Luna Peduli

4 1 0
                                    

Hema berjalan cepat menuju ruang jurnalis, hentakan kakinya menggema sepanjang koridor sekolah yang mulai sepi. Sesekali matanya beredar mencari teman-teman club jurnalis yang juga terlambat seperti dirinya. Ya, Hema terlambat menghadiri rapat final club jurnalis untuk festival sekolah. Ia menghabiskan 30 menitnya di toilet sekolah karena mie ayam pedas yang ia makan ketika istirahat tadi.

Sesekali cowok itu meringis memegang perutnya yang mulai terasa sakit. Langkah Hema melambat begitu ruang club jurnalis tinggal beberapa langkah lagi didepannya. Ia menyeka keringat dingin yang membasahi dahinya. Tubuhnya lemas sekali, tapi rapat ini tidak mungkin ia lewatkan begitu saja.

"Sorry telat" ucap Hema sesaat begitu sampai di ambang pintu club jurnalis. Semua anggota club menoleh kearah Hema yang terlihat pucat dan lemas.

"Lo gapapa?" tanya Leo saat Hema duduk di depannya dan hanya dibalas anggukan oleh Hema

"Hema, nanti lo tanya sama Luna soal tugas lo sama Luna besok. Kalau dijelasin lagi, agak makan waktu. Kalian bahas juga soal pembagian job desk nya" Titah Doni si ketua club, Hema mengangkat jempolnya sebagai jawaban kemudian melirik Luna, cewek itu duduk tepat di sebelahnya, diam, cuek, seperti biasanya.

Hema tersenyum kecut, ada sedikit keinginan supaya cewek itu mau melihatnya yang tengah menahan sakit. Tapi siapakah Hema? Cewek itu bahkan tidak pernah menganggapnya ada. Setidak suka kah itu Luna padanya?

Hema terdiam beberapa detik saat secarik kertas  tiba-tiba ada di hadapannya

"nanti jangan langsung pulang, kita bahas dulu buat besok lusa"

Tanpa berpikir panjang menoleh ke arah Luna yang sedang fokus menyimak intruksi Doni, ia tau itu tulisan tangan Luna. Cowok itu tersenyum, kemudian kembali fokus mengikuti rapat final ini.

***

Rapat final telah selesai, dan disinilah Hema dan Luna dibawah pohon rindang tak jauh dari parkiran motor siswa. Luna menjelaskan beberapa hal yang belum sempat Hema dengar waktu rapat tadi. Sesekali Luna berhenti kemudan menatap Hema yang juga tengah menatapnya

"Paham?" tanya Luna, Hema tersenyum kemudian mengangguk sebagai jawaban. Tak bisa dipungkiri, perutnya saat ini terasa lebih perih dari sebelumnya. Namun ia tidak mungkin melewatkan waktunya berdua saja dengan Luna. Waktu yang amat sangat ia tunggu

"Lo pucet, sakit?" ucap Luna tanpa mengalihkan pandangannya dari buku catatan yang ia pegang. Hema kembali menoleh, kemudian mengangguk

"Sakit, tapi nggak papa" ucap Hema

Luna terdiam, ia menatap Hema, menempelkan tangannya di dahi cowok itu kemudian beralih memegang tangan Hema.

"Badan lo panas, lo kalo sakit ngapain berangkat?" ucap Luna khawatir, Hema tersenyum.

"Gapapa... Rapat final itu penting" ucap Hema. Luna menggeleng, ia kemudian menutup buku catatannya dan memasukannya kedalam tas yang ia bawa.

"Kita pulang" ucapnya.

"Rapatnya? Gue belum pah-"

"Rapatnya bisa kita lanjut besok, gue udah omongin semuanya, tinggal eksekusinya. Lo kuatkan pulangnya?" ucap Luna memotong.

Hema mengagguk, kemudian merapikan beberapa barang-barangnya. Sialnya, cowok itu tidak mampu menahan tubuhnya sendiri saat ia mencoba untuk diri. Luna membulatkan matanya sesaat setelah berhasil menahan tubuh Hema agar tidak tersungkur.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Aug 16, 2022 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

BETWEEN US Onde histórias criam vida. Descubra agora