"Kau baik-baik saja?" tanya Hyunjae memastikan.

"Y-ya, aku baik-baik saja. Hanya saja aku sedikit terkejut tadi." wajah Jieun terlihat sedikit pucat.

"Pergilah ke ruanganmu sebentar. Tenangkan dirimu dulu." saran Hyunjae.

"Ani, aku harus memeriksa ini." Jieun segera berlalu menuju ke lab nya.

Di dalam laboratorium, Jieun masih berusaha menenangkan pikiran dan emosinya.

Tentu saja hingga saat ini Jieun masih dalam keadaan shock.

Mengingat ia tak pernah diperlakukan oleh namja seperti itu.

"Aku ini kenapa?" gumamnya sambil terus menatap layar komputer.

"Jantungku, berhentilah seperti ini. Ia hanya orang aneh, pedofil, gila, tak waras, byuntae, jahat, jelek, ah ani-" Jieun berbicara sendiri namun sedetik kemudian ia mengutuk dirinya sendiri.

"Argh!" kesalnya.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

- Ruangan Namjoon -

"Namjoon-ah." panggil Hyunjae setelah mengetuk pintu ruangan tersebut.

"Wae?" tanya Namjoon.

"Baru saja terjadi hal aneh." Hyunjae sekarang sudah berada di hadapan Namjoon.

"Apa maksudmu?"

Hyunjae menghela nafas. "Jieun memintaku untuk menemaninya memeriksa Jungkook. Saat Jieun tengah memeriksa tangannya, tiba-tiba Jungkook menarik tangan Jieun dan menatap gadis itu lama."

"Apa mungkin Jungkook sudah tahu kalau Jieun adalah adiknya?" tanya Namjoon.

"Itu yang aku pikirkan."

"Tapi apa Jungkook tahu kalau Jieun itu adalah adiknya?" tanya Namjoon lagi.

"Molla." Hyunjae menjawab sekenanya.

Krek

"Eyy kalian sedang apa?" itu adalah Jin.

"Dari mana hyung?" tanya Namjoon.

"Kafetaria." jawabnya malas.

"Dasar perut karet!" teriak Hyunjae kemudian berlalu dari ruangan tersebut.

"Jadi kalian sudah mulai dekat ya?" Jin menggoda Namjoon.

"Entahlah. Aku mulai merasa nyaman bekerja dengannya." Namjoon menjawab sambil tersenyum tipis.

"Ya! Kalian tidak bisa berpacaran!" Jin segera menaikkan intonasi suaranya.

"Siapa yang mau pacaran?!" Namjoon membalas dengan teriakkan pula.

"Dari cara berbicaramu, kau tertarik dengannya bukan?" Jin tidak pernah menyerah untuk memancing Namjoon.

"Kau berbicara apa sih hyung" Namjoon menepis tangan Jin.

"Berbicara apa ya? Ah! Berbicara bahwa kau menyukai Hyunjae!" teriak Jin yang disambung dengan tawa khasnya.

"MWO?" teriak seseorang dari arah pintu.

Seketika Jin menghentikan aksi tawanya dan Namjoon mengeluarkan ekspresi kagetnya.

"Jadi kau menyukainya?!" lanjut orang itu.

"Hoseok-ah, kau tahu kan Jin hyung itu suka mengada-ada." Namjoon mencoba tenang.

"Ani, kali ini aku tidak bercanda. Hoseok-ah, kau merestui mereka kan?" Jin mencoba mencari sekutu.

"Hm bagaimana ya? Sejujurnya aku juga menyukai yeoja itu." ucap Hoseok dengan yakin.

"M-mwo? K-kau menyukai Hyunjae?" tanya Namjoon.

Kemudian di balas anggukan oleh Hoseok.

Namjoon terdiam. Kepalanya tiba-tiba terasa berat. Bagaimana bisa?

Tiba-tiba terdengar suara dering dari telepon genggam Namjoon.

"Ah aku harus pergi." kemudian Namjoon berlalu meninggalkan kedua namja yang masih diam di tempat.

"Hoseok-ah, kau serius?" tanya Jin.

"Tentu saja tidak. Aku hanya menguji namja itu. Kita sudah mendapatkan jawabannya hyung." jawab Hoseok sambil tertawa kemudian meninggalkan Jin di tempatnya.

Bodohnya, Jin tidak mengerti maksud ucapan Hoseok.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

Kembali ke dalam salah satu laboratorium.

Jieun sudah menguasai dirinya kembali setelah kejadian yang dialaminya beberapa saat yang lalu.

"Tidak ada sisa residu?" gumamnya.

Tok tok

"Jieun-ah? Gwenchana?" itu Namjoon.

"Eh? Nde sunbaenim. Aku tak apa." balas Jieun disertai senyuman.

"Baiklah. Aku akan terus mengawasinya agar kejadian tadi tak terulang kembali." Namjoon terdengar yakin.

Tentu saja leader satu ini akan selalu melindungi anggota tim-nya.

Jieun hanya mengangguk.

"Ah sunbaenim, karena kau sudah disini aku ingin memberitahumu hal ini. Tidak ada sisa GSR* di kedua tangan Jungkook." jelas Jieun sembari memberikan

*GSR (Gunshoot Residue), merupakan residu yang biasanya terdapat pada tangan bahkan pakaian seseorang yang menggunakan senjata api.

"Benarkah? Apa kau yakin?" Namjoon tak percaya.

"Aku sangat yakin. Tidak ada sisa residu di setiap tubuhnya. Apa kau ingat ia pernah berkata kalau ia lebih menyukai menggunakan senjata tajam?" ujar Jieun.

"Aku tahu. Namun tidak ditemukan luka tusuk ataupun luka lain yang disebabkan oleh senjata tajam di setiap tubuh korban yang sudah sangat jelas ditembak, ah kecuali korban yang ditemukan di salah satu gang waktu itu."

Para agen memang melacak kasus ini melalui semua korban. Total korban ada lima yang ditemukan sudah tidak bernyawa.

Namun hanya satu dari lima korban yang ditemukan penuh dengan luka tusuk, sementara yang lain ditembak di bagian dada dan kaki.

Namjoon menggosok dagunya tanda ia sedang berpikir.

"Kalau bukan Jungkook yang menembak para korban tersebut, lalu siapa?" semuanya hening.

"Kita harus segera menemukan Park Jimin dan Kim Taehyung." kemudian Namjoon segera meninggalkan Jieun di dalam laboratorium

[ stay ]

Bulletproof [BTS] Where stories live. Discover now