PART 19

5.3K 247 14
                                    

Adel terus terisak, tak memperdulikan hp yang ada disakunya berbunyi. Bahkan dia tak peduli istirahat sudah selesai, yang dia inginkan adalah sesak yang dia rasakan menghilang. Dia tak menyangka Bella akan berbicara seperti itu, sekarang hati Adel sangat sakit. Sangat sakit.

"Apa yang salah dari diri gue? Apa gue salah udah nerima Fahri jadi pacar gue?" ucap gue disela-sela sedang menangis.

Meskipun belum mendengarkan penjelasan dari Fahri, tapi Adel yakin kalau ucapan Bella hanya akal-akalan nya saja. Katakan dia kekanakan, tapi mendengar Bella bicara kalau Adel lebih cocok sama cowok bejat dibandingkan sama Fahri itu sudah membuat perasaannya sangat sakit.

Adel memeluk lututnya lebih erat, berusaha untuk meredam tangisannya yang semakin kencang. Hingga dia merasakan tepukan pelan dikepalanya.

"Dek" panggil bang Arya, gue mendongak dan langsung memeluknya sangat erat.

Terdengar helaan nafas Arya, inilah kenapa dia sangat sulit menerima cowok yang akan mendekati adik kesayangannya.

"Hei, udah dong nangisnya. Entar tambah jelek loh," ucapnya sambil mengelus-ngelus rambut gue pelan.

Bukannya tenang seperti apa, tapi malah tangisan Adel semakin kencang dipelukannya "Abang cuma bercanda kali, udah ya nangisnya."

Adel menggeleng terus menangis lagi, hatinya yang sudah sakit karena Bella berbicara seperti itu. Semakin sakit karena omongan abangnya, meski dia tahu bahwa itu cuma bercanda.

Arya mendesah, lalu melepaskan paksa pelukan adiknya itu "Lo tahu kenapa gue selalu gak kasih lo pacaran? Karena ini. Abang gak mau lo disakitin," jelasnya panjang lebar.

"Maaf bang, kalau gue udah bikin lo sedih." ucap gue lirih saat melihat kedua mata bang Arya itu sedih.

"Lo gak perlu minta maaf, udah ya jangan nangis." dihapusnya bekas air mata gue, lalu bangkit dari sana. Yang sebelumnya sudah menggengam tangan gue untuk berjalan meninggalkan taman belakang itu.

"Bang lepasin ya genggamannya, gue takut sama fans lo." bisik gue sambil melirik kearah cewek-cewek yang tengah menatapnya, lebih tepatnya kedirinya dengan tatapan yang ingin memakannya hidup-hidup.

Tapi emang abang gue rada-rada, bukannya ngelepasin malah semakin erat dan itu bikin fans-fansnya bang Arya melotot.

Gue hanya pasrah, karena kalau gue ngomong sampai berbusa pun gak bakal di dengarin.

"Dasar cewek gatel, udah pacaran sama kak Fahri masih aja deketin kak Arya." celetuk salah satu murid yang gue lihat kayaknya dia adek kelas.

Ingin sekali gue berteriak pada adek kelas itu kalau kita itu saudara kandung. Tapi karena tenaga gue sudah habis gara-gara nangis tadi, jadi gue hanya berdiam diri.

Tiba-tiba genggaman abang gue terlepas, saat gue menoleh kesamping rahang bang Arya sudah mengeras dan tatapan dingin sudah terbentuk dalam matanya. Gue meneguk saliva susah, meski bukan gue yang ditatap seperti itu. Tapi tubuh gue merasa takut dan gugup bersamaan, takut terjadi yang tak diinginkan akan terjadi.

Bang Arya maju kearah cewek yang kini menunduk takut "Lo bilang apa barusan?" tanyanya halus tapi tidak bisa menutupi kemarahan bang Arya.

Cewe itu menunduk takut, dia tidak menyangka bahwa ucapannya di dengar oleh kakak kelasnya itu. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, karena tatapan Arya yang sangat sedang emosi.

Arya mengeluarkan seringaiannya, dengan sengaja dia mengurung cewek itu diantara kedua tangannya yang dia sengaja ditaruh disisi kanan dari kiri cewek itu.

"Gue tanya sekali lagi, lo bilang apa?" masih dengan nada halus Arya menanyakan itu, tapi cewek itu belum mengatakan apa-apa. Tanganya meraih dagu cewek itu, agar cewek itu menatapnya.

Back With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang