u-8

982 196 4
                                    

"Vin, jangan cemberut lagi dong," ujar Athifa yang sudah kewalahan menghibur Ervin karena salah mengirim file. "Kita lagi liburan, lho. Kapan lagi? Nanti gue bantuin kerjain tugas lo deh. Tapi sekarang semangat dulu jalan-jalannya ya?" bujuk Athifa lagi.

Untuk hal seperti ini, mereka bagaikan ibu dan anak. Tapi dalam hati Ervin senang, kalau Athifa sedang membujuknya, perempuan itu pasti mengelus pelan pundaknya sampai perasaan Ervin membaik. Padahal, hanya cukup ada perempuan itu di sampingnya pun sudah membuatnya senang bukan kepalang.

"Besok kita mau ke mana? Hong Kong? Chengdu? Mangdu?" tanya Athifa dengan akhiran lelucon. Mangdu yang disingkat dari Mangga Dua Mall.

Ervin memberikan senyuman tipisnya. "Iya deh, iya. Apa sih yang enggak kalau buat Athifa sang pujaan hati?" ucap Ervin lalu menangkupkan wajah tirus Athifa dengan kedua tangannya.

Tatapan mereka beradu dalam jarak dekat. Diam dalam ramainya hiruk pikuk Cina. Ervin berusaha menenggelami ke dalam mata cokelat tua itu. "Sebenernya," Ervin mulai bersuara.

"Vin, apa besok kita ke Hong Kong, ya? Pengen ke Disneyland deh. Lo masih ada duit, kan?" tanya Athifa memotong ucapan Ervin sambil menepis pelan tangan Ervin dari wajahnya. Lalu matanya menatap arloji tangan. "Di sini mau ke mana dulu nih? Makan dulu, yuk? Laper." Athifa mendadak membicarakan banyak hal.

Ervin menghela napasnya. "Iya, masih."

Athifa mengangguk sebagai balasan. Ervin menatapnya dari ekor mata. "Lo gak mau gitu, kita ke...." ujar Ervin menggantung.

"Ke mana?"

"Ke hubungan yang lebih dari sekedar temen deket?"

Ucapan yang dilontarkan Ervin terakhir kali bagai ditelan angin. Tidak ada suara di antara keduanya. Mulut mereka bungkam.

Hingga akhirnya Athifa membuka suara.

"Gue gak tau."

Sebuah jawaban tanpa kepastian. Lagi.

unrequited.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang