[08]_Fire Arrows_

Start from the beginning
                                    

"Tentu saja aku yang akan mengurus semuanya. Jika kau mau, aku bisa mendatangkan seribu iblis untuk mengurus rumah ini," jawabnya santai.

"Bukankah selama ini aku sudah mengurusmu dengan baik?" Rion tersenyum jail, alisnya terangkat menatap Hime dan ranjang bergantian.

Wajah cantik Hime beralih datar. Dengan malas gadis itu bangkit dan berjalan ke kamar mandinya.

"Dasar iblis mesum," umpat Hime membuat Rion semakin tertawa.

.

.

.

Hime masih menekuk wajah masam. Bibirnya mengerucut dengan kedua lengan menangkup wajahnya di atas meja saat Rion dengan sigap menyiapkan sarapan.

Alasan utama gadis itu memperkerjakan banyak orang adalah agar rumah mewah yang ia tempati tidak sepi.

Hime selalu senang melihat senyum ramah semua pekerjanya saat ia lewat. Mendengar canda tawa mereka saat bekerja, dan ikut tertawa bersama mereka saat Rion berada di kastelnya sendiri, di dunia para iblis. Tapi sekarang, pria tampan dengan surai legam yang kini dikuncir itu membuat suasana rumah ini lebih sepi dari pemakaman.

"Hahhh ..." Rion menghela napas kasar, ia ikut duduk di depan Hime yang masih cemberut dengan tangan yang sedari tadi memukul-mukulkan sendok di mangkuknya. Membuat kebisingan untuk melampiaskan kekesalan.

"Hime, dengarkan aku." Rion berucap datar.

Sengaja tak menghiraukan, Hime memainkan sendok itu hingga bunyinya semakin kencang. Dengan satu tatapan tajam Rion, sendok dan mangkuk itu terlempar dan pecah seketika.

"Sekarang, bisakah kau mendengarkanku, My Lady?" Rion menurunkan nada suara.

Dengan terpaksa, akhirnya Hime mau menatapnya. Memangku tangan di atas meja, masih melayangkan tatapan sebal.

"Apa kau ingat kejadian kemarin? Panah yang hampir saja menusuk jantungmu adalah panah perak." ucapan Rion membuat Manik Hime sedikit membelalak.

"Itu bukan panah sembarangan, hanya iblis dengan kekuatan menengah dan tingkat tinggi yang dapat menciptakan panah seperti itu. Ini contohnya."

Tangan kanan Rion terulur, kabut hitam muncul dari telapak tangannya dan berubah menjadi sebuah anak panah. Ia meletakkan anak panah itu di atas meja.

Manik Hime semakin melebar, menatap anak panah yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Jadi yang kemarin itu iblis?" Gadis itu terperangah.

Rion mengangguk. "Kau tidak ingin mereka yang tidak berdosa mati sia-sia, bukan? Karena itulah aku memecat mereka semua-" Rion menjeda sejenak.

"Iblis-iblis itu pasti menginginkan sesuatu. Dan mereka pasti akan kembali. Iblis tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang mereka inginkan."

Satu tangan Rion mengelus dagu seolah sedang berpikir. 'Aku harus mencari tahu siapa mereka - secepatnya.'

Hime terdiam, maniknya menyendu. Apa yang dikatakan Rion ada benarnya, jika mereka ada di sini mungkin mereka tidak akan bisa selamat jika iblis itu kembali lagi. Dan dia sudah mencerca habis-habisan pria itu tadi pagi. Apa yang sudah ia lakukan?

"Ternyata kau masih memiliki kebaikan di dalam hatimu, Lily." Rion bergumam pelan, pikirannya kembali melayang saat di mana gadis lugu di depannya ini mampu memberikan perintah kejam untuk membalas dendam dua tahun yang lalu.

LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]Where stories live. Discover now