D.E.L.A.P.A.N.B.E.L.A.S

235 24 8
                                    

Dalam kegelapan yang terasa dingin, kaki Naya tak sanggup berdiri. Melihat sosok penjaga yang selama ini ada di sampingnya dengan sangat jelas membuatnya membatu. Wajah yang tidak ada tandingannya, tidak pernah ia melihat rupa yang amat rupawan.

Gelap yang membuatnya sangat bercahaya. Dengan postur tubuh yang bagus dan pakaian adat Banjar membuat penampilannya sempurna, jantung Naya berdenyut-denyut menatapi setiap inci penampakan dari sosok pangeran yang selalu menjaganya.

Tak sanggup bertanya, Naya tak sanggup. Ia takut jika terpikat lebih jauh, dirinya hanya anak remaja yang suka mengidolakan artis korea tampan. Jika di depannya ada makhluk indah seperti itu, sangat mungkin ia akan tergoda dan dengan senang hati ikut dengannya.

Perlahan Naya berdiri hingga berhadap-hadapan dengan sang pangeran penjaga, kakinya masih kaku namun ia mencoba untuk melawan ketakutannya. Ia bertanya-tanya kemana sosok itu ingin membawanya.

Tanpa menjawab, pangeran itu mengulurkan tangannya. Entah kenapa Naya dengan mudah menyambut uluran tangan itu, tangan yang terasa dingin karena perbedaan dimensi. Jauh dalam hatinya, Naya merasa begitu tenang dan aman. Sosok itu tidak berbahaya, sosok itu sangat mencintainya.

Sosok itu tersenyum, dibalas oleh Naya. Entah kenapa ia merasa sangat mengenalnya terlepas dari ini adalah pertemuan pertama mereka. Pertama kali sang penjaga menampakkan wujudnya.

Hanya setelah menyentuh tangannya yang dingin, Naya sudah tak berada di dalam kamarnya lagi. Ia berada di depan rumahnya, tepat di depannya ada sebuah kereta kencana. Kereta yang selalu ia lihat di dalam mimpinya, kereta yang selalu hampir ia naiki. Pintu terbuka dengan sendirinya, tak ada siapapun kecuali mereka berdua, Naya menautkan alisnya ketika menyadari kereta kencana berlapiskan emas itu tak berkuda.

Dengan hati-hati Naya menginjakkan kakinya pada pijakan tangga di depan pintu kereta, tanpa rasa takut. Seperti tidak asing dengan suasana dalam kereta, Naya menikmati dengan memejamkan kedua matanya.

Ia tersentak saat kereta mulai berjalan, Naya membuka jendela dan melihat ke luar. Kereta berjalan sendiri tanpa seekor kuda dan ia sendirian, entah kemana perginya sang pangeran atau sosok penjaganya. Kali ini Naya mulai panik.

"Berhenti," teriaknya entah pada siapa. Namun tak ada yang mendengarkan, kereta itu melaju semakin kencang hingga tubuh Naya berguncang-guncang.

Di luar jendela terlihat jelas bahwa ia sedang melintas di atas air, melawan arus sungai. Dengan jantung berdebar, Naya berusaha untuk membuka pintu kereta. Mungkin kalau ia melompat ia akan terbangun dari mimpi. Tapi bagaimana jika ternyata semua ini nyata, maka ia akan ditemukan sebagai mayat yang tenggelam atau hanyut terbawa arus sungai.

***

Di sebuah kamar bernuasa pelangi, Emily terbangun dari tidurnya. Ia merasa gerah hingga tak bisa tidur dengan tenang.

Tik tok tik tok

Detak jam dinding menggema di penjuru ruang, dalam remang malam Emily melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 2 dini hari. Entah kenapa matanya terasa segar, tidak seperti seseorang yang dipaksa bangun dari tidurnya. Langit malam ini sangat cerah, itulah sebabnya cuaca terasa begitu panas, dengan santainya Emily membuka jendela kamarnya. Tanpa peduli bahwa sekarang masih gelap.

Samar-samar ia melihat sebuah cahaya berwarna kuning, seperti bintang jatuh. Mungkin saja memang bintang jatuh. Namun ketika ia berpikir lain, senyuman di wajahnya hilang. Dengan cepat Emily menutup jendela kamarnya, mungkin bukan bintang jatuh tapi makhluk malam yang sedang berkeliaran. Tidak ada yang tidak mungkin bukan, apalagi ini Kalimantan, hutannya Indonesia.

Beberapa saat setelah menutup jendela kamarnya, Emily yang tadinya ingin segera kembali ke tempat tidurnya lagi-lagi berbalik dan membuka jendela kamarnya. Dia sangat penasaran dengan cahaya kuning yang dilihatnya, namun saat ia kembali menengok dari balik jendela tak ada cahaya apa pun di atas sana.

Half Blood PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang