Pesona Anak Baru

776 43 2
                                    

Pagi itu, siswi SMA Bangsa dihebohkan dengan kehadiran anak baru yang begitu menarik perhatian hampir semua siswi SMA baik dari kelas X sampai kelas XII, kecuali cewek dengan rambut panjang hitam pekat yang seakan tidak peduli dengan kehadiran anak baru itu, ia justru lebih peduli dengan buku biologi yang sedari tadi menemaninya didalam kelas yang sepi. Hanya ada beberapa murid laki-laki yang duduk di barisan paling belakang.

"Luna!!!"

Cewek yang semula sibuk dengan buku biologinya itu langsung mengangkat wajahnya begitu mendengar namanya dipanggil dengan keras, sudut bibir gadis itu terangkat saat sahabatnya, Anaya datang menghampirinya

"Lun! Lo harus tau! Anak baru itu ganteng banget!!!" ucap Anaya hiperbolis, sedangkan Luna hanya tersenyum tipis melihat tingkah sabahatnya. Ia sudah sangat hafal bagaimana sifat sahabatnya itu, ceria, ekspresif, dan heboh.

"Ish! Kok lo nggak respon apapun sih Lun!" Anaya mendengus sebal.

"Terus gue harus ngapain, Nay?" tanya Luna kemudian kembali fokus pada bukunya, sebenar Luna bukan tipe cewek yang kutu buku, apalagi dia adalah murid dengan kategori yang biasa-biasa saja.

"Ya... Lo ngapain kek. Lo wajib lihat cowok itu! Dan, kayanya gue suka deh sama dia" Anaya berucap sembari menjatuhkan pantatnya di kursi yang terletak disebelah Luna.

Luna memutar bola matanya jengah, belum ada satu jam ia mendengar cerita Anaya soal si 'anak baru' itu, tapi ia sudah sangat jengah mendengarnya.

"Hm... Ya... Ya... Ya... Terserah lo Nay, gue mau belajar bentar lagi bel masuk" katanya acuh kemudian kembali fokus pada buku biologi tebal dihadapannya

"Tumben lo belajar? Kesambet apaan?"

Luna menghela napas untuk kesekian kalinya, ia kemudian menatap sahabatnya itu dengan tatapan lelah

"Hari ini, jam pertama, ulangan biologi. Lo taukan betapa begonya gue dimata pelajaran itu?" ucap Luna frustasi, sementara Anaya hanya mengendikan bahunya. Biologi memang menjadi musuh terbesar bagi Luna, maka tidak kaget jika  sahabatnya itu berubah menjadi cewek kutu buku jika ada ulangan harian mata pelajaran biologi

"Santai aja kali, cuma ulangan. Kalo nilai jelek ya tinggal remed" ucap Anaya santai seiring dengan bel masuk yang berbunyi nyaring. Luna menghembuskan napasnya, saat ini ia hanya berharap apa yang ia pelajari tadi bisa membantunya mengerjakan soal ulangan.

Kelas yang semula ramai berubah menjadi hening saat Bu Siwi memasuki kelas, Luna menghembuskan napasnya untuk kesekian kalinya. Sungguh, ia belum siap mengikuti ulangan biologi hari ini.

"Selamat pagi anak-anak"

"Pagi Bu..."

"Simpan semua catatan! Tidak ada benda apapun diatas meja kecuali bolpoin." perintah Bu Siwi tegas yang langsung dilaksanakan oleh semua murid

"Bantuin gue ya Nay" bisik Luna, Anaya mengangguk sembari mengacungkan jempolnya

"Tenang aja"

***

"Hema Pradikta, murid pindahan dari Bandung, anak XI IPS 1" Anaya berucap dengan mata berbinar begitu mengetahui nama dan kelas dari si 'anak baru' tersebut. Sedangkan Luna hanya meliriknya sekilas, entahlah ia sama sekali tidak berminat soal anak baru yang katanya jelmaan dewa yunani itu.

"Sayang banget dia nggak sekelas sama kita, tapi nggak papa deng! Kelas kita sama kelas IPS 1 kan deket!!!" ucap Anaya hiperbolis, gadis bermata hazel itu menangkupkan kedua tangannya didepan dada

"Kayanya gue serius suka sama dia deh... Gila! Dia ganteng banget, Lun! Manis lagi... Aahhh! Tipe cowok idaman banget" Luna terkekeh mendengar ucapan sahabatnya yang begitu berlebihan.

"Hati-hati lho, cowok kaya gitu biasanya cuma suka mainin cewek" ucap Luna santai

"Heleh! Sok tau lo. Lagian lo kan jomblo seumur hidup." balas Anaya sengit sementara Luna hanya mengendikan bahunya acuh

Anaya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin yang ramai, pandangannya jatuh pada Hema, si 'anak baru' yang sedang sibuk dengan makanannya. Anaya memegang dadanya yang tiba-tiba sesak. Melihat Hema dari kejauhan saja sudah mampu membuatnya sesak, bagaimana jika cowok itu datang dan menghampirinya? Jelas Anaya tidak mampu membayangkannya

"Lun! Oh God!!! Hema ada di kantin, itu Lun duduk paling pojok! Ah! Yaampun ganteng banget!!!"

Luna menolehkan kepalanya, mengikuti arah pandangan sahabatnya. Iris hitamnya menangkap sosok Hema yang juga tengah menoleh kepadanya, ia akui ia sempat terpesona dengan mata Hema

"Ah! Dia liat sini Lun!!! Ya Tuhan, meleleh hati gue" Anaya memalingkan wajahnya, kulit wajahnya yang putih sudah berubah semerah tomat.

"Oh... Jadi dia" balas Luna seadanya, ia kemudian kembali menyantap baksonya yang tersisa setengah

"Luna! Ya Tuhan! Kenapa sih lo adem banget jadi cewek? Gue curiga, jangan-jangan lo pecinta sesama jenis ya?!" tanya Anaya sarkastik, Luna menoleh cepat kemudian menyentil kening sahabatnya

"Enak aja lo! Gue normal, cuma menurut gue, Hema itu biasa aja..." katanya, Anaya mendengus sembari mengusap keningnya

"Abis, lo adem banget jadi cewek. Pantes jomblo" ucap Anaya sengit

"Dih, nggak ngaca? Lo juga jomblo kali Nay."

"Bodo ya, yang penting gue pernah pacaran. Nggak kaya lo!"

"Oh... Pacar lo yang ternyata selingkuh itu?"

"LUNA!!!"

"HAHAHAHA"

***

Luna menyeka keringatnya yang mengalir di pelipisnya, udara hari ini begitu panas dan ia harus dengan sabar menunggu ayahnya menjemputnya sedangkan Anaya sudah pulang sejak 30 menit yang lalu bersama supir pribadinya, kehidupan ekonomi Anaya dan Luna memang sangat berbeda. Anaya adalah anak seorang pemilik pabrik ternama di kota mereka, sedangkan Luna, hanyalah gadis dari keluarga sederhana. Anwar—ayah Luna hanyalah seorang karyawan kantor biasa sedangkan Rima —ibu Luna hanyalah seorang penjahit biasa. Luna bersyukur, setidaknya ia mempunyai orang tua yang begitu menyayanginya dan juga adiknya, Bintang.

Luna tersenyum saat melihat motor ayahnya berhenti dihadapannya, diraihnya tangan ayahnya kemudian menciumnya penuh hormat

"Maaf ya nunggu lama" ucap Anwar saat Luna sudah duduk di jok belakang motornya

"Nggak papa Yah... Aku juga baru keluar" balas Luna berbohong, Anwar terkekeh. Ia paham betul, jam pulang sekolah anaknya sudah lebih dari 1 jam yang lalu.

"Ya sudah, pegangan. Kita pulang, pasti bundamu sudah masak. Ayah lapar" Luna mengangguk kemudian melingkarkan tangannya di pinggang ayah tercintanya

Luna menoleh menatap gerbang sekolahnya sebelum motor ayahnya melaju membelah jalan sore hari, matanya tertuju pada Hema, si anak baru yang masih berdiri didepan pintu gerbang sekolah tak jauh dari tempat Luna menunggu ayahnya tadi. Cowok itu menatapnya dengan sorot mata hangat. Luna memalingkan wajahnya tak peduli. Meskipun dalam hatinya terselip banyak pertanyaan, tapi sedetik kemudian ia mengabaikannya dan lebih fokus berbincang dengan ayahnya

___________________________________________beberapa dari kalian mungkin pernah baca cerita ini, setelah hiatus hampir 5 tahun, aku coba buat repost lagi cerita ini. Hanya ini. Sekedar melanjutkan hobi... So enjoy the story!

Gummy a.k.a Pluto


BETWEEN US Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum