prolog

849 70 75
                                    

"Saya terima nikahnya Ratih binti Arman dengan mas kawin uang sebesar dua juta tiga ratus dibayar tuna." Itulah ikrar janji yang Dewa ucapkan di depan wali Ratih yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Sebuah ikrar yang begitu sakral, sebuah komitmen suci terhadap Ratih, yang kelak akan ia pertanggung jawabkan kepada Tuhannya.

Ratih yang menunggu di kamar ditemani ibu dan kakak perempuannya, meneteskan air mata. Rasanya ia masih tidak percaya, jika detik itu juga ia akan menjadi seorang istri dari seorang laki-laki pilihan ayahnya. Arkana Dewa.

Ibunya menepuk kedua bahu Ratih dengan lembut, kemudian mencium pipi anak bungsunya, "Syukurlah nak, kamu sekarang sudah bukan lagi sekedar anak ibu, tapi seorang istri. Taatmu, tak lagi untuk ayah dan ibu tapi juga suamimu. Kamu faham kan, sayang?" Ratih hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Tunggulah, nak Dewa akan segera mendatangimu. Tersenyumlah, berbahagialah, jangan engkau tampakkan muram, kesedihan di wajahmu," ucap ibu sambil merapikan tampilan Ratih yang saat itu menggunakan baju kurung putih dan veil terjuntai dari kepalanya.

Sandra, sang kaka tak bisa menahan air mata. Adik yang sudah hidup bersamanya selama 18 tahun kini telah menikah. Sandra sendiri sudah menikah sejak tiga tahun yang lalu.

Di umur yang ke-21 ini, Ratih masih tidak menyangka bahwa dia menikah. Bahkan kuliahnya-pun belum selesai. Tinggal setahun lagi. Tapi, ayah Ratih yakin bahwa Ratih bisa bertanggung jawab entah sebagai seorang mahasiswi atau seorang istri.

Gorden pintu kamar Ratih dibuka, muncul seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, wajahnya begitu tegas, hidungnya mancung dan mata yang indah mendekati Ratih sembari tersenyum.

"Kau kah itu Ratih?" Ratih tertegun, tak mampu berkata-kata lagi. Hanya mata yang menatap lurus terhadap suaminya. Lisan mereka tertransfer melalui udara. Ratih mengangguk malu, rasanya seperti ratusan kupu-kupu terbang di dalam hatinya.

"MasyaAllah Tabarakallah, semoga Allah terus memberikan limpahan rahmat kepada keluarga kita kelak." Dewa mendekati Ratih, kemudian mengulurkan tangan kanannya. Ratih meraih uluran tangan itu kemudian menciumnya dengan lembut. Degub jantungnya meningkat, tangannya terasa dingin.

"MasyaAllah, benar kah aku sudah istri sekarang.hihi" gumam ratih geli di dalam hati.

Setelah mencium tangan Dewa, kemudian Ratih mendapatkan kecupan pertama dari suaminya. Lagi-lagi rasanya dada Ratih akan meledak karena perasaan takut, malu, terkejut, namun senang campur aduk menjadi satu.

Setenang ini kah pernikahan? Sampai-sampai membuat Ratih sebegitu bahagianya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setenang ini kah pernikahan? Sampai-sampai membuat Ratih sebegitu bahagianya.

Tangan Dewa ia letakkan dikepala Ratih, sembari ia mendoakan keberkahan untuk istrinya.

Bersatu lah dua hati yang saling mencinta pada hari itu. Dua hati yang perjalanan mereka kelak akan dipertanggung jawabkan kepada sang Ilahi. Kelak, ikatakan ini akan terputus karena maut atau perpisahan dunia, namun jika Allah ridho dan mereka pantas maka cinta ini akan berlanjut hingga ke surga.

Ahad, 30 Oktober, 2022
Sambil rebahan di atas kasur.

A Garden Of JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang