"Hn."

Sakura mengambil dua buah biskuit import yang membuatnya penasaran dan memasukkannya ke dalam tas.

"Arigatou, Sasuke."

"Douite."

Sasuke segera menarik meja yang berada di dekat kasur dan meletakkan kotak makan pemberian Sakura. Ia mendapati pasta dengan saus Bolognese di dalamnya.

"Tomat, hn?" gumam Sasuke dengan suara yang cukup keras untuk dapat didengar Sakura.

"Iya. Kau sudah bosan dengan tomat? Kalau begitu biar aku saja yang makan."

"Itadakimasu," sahut Sasuke sambil tersenyum tipis.

Wajah Sakura agak memerah. Terkadang Sasuke membuatnya bingung. Di suatu waktu lelaki itu terlihat sulit dipahami. Namun di lain waktu, lelaki itu begitu gamblang menunjukkan ekspresinya dan tampak begitu mudah dipahami. Dan sikap lelaki itu juga terkadang terlihat menggemaskan ketika berkaitan dengan sesuatu yang ia sukai, seperti yang ditunjukkannya saat ini.

"Kau benar-benar suka tomat, huh? Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu jika tiba-tiba saja tomat tak dijual dimanapun."

"Aku akan menanamnya sendiri," sahut Sasuke seraya memakan pasta buatan Sakura yang mendadak membuatnya bernafsu makan.

Sakura tertawa dengan reaksi lelaki dihadapannya. Ia tak menyangka jika lelaki itu benar-benar mencintai tomat hingga seperti ini. Jangan-jangan, lelaki itu lebih mencintai tomat dibandingkan apapun di dunia ini.

"Ya ampun. Jangan bilang kau akan menjadi petani tomat setelah lulus. Atau membuka restaurant serba tomat?"

"Mengapa tidak?" jawab Sasuke seraya mengunyah pasta Sakura. Ia bahkan tak peduli jika apa yang ia lakukan sebetulnya tidak sopan dan melanggar tata tertib menikmati makanan yang diberlakukan di keluarganya.

"Pasta nya enak."

Sakura tersenyum, "Oh ya? Untunglah kau menyukainya. Atau jangan-jangan kau menyukai masakanku karena menggunakan tomat?"

Sasuke menggelengkan kepala, "Tidak. Pasta nya memang enak."

"Sungguh?"

"Kau tidak mempercayaiku, hn?"

"Tidak, tentu saja aku mempercayaimu. Hanya saja, aku tidak mengira kau akan memuji orang seperti ini. Kau tidak kerasukan, kan?" Tanya Sakura dengan sedikit menyindir di akhir kalimat.

"Dasar bodoh," dengus Sasuke sambil menyeringai tipis. Ia mendekatkan tangan nya ke kepala Sakura dan mengacak rambut gadis itu.

Sakura terkejut dengan reaksi lelaki itu. Jantungnya berdebar keras dan wajahnya memerah. Sasuke benar-benar manis saat ini.

.

.

Mikoto baru saja kembali dari rutinitas berbelanja dan bersenang-senang bersama rekan-rekannya sesama kaum sosialita. Ia bahkan hampir lupa jika Sasuke sedang berada di rumah sakit jika supirnya tidak mengabarinya bahwa ia telah mengantarkan barang yang Mikoto titipkan pada Sasuke.

"Bagaimana keadaan anak itu?" Tanya Mikoto dengan asal walaupun sebetulnya ia tak terlalu peduli. Ia malah merasa rumahnya jauh lebih nyaman tanpa harus bertemu dengan Sasuke. Rasanya setiap kali ia melihat Sasuke ia selalu mengingat sosok putra sulung kesayangannya yang mati akibat egoisme Sasuke. Dan ia masih merasa kesal meski bertahun-tahun sudah berlalu.

"Kondisi Sasuke-sama sudah mulai membaik. Menurut perawat, nafsu makan nya sudah mulai kembali. Dan ia tampaknya senang ketika menerima kiriman dari anda. Dia bahkan meminta saya untuk menyampaikan terima kasih kepada anda."

Sixth SenseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora