u-12

925 174 1
                                    

Athifa S: gue jalan duluan ya, gue gak mau bangunin lo tadi

Ervin yang sedang menyipitkan matanya pada layar ponsel pun langsung membelalakkan matanya. Badannya lelah sekali rasanya, setelah dari Shanghai ke Hong Kong dengan kereta super cepat di Cina.

Sebelum Ervin ingin menanyakan ke mana perginya gadis itu. Ia kembali mengurungkan niatnya. Gadis itu pergi lebih dulu tanpanya, karena gadis itu tidak menginginkannya. Seperti yang dia bilang tempo lalu.

Langkah kaki Ervin membawanya menuju balkon kecil yang menghadap kota penuh keramaian. Diambilnya sebatang rokok yang tadi ia letakkan di atas meja, lalu menatapnya.

Athifa tidak pernah suka dengan asap rokok, seperti ia tidak menginginkan Ervin. Dikembalikannya rokok yang selalu ia bawa ke mana saja itu pada meja. Ia akan membuat kopi saja.

Baru saja tangannya meraih satu saset kopi instan kesukaannya. Pikirannya kembali melayang. Athifa tidak pernah menyukai kopi jenis apa pun, gadis itu lebih suka yang manis-manis seperti susu misalnya. Nyatanya, hal-hal kesukaan Ervin pun tidak disukai Athifa. Apalagi perasaannya.

Tangannya meraih ponselnya. Bukan untuk menghubungi Athifa, walaupun ingin sekali ia bertanya di mana gadis itu sekarang, melainkan menghubungi Risya.

"Eh, Bang Ervin! Gimana jalan-jalannya sama kakak?" ucapan Risya di seberang sana membuat Ervin tersadar dari lamunannya. Ah, Risya adik kelasnya di kampus. Sekaligus adiknya Athifa. Yang pada kenyataannya juga, menyukai Ervin. Tidak perlu dipastikan lagi perasaan perempuan itu, sifat Risya sama persis seperti Ervin.

"Gue bukannya jalan-jalan, Sya. Gue lagi penelitian. Eksperimen. Ya gitu deh. Nanti juga tau kalo udah mau deket semester akhir." Ervin mengelak pernyataan Risya.

"Ooh, begitu. Lah, Bang. Kalo hati Risya udah diteliti lebih dalem lagi belom? Jangan kaget ya kalo ada nama Abang di situ." Risya melanjutkan dengan kekehan.

"Ya udah deh. Nanti diteliti pas di Indonesia. Kalo dari sini gak keliatan." Ervin menanggapi ucapan Risya.

"Mustinya keliatan, Bang. Soalnya perasaan Risya udah tumbuh berkembang biak nih." Risya kembali terkekeh. "Kenapa nelpon? Kak Athifa kenapa? Apa gara-gara si Abang Deka itu?"

Ervin menghembuskan napasnya. Rupanya ia melupakan satu orang yang membuat Athifa menolaknya.

unrequited.Where stories live. Discover now