Chapter 17 - Ledakan di Kereta Api - Transaksi Gelap

306 35 0
                                    


Disalah satu gerbong kereta api terlihat seorang pria berbaju hitam sedang mengambil handphone disakunya dan mengetik nomor tujuan yang akan dia telepon. Setelah diangkat lawan bicaranya, pria tersebut yang tidak terlihat ekspresinya karena tertutup topi pun berkata.

"Tuan, situasi disini clear." Ucapnya tersenyum miring.

"Kau telah yakin suasana sudah aman?" Tanya lawan bicara yang merupakan ketuanya.

Terdengar nada ragu pada lawan bicaranya, dia mengalihkan pandangan pada seorang pemuda berkacamata yang masih pingsan dikursi pada ruang disalah satu gerbong.

"Yakin. saya telah menemukan sosok yang tuan khawatirkan. Dia terlihat membawa kamera dan entah apa yang dipotret anak ini." Jawab pria tersebut dengan nada yakin.

"Segera periksa apa isi foto dikameranya!" serunya memerintah anak buah yang meneleponnya.

"Baik." pria yang menelepon tuannya menatap satu kawannya dan menggerakkan telunjuk ke kamera tersebut.

Seakan mengerti apa yang diperintahkan, kawannya segera mengambil kamera yang masih berada ditangan Bob yang terikat dan segera melihat isinya.

"Terus laporkan situasi disana, pastikan semua lancar. Mengerti?"

"Saya mengerti." Ucap bawahannya.

Kawannya menunjukkan pada kawan yang tadi menelepon ketua foto yang tampak tiga orang kawanan pria membelakangi kamera sedang berbicara dengan serius, foto mereka berdua yang hendak masuk salah satu ruang digerbong, dan foto nomor ruang mereka berdua.

"Hapus ketiga foto tersebut." perintah pria tersebut. kawannya- yang memegang kamera segera melakukan apa yang diperintah. "Periksa foto lain." Lanjutnya.

Sebelum dua pria berbaju hitam keluar, salah satu pria bertanya, "Kenapa kau menaruhnya?"

Kawannya tersenyum seringai, "Kenapa? supaya sindikat berjalan lancar. semua yang menganggu harus dimusnahkan."

Terlihat raut tidak senang kawannya- yang terlihat memprotes.

"Jangan kau memasang raut peduli pada remaja tersebut. jika tuan tahu kau akan dimusnahkan."

"Biar-"

"Kau pergi saja duluan." katanya memotong jawaban kawannya.

x~x

Saat ini, Bob semula membuka matanya perlahan dan terlihat samar. saat pandangannya telah jelas, hal pertama yang dilihatnya adalah dinding ruang. dia melihat keadaan disekelilingnya- yang tampak kosong.

Tidak ada siapapun.

Tidak ada seorang pun diruang itu.

Hanya dia.

Tidak peduli dengan rasa sakit dipunggungnya. dia beralih ke lain. Dirinya- yang merasakan sesuatu ditangannya pun mengangkat tangan yang terasa tidak ringan.

'Kameraku.' pikirnya.

Dia segera memeriksa apa ketiga foto yang dikameranya masih ada atau tidak. Bob tidak menemukan foto tersebut. dia yakin telah menyimpannya, segera digulir foto-foto sampai akhir. namun, tidak ditemukan juga. Berarti seseorang sudah menghapusnya.

Bob mencoba mengingat kenapa dia berada disini, sebelumnya dia bersembunyi dibalik dinding, dan... mendapat ingatan, selagi dia sudah memotret organisasi tersebut, dirinya tiba-tiba merasakan pukulan keras dari arah belakangnya!

Dirinya segera membuka pintu diruang tersebut, namun pintu tidak bisa terbuka, dia mencoba menggebrak pintu. tapi, apa daya dengan tubuhnya- yang kecil. dia kemudian mendengar suara berdetak kecil didekatnya. dia pun segera melihat apa yang ada dibawah kursi yang dia duduki tadi.

Bom!!

Lengkap sudah takdirnya... sudah ketahuan memata-matai, bukti dikameranya dihapus, dirinya dikunci, dan berada dekat bom lagi.

~**

Kereta melaju sudah dua puluh menit dengan tujuan ke arah Pucatelo dengan kecepatan cepat. Jane masih mencari keberadaan Bob bersama Julian, Anne Pete, dan Viesha. Sebelumnya mereka membagi tugas untuk mencari Bob Andrews yang hilang dengan berpencar.

Jupiter, Reswee, George, Dick, dan Lilia mencari ke arah Utara. Sedangkan Pete, Viesha, Julian, Anne, dan Jane mencari ke arah Selatan.

Secara langsung Julian yang sekitar beberapa meter melihat dua orang pria dewasa berbaju hitam merentangkan tangan ke samping dan menyuruh mereka bersembunyi bersama dirinya.

"Ini pesanan anda."

Dia melihat dua orang tersebut memberikan sebuah koper kepada seorang pria tampak sangar yang terlihat menerimanya.

Pria tampak sangar pun kemudian membuka koper tersebut.

"Seperti yang diinginkan, bukan?"

Sang Pria yang tampak sangar pun beralih tersenyum miring dan mengangguk.

~~

Huftt, maaf kalo gak nyambung alur kasusnya. Author lagi malas sebenarnya, walaupun lagi banyak ide :D

Oke, vote dan komen?

SriTaurus5

24/04/2017

The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang