Bab 14 - Prewangan Cakra Satria

418 35 3
                                    

"Oh, tidak." Moses baru ingat. "Bagaimana aku kembali ke Palagan Wolu?" Ia tak merasakan pertanda apa pun dirinya akan terangkat oleh apa pun itu, yang akan membawanya menuju bibir pintu kawah tempatnya masuk. "Oh, tunggu dulu. Aku sudah menjadi Asta Cakra." Banyak imajinasi mengenai kekuatan-kekuatan akrab di jati dirinya. Moses yakin ia bisa terbang.

"Warok Sentadu, semoga kau bisa dengar. Bagaimana dan di mana aku bisa kembali?" Moses mendongak ke langit yang biru tanpa awan. Tanah yang dipijaknya menguarkan aroma segar rumput. Moses menaruh satu lutut mencium tanah, ia sedang mengambil ancang-ancang untuk melompat terbang. Hiyak!

Moses melesat, namun di udara ia jadi ngeri sendiri. Inikah sensasi pertama terbang? Sama seperti ketika memanjat ketinggian lalu tersadar tidak ada pengaman yang akan menjagamu dari kejatuhan. Moses meniru gaya Superman. Ia mengepalkan tangan dan lurus ke atas sementara satu tangannya mengepal dekat pinggang. Moses percaya seutuhnya. Kemudian, melesatlah ia bagai roket. Awan baru terbentuk dari udara yang ditembusnya dalam kecepatan. Moses terbang mengelilingi dunia baru ini sebanyak delapan kali. Meski ketika memijak tanah ia mengira dunia ini luas, ternyata ketika dijelajahi dengan terbang, terasa sempit. Apa Moses terlalu kencang laju terbangnya?

Moses mengharap adanya lubang portal untuk ia masuki lalu muncul di Palagan Wolu. Namun di jelajahannya itu, ia tak temui satu pun. Langit biru tertutup, seperti kubah. Ketika tiba-tiba langit menggelap keunguan, perasannya jadi tidak enak. "Ada yang tidak beres."

Moses mendarat. Demi menenangkan rasa was-wasnya, ia mengamati zirah perang yang sedikit mirip dengan gambaran Gatotkaca, minus selendang. Ia mengepal tutup tinjunya, ia bisa merasakan adanya aliran kekuatan yang mantab dari sana. Ia ingin mencoba meninju tanah, siapa tahu ia akan mengirim guncangan mirip gempa bumi, namun ia urungkan, tidak bijak mencoba sembarangan kekuatanmu.

Moses menunggu dan menunggu. Ia jadi bertanya-tanya apakah proses penggodogannya sebagai Asta Cakra sudah selesai apa belum. Bila belum selesai, mana kok proses berikutnya lama tak datang. Hanya dataran terhampar hijau dan langit ungu menggelap yang ada. Ah, apakah ini ujian kesabaran?

Di sudut dalam diri Moses mengingatkan, sepupumu menantimu. Jadi terbitlah secuil nafsu terburu-buru untuk segera menuntaskan misi utamanya untuk menyelamatkan Rakila. Tidak tidak, ia harus menunggu. Entah apa yang harus ia tunggu.

Bersilalah sejenak dan renungi apa yang terjadi dan telah terjadi. Jenis kebijakan yang diraihnya ketika proses penggodogan super singkat itu memberitahunya. Moses duduk bersila lalu mengambil sikap meditasi seperti yang diajarkan Warok Belibis.

Ketenangan lambat laun mengisi batinnya. Moses sayup-sayup memejamkan mata. Dunia berubah seketika. Ketika memejamkan mata, dalam sekejap ia dibawa ke angkasa raya. Moses terkejut sampai tersentak, ia membuka mata lagi, dunia berubah jadi dataran rumput dan langit ungu kembali. "Oh, aku sepertinya sudah terhubungkan. Entah dengan apa." Moses memejamkan mata lagi.

Ia mendapati dirinya melayang di antara benda benda langit. Di hadapannya adalah matahari itu sendiri. Sangat terang dan panas, namun tak membakar Moses. Matahari, atau sebut saja Surya, berkata, "Kau terlalu dekat Cakra Satria, mundurlah, ia yang ingin bicara denganmu baru akan tampak."

Moses mendorong dirinya untuk mundur, masih dalam posisi duduk bersila, melayang di angkasa. "Siapa yang akan bicara denganku?" Moses bertanya. Ia melihat sekitar dalam sapuan pandang yang perlahan dan tenang.

Sang Surya memecutkan suar apinya. Di hadapan Moses kemudian muncul simbol raksasa, berapi-api, berbentuk bintang berujung delapan. Di tengahnya, muncul wajah yang bisa menyiratkan rupa siapa saja. "Selamat datang Cakra Satria." Sambutnya.

Moses begitu terpukau dan merasa kerdil melihat simbol raksasa itu. "Siapakah engkau?" ada getar dalam suaranya.

"Aku adalah Prewangan Cakra Satria. Roh penghubung jiwa-jiwa Cakra Satria. Aku adalah penghubung yang berjaga-jaga di ambang batas dimensi. Wahai Asta Cakra, ketahuilah kabar buruk ini, engkau tidak bisa kembali ke Palagan Wolu sebab pintu kawah energi suryanya telah hancur."

Moses mencelos mendengar itu. "Bagaimana bisa?"

"Ada yang terjadi di Palagan Wolu. Pergeseran dimensi yang tak menuruti aturan alam. Ada kekuatan besar setara Baureksa Luhur yang menggeser cakram dimensi dengan semena-mena. Yang setara dengan Baureksa Luhur itu disebut dengan Duruwiksa, roh-roh jahat. Dahulunya mereka terpenjara di langit. Namun, ada celah yang memungkinkan mereka melancarkan niat-niat busuk demi menggemparkan semesta."

Moses jadi khawatir. Jelas-jelas dimensi Asta Lawang dalam bahaya. "Lalu bagaimana aku bisa kembali? aku tidak paham dimensi-dimensi."

"Tenang. Selalu ada jalan. Jika dengan satu cara kau dinyatakan tak bisa kembali, ambillah jalan lain. Di dalam jiwa-jiwa Cakra Satria tertanam yang disebut sebagai Mustika Cahaya. Sebab engkau telah menyempurnakan diri sebagai Asta Cakra, kau dapat bergerak secepat cahaya. Kecepatan bisa membelokkan ruang. Namun untuk menempuh itu, akan sulit, sebab memerlukan latihan berjuta kali. Untuk lebih mudahnya, mari kuantar kau kepada Sapta Cakra. Cakra Satria sebelummu. Sebab akulah Prewangan Cakra Satria, roh penghubung para Cakra Satria."

Prewangan Cakra Satria membentuk tangan yang terbuat dari api dan cahaya. Menyentuhkan jarinya ke bintang ujung delapan yang timbul di zirah dada Moses. "Nantinya, kau dapat mengaktifkan ini sendiri. Kau perhatikan saja apa yang terjadi lalu ingat-ingat, agar kau dapat terhubung sendirinya nanti."

Bintang ujung delapan itu menyala terang, kemudian delapan ujungnya meletupkan bola cahaya. Delapan bola cahaya lalu berubah menjadi kepingan. Kepingan-kepingan yang menempatkan diri di delapan titik mata angin. Moses sebagai pusatnya.

Kepingan-kepingan itu bergerak mengelilingi Moses dalam gerakan sinkronitas, menciptakan jejak garis cahaya yang melukis angkasa dengan gambar bunga teratai. Delapan keping lingkaran itu terus berputar sampai gambar bunga teratai dari jejak garis cahaya dapat menyala sendiri. Kemudian delapan keping itu memutar posisi, menjadi sejajar dengan Moses. Delapan keping itu lalu menyatu, berubah menjadi portal.

"Masuklah." Kata Prewangan Cakra Satria.

Moses terpana, ternganga, begitu indah alam yangditampilkan oleh portal itu. Ia mengusaikan posisi meditasinya, beraksi sepertisuperman lagi. Melesat terbang masuk ke dalam portal tersebut, demi bertemu SaptaCakra, demi meminta petunjuk cara keluar. 

=============================
Baca kelanjutannya dengan membeli ebooknya di google playbook

Klik link ini
https://play.google.com/store/books/details?id=L0MlDwAAQBAJ

ASTACAKRAWhere stories live. Discover now