iii.

1K 223 17
                                    


Taehyung namanya. Lelaki kelahiran musim dingin ini adalah lelaki dibalik seluruh puisi Jungkook. Kapten basket yang terkenal karena kemampuannya, dan parasnya yang tampan.

Karena kecintaannya dan keterampilannya akan bahasa, para guru memilihnya untuk menjadi panitia sekaligus juri lomba puisi tersebut. Walaupun ia sangat terkenal disekolah, ia juga termasuk anak brandal dengan prestasi gemilang.

Berterima kasihlah kepada ekskul yang ia ikuti. Dengan keahliannya ia dapat meningkatkan prestasinya dan mendapatkan jalur prestasi.



Pagi ini kelas yang ditempati Taehyung terlihat sedang jam kosong. Terbukti karena sebagian murid kelas itu memilih untuk pergi kekantin, menyisakan beberapa murid yang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.

Taehyung menidurkan kepalanya keatas meja karena rasa kantuk yang menghadang. Ia menghabiskan waktu tidurnya untuk menonton pertandingan bola dan membaca. Dan berhasil masuk sekolah dengan kantung mata yang lumayan kentara di wajah tampannya.

"Hey bocah!" Namjoon mengguncangkan tubuhnya, dan Taehyung berdehem untuk menjawab.

"Ada yang mencarimu," dengan langkah malas ia berjalan menuju pintu kelas, sesekali mengucek matanya.

Begitu ia sampai, matanya disuguhkan oleh pemandangan adik kelasnya yang menatapnya dengan mata doe yang bersinar. Taehyung yang melihat itu tersenyum. Tangannya meraih kertas berwarna biru muda yang disodorkan oleh sang pemilik.

"Sudah selesai?" suaranya serak, sehingga ia harus berdehem kecil setelahnya.

Jungkook pun mengangguk.

Berkat sinar matahari yang mengintip malu dibalik pepohonan; wajah Jungkook sukses membuat Taehyung menahan nafasnya. Yang muda pun tersipu malu akan tatapan yang tertuju padanya.

Bagaimana tidak. Mata coklat Jungkook yang terlihat seperti menyala akibat sang mentari, surainya yang dicat pink membuat Jungkook semakin manis, dan jangan lupakan pipi halus Jungkook yang merona merah.

"Apa kelasmu juga sedang jam kosong?" ia hanya sekedar berbasa-basi, karena ia benci suasana canggung.

"Umm.. Iya"

Kali ini Taehyung yang mengangguk. Melihat kearah kantin yang sudah mulai dikerumuni siswa karena telah memasuki jam istirahat. Karena kelas Taehyung terletak di lantai satu dan tepat berada di depan lapangan, mudah untuk dirinya mengintip keadaan kantin.

"Mau istirahat bersama?" Jungkook reflek mendonggak ketika mendengar nawaran dari orang yang ia sukai.

"Tentu." dengan perlahan namun yakin, ia memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan sang kakak kelas. Berusaha menyembunyikan kegugupan yang melanda.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin. Tak jarang keduanya ditatapi oleh para siswa lainnya. Entah tatapan kecemburuan, atau bingung. Bahkan ada beberapa perempuan yang hampir mimisan melihatnya.



Setelah berhasil makan berdua tanpa gangguan para penggemarnya. Taehyung mengantar Jungkook kembali kekelasnya, tak lupa untuk mengusak gemas rambut Jungkook. Dan sukses membuat teman-teman kelas Jungkook bersorak menggodanya.

Taehyung terduduk lagi dikursinya. Kelas sudah dimulai beberapa jam yang lalu namun ia memilih untuk memandang keluar jendela.

Teringat akan satu hal, ia dengan terburu membuka lipatan kertas yang tadi ia simpan didalam kantong kemejanya. Matanya melihat bagaimana tulisan rapih Jungkook menuliskan beberapa bait puisi.

Ia sandarkan kepalanya ke tanggannya sambil memandangi dengan kagum puisi yang Jungkook buat, sesekali bibirnya akan terangkat membuat senyuman yang dapat membuat siapa saja yang melihatnya meleleh.

"Not bad," ia bergumam, sesekali tertawa kecil saat paham akan isi dari puisi adik kelasnya.


Rindu

Jarak kita mungkin tak terlalu jauh tapi berbulan bulan kita tak bertemu , kebetulan memang tak bisa selalu ku andalkan .

Andai kita benar-benar teman mungkin tidak akan terlalu sulit untuk sekedar menanyakan kabarmu sembari membahas perihal temu agar aku bisa menatap wajahmu lebih lama, menikmati tawamu, menikmati senyuman mu sekalipun senyuman itu bukanlah karena dan untuk-ku .

Tapi nyatanya kita hanya sebatas mengenal , jangankan menanyakan kabarmu menyapa mu saja aku ragu , entah bagaimana aku harus menuntaskan rindu ini , mungkin mendo'akan mu adalah salah satu caraku menyampaikan rindu ku yang tak pernah tuntas ini .

biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang