriman untukmu nona, maaf saya tidak sopan langsung mendatangimu."

Jane tersenyum tipis menerima amplop tersebut, "Tidak apa, tuan. tapi, siapa yang mengirimkan ini?"

"Saya tidak boleh menyebutkannya, nona. permisi." Ucap pria tersebut terburu-buru pergi dari Jane ketika ditanya seperti itu.

Jane duduk dikasur dan membuka amplop itu, ketika melihat isinya... dia merasa ingatan masa lalunya kembali. Ingatan yang sangat tidak ingin diingatnya.

Sedangkan diwaktu yang sama meski berbeda tempat. Julian yang hendak tidur dikamar rumahnya pun melihat maid tergesa-gesa padanya.

"Ini untuk tuan." ucap Maid tersebut.

"Dari siapa, bi?" Tanya Julian menerima amplop.

"Dia tidak mau menyebutkan nama, tuan. saya permisi dulu." Jawab maid dirumahnya lalu melangkah menuruni tangga.

Julian mengangguk dan masuk kamarnya. Setelah membuka isi didalam, dia segera melebarkan mata dan langsung meremasnya. "Shit!" umpatnya.

__

To Be Continued

Pada penasaran apa yang didapat mereka didalam? Lihat kelanjutnya setelah chapter selanjutnya. Sayonara.

05/05/2017

The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang