Kopiku tumpah.
Lihat ragamu mulai merebah,
tangan terkulai. Melemah.
Selepas beberapa oktav amarah.
//
Masih terdengar nyanyian gergaji,
pun anak-anak yang antusias mengaji
Penuh. Sesak. Mengungkung dalam imaji,
mendengar kabar anakmu dalam jeruji.
//
Kau berlari. Terseok-seok bergegas pergi,
risau hati. Renta tak dipedulikan lagi.
//
Tetes demi tetes bayu, Meruntuhkan.
Mengiringi jumpa, penyesalan.
Tak kuasa bertanya ada apa gerangan?
Hanya merasa gagal, menjadi peraduan.
//
Membusuk! Bernanah tetap terpatri.
Sulit mengering, menjadi momok dalam diri.
Sebuah tanya mengekor dalam kalbu,
apa aku gagal jadi ibu?
//
Kopiku yang tumpah telah menguap,
yang tersisa hanya hawa pengap.D.11517
YOU ARE READING
Tidak Terbatas
RandomBerisi kumpulan puisi, uneg-uneg, celotehan, sindiran, ungkapan kekecewaan, wujud berontak, tuntutan, dan lain-lain. Dipublikasikan secara acak. Melarang keras segala bentuk plagiarisme. Kritik dan saran yang membangun selalu dinantikan, Enj...