Bab 5 - Raikewan

586 51 2
                                    


Tak mungkin Moses adalah Gatotkaca. Ia meyakinkan diri. Gatotkaca hanyalah riwayat pewayangan yang diceritakan turun temurun. Sisi lain dirinya membisiki, di masa lampau mitos adalah kenyataan. "Oh tidak. Tidak mungkin. Aku Gatotkaca?" tanyanya kepada Warok Sentadu ketika sudah diajak masuk ke dalam bangunan berdinding lingkar. Warok Belibis memberitahu Moses bahwa bangunan itu disebut Cakragraha. Lantainya dari kayu mengkilap, di pusat ruangan, terdapat pola mandala poros delapan.

"Siapa itu Gatotkaca?" Warok Sentadu tampak asing dengan nama yang disebut Moses.

"Kalian tidak tahu?"

"Coba jelaskan, siapa tahu di sini namanya beda." Warok Sentadu mengajak Moses duduk bersila di atas mandala tersebut.

"Gatotkaca adalah tokoh di cerita wayang di tempat asalku. Dia bisa terbang dan sangat sakti. Ototnya kawat tulangnya besi." Belum selesai Moses menceritakan, Warok Sentadu sudah menimpal.

"Oh. Terdengar tidak asing. Namun di sini namanya beda walau cirinya sepertinya sama. Di sini dia tidak seorang diri, dia adalah delapan dalam kesatuan. Nanti kujelaskan, perlahan-lahan, sebabnya ini akan menjelaskan jati dirimu."

Warok Belibis datang membawakan nampan dengan satu kendi dan dua cangkir gerabah. Air hangat kehijauan mengalir keluar dari mulut kendi. Berbuih ditampung oleh cangkir gerabah. "Ini enak, coba saja, dijamin kau akan minta nambah." Ungkap Warok Belibis ketika mendapati Moses mengernyit jijik melihat minuman itu.

"Minumlah." Warok Sentadu menerima cangkir dari Warok Belibis. "Dalam hal kekhususan, seperti sekarang ini, dalam rangka menyambutmu. Kau boleh minum sebanyak yang kau mau. Biasanya kami hanya diperkenankan minum minuman ini satu hari satu cangkir. Terlalu enak dan terlalu membuai."

"Terima kasih." Moses menyesap minuman itu. Warok Belibis dan Warok Sentadu tidak bohong. Minuman itu sungguh enak sekali. Moses jadi menenggak habis minuman itu sekali tempel bibir. Warok Sentadu melihatnya tersenyum, seperti sudah menduga.

"Omong-omong, sebelum kita memulai menjawab dan menjelaskan semuanya, mengapa kau langsung terpikirkan Gatotkaca?"

"Bintang di dadaku. Bintang ujung delapan, sama seperti bintang yang dimiliki Gatotkaca di dadanya."

"Begitu. Kau bilang sepupumu diculik makhluk bermuka hewan?"

"Iya benar. Aku harus segera menolong sepupuku, kata Warok Belibis anda bisa membantu saya."

"Tentu aku akan membantumu. Raikewan, begitu kami sebut makhluk yang menculik sepupumu, adalah musuh bebuyutan kami semenjak terjadinya pergeseran dimensi. Jadi tentu saja aku akan senang membantumu."

Moses merasa ada udang di balik batu.

"Jadi bagaimana kita ke tempat persembunyian mereka? Anda tahu kan tempat mereka?"

"Aku takutkan kita tidak bisa segera ke sana."

"Loh, kenapa?"

"Celah dimensinya belum terbuka. Lagipula, kau belum bisa apa-apa."

Moses garuk-garuk kepala. Benar, ia harus pelan-pelan menerima penjelasan yang teramat asing ini. "Aduh, tolong coba dimulai dari yang paling sederhana. Tempat apa ini, maksudku, dimensi apa ini?"

Warok Sentadu mengangguk mafhum. "Tempat ini adalah Desa Randucakra, tempat tinggal para Warok, bisa kau sebut dengan pendekar, yang mempelajari filosofi dan kearifan hewani dalam jurus-jurus bela diri. Kemudian, tempat kau muncul pertama kali adalah Palagan Wolu. Tempat delapan gerbang menuju beragam kaum penghuni alam Watukayu berada. Untuk memasuki setiap gerbang itu memerlukan kunci khusus yang hanya dimiliki oleh Pendekar Abu-abu penjaga Alam Watukayu. Dimensi kita berada sekarang ini adalah bagian dari semesta luas Watukayu.

ASTACAKRAWhere stories live. Discover now