Bab 12 - Cakram Dimensi

354 37 2
                                    

Ketiga Warok terhempas tenaga hantaman benda asing itu. Hempasan tersebut mengakhirkan terbukanya pintu kawah energi surya. Api dari gesekan benda asing dengan atmosfer dimensi Asta Lawang membara singkat di permukaan tanah hitam legam Palagan Wolu.

"Aku tidak mengerti. Apa yang gerangan terjadi?" Warok Belibis mengamati tubuh tak berdaya si tuan Raikewan, Railutung. Tubuh gagah bermuka monyet itu babak belur berdarah-darah, banyak bukaan luka akibat sayatan benda tajam, bola mata Railutung telah dicongkel, lidahnya ditarik menjulur lalu digigitkan dengan rahang menggunakan ikatan rotan. Sungguh keji, walau itu terjadi kepada musuh mereka. Jasad tak bernyawa Railutung diikat rekat ke bongkahan batu. Warok Belibis yakin batu itu sebelum mencapai atmosfer Asta Lawang, awalnya berukuran besar, bisa jadi juga bongkahan batu itu aslinya adalah singgasana batu gunung tempat Railutung menikmati sajian gelaran tarung di gelanggang.

"Kawan, itu sudah jelas. Railutung digulingkan. Dikhianati dengan cara keji. Raikewan sudah tak peduli dengan siklus permainan. Kuduga dalang utamanya adalah Raiulo." Ujar Warok Kepik.

"Duruwiksa." Apa yang disebut oleh Warok Sentadu mengundang kejut pada lempar pandang tiba-tiba Warok Belibis dan Warok Kepik kepada guru luhurnya itu. Guru Warok mereka tampak gelisah, tentu saja, bukaan kawah energi surya sudah lenyap. Itu artinya Moses tidak bisa kembali, kecuali ada keajaiban di atas keajaiban. Katakanlah, mukjizat.

Warok Kepik yang percaya bahwa Duruwiksa langgeng dalam kurungan langit, menyangkal, "Bukankah mereka ada di penjara langit?"

Tak diduga oleh keduanya, Warok Sentadu memberi ungkapan isyarat meminta maaf.

"Ada apa guru?" tanya Warok Belibis.

"Situasi genting menuntut tindakan genting pula. Aku sebagai Warok Utama di Randucakra, merasakan adanya ketidakseimbangan antar dimensi. Apa yang terjadi sekarang ini, adalah bukti bahwa Duruwiksa sudah mulai melancarkan muslihat-muslihatnya. Lupakan mengenai siklus delapan hari pergeseran dimensi dan permainan Raikewan itu. Kita harus siap menghadapi kekacauan yang akan datang sebentar lagi."

"Guru sudah dapat berkomunikasi dengan Baureksa Luhur lagi?" Warok Belibis mengharap itulah jawabannya.

Warok Kepik tampaknya sudah tahu. "Guru memakai portal tersembunyi."

Warok Sentadu melakukan ungkapan isyarat permintaan maaf lagi kepada mereka. "Telah aku bersemedi untuk menggali apa yang kuketahui, dan aku tak punya jawaban atas firasat tak enakku mengenai pergeseran dimensi. Tindakanku memang melanggar apa yang telah kita sepakati. Aku buntu. Jadilah kuambil dengan nekad tindakan itu. Aku harus bertemu Baureksa Luhur. Ketahuilah, benar adanya, ada celah terbuka di penjara langit. Membuat Duruwiksa dapat mengirimkan niat-niat jahatnya kepada begunda-begundal di cabang-cabang dimensi yang maha luas ini. Akan ada tangan-tangan jahat yang diarahkan oleh Duruwiksa untuk menguasai dimensi-dimensi. Kegelapan sedang menyebarkan pengaruhnya."

Warok Belibis dan Warok Kepik saling pandang.

"Jika demikian, itu berarti guru hanya mengambil jalan terakhir. Kami tidak akan tersinggung mengenai itu. Situasi genting membutuhkan tindakan genting pula. Jika memang Duruwiksa mulai menyebarkan pengaruhnya, berarti, penjara Raja Siluman akan terpengaruh." Kata Warok Belibis.

"Kali ini tidak. Duruwiksa sudah tidak membutuhkan Raja Siluman lagi. Raja Siluman terpenjara terlalu dalam di bawah lapisan dimensi. Mereka akan bertindak sendiri. Memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang sedari awal sudah bersifat buruk. Mereka akan menggagalkan bangkitnya Cakra Satria kita. Kawah energi surya tidak boleh terganggu." Warok Sentadu menjatuhkan diri pada lutut ke tempat tadi munculnya kawah energi surya.

"Jika begitu, kita buka lagi saja pintu kawahnya. Kita singkirkan dulu Railutung ini." Kata Warok Kepik.

"Kau tahu, tidak bisa membuka kawah energi bila tanpa calon Cakra Satria dan akses dari Baureksa Luhur."

"Benar juga. Kalau begitu, mari kita bertemu dengan Baureksa Luhur, kita pergi melalui portal Cakragraha." Usul Warok Kepik.

Warok Sentadu melakukan gerakan menebas udara. "Lihat! Kalian bisa lihat itu?"

Warok Belibis dan Warok Kepik mengikuti arah yang ditunjuk. Mereka terperangah, mereka terserang kecemasan yang mendekati maut. Di langit, sisa-sisa cahaya yang terpancar dari kawah energi surya sudah memudar dan berganti gelap. Lembaran cahaya hijau juga tak nampak. Namun, mereka melihat ada sesuatu yang lain. Secakram dimensi yang tengah mendekat dan bersiap menubruk cakram dimensi Asta Lawang. Jadi begitulah mengapa Railutung dapat dilemparkan. Cakram antar dunia mereka jaraknya dekat.

"Ini bukan pergeseran dimensi seperti biasanya!" seru Warok Kepik.

"Lupakan mengenai pergeseran dimensi yang alami. Pergeseran kali ini adalah percepatan rencana jahat Duruwiksa. Bersiaplah terhadap yang terburuk. Kita bertiga adalah pertahanan paling depan. Kerahkan semaksimal mungkin jurus. Kita tidak bisa pergi masuk ke portal Cakragraha, karena bagi yang tidak berpengalaman, masuk ke sana hanya akan membuat orientasi terhadap waktu sirna seketika. Kau tidak akan tahu pergi berapa lama di sana. Serta kau tidak akan tahu akan dibawa ke mana oleh portal misteri itu."

"Lalu bagaimana dengan Moses?" Warok Belibis khawatir luar biasa. Dengan adanya Cakra Satria, ia yakin kekuatan penghadang akan berkali lipat. Kini, harapan itu pupus sebab pintu kawah energi surya sudah lenyap. Itu artinya Moses tidak bisa kembali.

"Mari berharap di proses penggodogannya ia bertemu dengan Baureksa Luhur. Ia perlu mukjizat yang banyak." Kata Warok Sentadu.

"Seberapa besar peluangnya?" tanya Warok Kepik.

Warok Sentadu tidak menjawab. Ia malah mengambil sikap bersiap tempur. Matanya menyorot ke arah yang ia tunjuk tadi. Ada letupan-letupan dari cakram dimensi yang tengah mendekat. Letupan-letupan itu kemudian berubah jadi seperti komet yang menembus atmosfer Asta Lawang. Kedatangan Raikewan seperti hujan meteor.

Palagan Wolu kedatangan banyak makhluk bermuka hewan.

Ratusan lawan tiga.    

ASTACAKRAWhere stories live. Discover now