Bab 16 - Lawang Ombo

305 35 1
                                    

Pemandangan yang begitu indah menggugah hati memang selalu mengundang tangisan haru. Moses sampai sesenggukan melihat betapa indahnya dunia yang ia masuki. Seperti inikah rupa langit ketujuh? Namun ada sesuatu yang abstrak memberitahunya bahwa dunia yang ia masuki bukanlah langit ke tujuh, melainkan tempat yang lain. Tak pernah dalam mimpi-mimpi kosmik liarnya ia mendapati dunia yang begitu meriah dan menenteramkan penuh bintang, nebula, cincin saturnus, sabuk asteroid dan balapan komet dalam gelembung-gelembung yang melayang di atas permukaan keemasan beralur-alur membentuk pola segi delapan dan bintang berujung delapan saling menjalin.

Sebelum ia mendarat, tampak dari angkasa raya penuh cahaya yang ia tembusi dengan kecepatan secepat cahaya bergaya superman, dunia yang ia datangi ini berupa kepingan yang dilingkupi gelembung maha raksasa. Dari atas, permukaan yang seperti lempengan emas itu berujungkan delapan tempat delapan panggung lingkaran bertatakan kuncup teratai merah muda berada. Dari delapan itu, hanya satu yang membuka, dan satu lagi masih kehijauan. Dengan keyakinan total, Moses alias Asta Cakra menembus lapisan gelembung yang tebalnya bermeter-meter. Rasanya seperti menyebur ke air. Dari kaki Moses muncul gelembung-gelembung yang kemudian berisikan benda-benda galaksi. Sungguh amat dibuat kagum ia.

Ini adalah alam primordial Cakra Satria. Tempat jiwa-jiwa kepahlawanan yang dirajut oleh Baureksa Luhur bertempat. Setiap Cakra Satria akan diisikan jiwa sejati pahlawan berkemampuan aneka macam. Yang kesemuanya memiliki otot kawat dan tulang besi setelah direbus dalam lava dan dibekukan gunung es. Setiap Cakra Satria yang sedang dililit kesulitan, akan mendapatkan bantuan dari Cakra Satria pendahulunya. Kali ini, Moses akan bertempu Sapta Cakra. Gatotkaca alias Cakra Satria ketujuh. Di satu teratai mekar itu ada sosok sedang bermeditasi, wujudnya transparan kemerahmudaan, bercahaya. Ada juluran benang-benang cahaya yang merajutkan simbol bintang berujung tujuh, mengelilingi Sapta Cakra. Moses berjalan kaki ke sana, menghadap pendahulunya. Dilihatnya pada tangan yang menyatu membentuk lingkaran, dekat perut Sapta Cakra, terdapat bola cahaya yang berganti-ganti warna. Moses tebak itu adalah esensi jiwa Sapta Cakra yang sesungguhnya. Sosok transparan merah muda itu hanyalah proyeksi saja.

"Selamat datang, Asta Cakra." Sambut suara merdu yang berasal dari bola cahaya itu.

"Sapta Cakra." Moses otomatis tahu bagaimana bersopan santun ala Cakra Satria. Ia berlutut pada satu kaki dan menundukkan kepala, seperti layaknya ksatria menghadap raja. "Aku mohon petunjuk, dikabarkan bahwa aku tidak bisa kembali sebab pintu kawah energi telah tertutup."

"Tenang, tak perlu kau merasa terburu-buru sebab hitungan waktu di sini tak terpengaruh dengan hitungan waktu di sana. Di alam primordial tempat jiwa jiwa cakra satria berasal, waktu tidak mengikat. Kita terlahir dari cahaya. Dengan cahaya kita bisa menjelajah. Kehidupan membutuhkan cahaya, Asta Cakra. Itu kuncinya."

Yang Moses pikirkan kini mengenai dimensi Asta Lawang yang senantiasa gelap. Ya mereka butuh cahaya.

"Apa kau sudah tahu tugasmu?" tanya Sapta Cakra.

Moses mengangguk. Tugasnya adalah menjaga keseimbangan dimensi Asta Lawang dengan segala cara. Selain itu, Moses harus menolong segera sepupunya. Rakila, tunggu aku.

"Untuk kau ketahui. Dahulu, delapan gerbang kabut Asta Lawang dapat membuka kapan pun tuan rumah mau. Namun karena serangan Duruwiksa, pertahanan diperketat. Tujuh kaum penghuni Asta Lawang telah mencabut akses mereka ke Palagan Wolu. Itu merupakan tindakan putus asa yang menyebabkan mereka tak dapat ditilik lagi nasibnya oleh Baureksa Luhur. Kami, para Cakra Satria telah mencoba untuk menyambungkan mereka kembali, namun masih gagal. Manusia yang menjadi cakra satria sebelum-sebelumnya belum ada yang berhasil menyerap Asta Pancar secara menyeluruh. Datanglah kau kini, Moses, telah menyerap seluruhnya. Harapan yang hampir pupus itu dapat kami rengkuh kembali. Cahaya adalah kekuatan. Cahaya yang kita miliki bukanlah cahaya sembarangan, sebab cahaya yang kita miliki berasal dari Mustika Cahaya. Ketahuilah, ada beberapa Mustika Pusaka yang sangat diincar oleh para Duruwiksa. Mustika Pusaka itu tercipta untuk menjadi saka kokoh yang menopang semesta Watukayu. Jangan remehkan benda-benda kecil, sebab suatu waktu gunanya sangat berarti. Mustika-mustika itu jangan sampai jatuh ke tangan yang salah. Kestabilan semesta Watukayu yang saat ini tengah dirundung pergeseran sebab dahulu pemilik Mustika Dimensi melakukan hal bodoh nan ceroboh, sangat bergantung pada mustika-mustika yang lain. Mengenai jenis, nama, fungsi dan keberadaan mustika-mustika itu tidak diketahui. Bahkan para Baureksa Luhur saling menyembunyikan rahasia. Cakra Satria hanyalah satu dari banyak pahlawan-pahlawan yang Baureksa persiapkan untuk menjaga keseimbangan semesta Watukayu. Ketahuilah, di setiap penciptaan, tidak hanya akan diciptakan satu jenis, selalu ada keberagaman, dan setiap ragam itu membawa tujuannya masing-masing. Tujuan yang berasal dari gagasan. Yang Maha Mencipta memberikan kemampuan menggagas bagi makhluknya, gagasan adalah sebuah kebebasan. Maka, gagasan yang diusung Duruwiksa sangat berbahaya."

"Duruwiksa kah yang menutup kawah energi surya secara paksa?"

"Benar. Tujuannya adalah untuk mencegahmu muncul. Mereka yang diperalat Duruwiksa akan mencoba menerobos masuk Randucakra kemudian menggerogoti desa-desa selanjutnya sampai mereka dapat menghancurkan kerajaan yang berada di ujung. Di kerajaan itu terdapat mustika lain. Aku tidak tahu sebab aku belum pernah mencapai sana."

"Berarti tujuan Duruwiksa adalah untuk menguasai semesta Watukayu?"

"Tujuan Duruwiksa suka berubah-ubah. Kita tidak pernah tahu pasti siapa yang diperalat dan tujuan apa yang diemban, Duruwiksa melaksanakan rencana dengan perlahan."

"Baiklah. Dengan mewujudnya aku sebagai Asta Cakra, aku sudah mendapat cukup pengetahuan, dan setelah menjumpai pendahuluku, aku menjadi tahu pasti tugasku. Sekarang, beritahulah bagaimana aku dapat kembali." Moses bangkit berdiri dan memohon diri.

"Kuncinya adalah cahaya. Sebab kita terbuat dari cahaya. Sisanya, kau akan tahu sendiri. Keajaiban sering datang tak diduga." Bola cahaya Sapta Cakra menuntun Moses menuju titik tengah alam primordial itu. Ketika Moses menjejakkan kakinya tepat di tengah, gelembung-gelembung yang berisikan benda-benda langit mengumpul mengelilingnya, lalu memipih berupa kepingan dan berjajar dalam garis sinkronitas di atas kepala Moses. Keping-keping itu kemudian berubah menjadi portal.

Dengan kecepatan cahaya dan gaya terbang ala superman atau Gatotkaca, Moses melesat menembus portal-portal itu. Moses melesat dengan meninggalkan jejak-jejak cahaya terang benderang. Ia tahu, ia tengah melintasi Lawang Ombo. Pintu lebar yang tak terbatas, dapat mengarahkan mereka yang tersesat tak bisa pulang. Moses akan menjadi pahlawan Asta Cakra yang Asta Lawang butuhkan.

Warok Sentadu terpaksa menahan serangan terhadap ular raksasa transformasi sempurna si Raiulo. Ia telah terbang ke sana kemari demi menemukan titik lumpuh ular raksasa itu. Besarnya memenuhi Palagan Wolu. Tak peduli si ular raksasa menibani para Raikewan jelata, masih ada Raikewan yang datang dari langit lagi, semakin banyak pula.

Warok Sentadu harus berhati-hati menyerang ular raksasa itu sebab di mahkota kaca yang dipakai di kepala ular itu adalah kerangkeng anak manusia saudara Moses.


ASTACAKRAWhere stories live. Discover now