D.U.A

748 69 5
                                    

Derap kaki Naya terdengar hingga ke seluruh penjuru sekolah, suaranya menggema di telinga Naya. Ia sedang berlari mencari-cari sosok anak kecil atau boneka chaki dan sosok Linda.

Sekolah teramat sepi dan kosong, suasana menjadi senja dalam seketika. Tidak ada aktivitas apa pun di sekolah, hanya ada Naya yang berlari asal-asalan.

Sreet... Sreet...

Tiba-tiba suara itu terdengar lagi, suara sesuatu seperti sedang dirobek kali ini terdengar nyaring dan berkali-kali. Naya mencari asal suara, hingga ia berada di depan UKS. Bukankah tadi ia berlari dari UKS.

Seperti paham segalanya, Naya membuka bilik nomer dua. Ia kaget lalu melempar boneka chaki menjauh dari Linda. Dilihatnya bantal di samping Linda sudah hancur, dirobek-robek dengan garpu. Garpu itu setajam mata pisau.

Di samping tempat tidur ada beberapa bola mata yang berlumuran darah, tergeletak begitu saja. Membuat Naya mual melihatnya, belum sempat Naya meraih tangan Linda yang masih tertidur dengan kondisi diam tanpa luka boneka itu menerjang Naya.

Terjangan itu membuat Naya terlempar ke belakang dan menghantam gagang pintu. Ia mengaduh kesakitan hingga boneka chaki semakin mendekat dengan seringai lebarnya dan bersiap menancapkan garpu tepat di mata Naya.

Bruk!

Sesuatu menghantam lantai, Naya membuka perlahan matanya yang hampir saja hilang. Sesuatu tergeletak di lantai dengan keadaan tercabik-cabik, boneka itu tercabik-cabik mengerikan. Seseorang seperti telah memutilasinya dengan ganas.

"Chaki!" Teriak pemiliknya yang datang tiba-tiba, menangis dengan tangan bergetar hebat.

Ia menatap Naya, kemudian menatap sosok yang ada di belakang Naya dengan tatapan takut. Naya masih membeku di tempatnya, dia tidak tau apa yang terjadi hingga anak kecil itu menghilang membawa serpihan boneka chaki bersamanya.

"Linda." Ucapnya kala teringat permasalahan utama. Naya berdiri cepat dan menghampiri Linda kemudian bernafas lega melihat temannya baik-baik saja.

Sosok yang tadinya berdiri di belakang Naya, menghilang begitu saja setelah yakin keadaan sudah baik-baik saja.

***

Emily mengguncang tubuh Naya, matanya mulai berkaca-kaca. Ia takut jika Naya tidak akan pernah bangun. Tubuh Naya sendiri terbaring di lantai yang dingin, tidak ada kekuatan untuk mengangkatnya. Ingin meminta bantuan tapi jam istirahat telah usai, ia tidak ingin membuat kehebohan. Cukup membolos saja dan memantau keadaan Naya yang semakin membeku di lantai.

"Bodohnya aku tidak tau harus bagaimana, Nay. Bangun, Nay." Emily menepuk pelan pipi sahabatnya. Ia tau ini bukan pingsan pada umumnya, tapi setidaknya dia berusaha untuk membangunkan Naya dengan cara yang wajar.

"Mil, kenapa?"

Emily dikagetkan oleh suara dari arah pintu, ada orang lain yang masuk ke UKS. Emily menggigit bibir bawahnya sambil menatap canggung ke arah Dewa yang berjalan perlahan menghampirinya.

"Dewa...." Ucap Emily tiba-tiba tercekat.

"Bentar Mil, biar aku urus." Kata Dewa mengambil alih posisi Emily. "Aku tau ada yang tidak beres dengan kalian berdua, ternyata ini. Kenapa kalian nekat bertindak sendirian sih, ini juga kenapa Naya seenaknya main nyebrang alam segala."

Emily tergagap, ia tidak tau harus menjelasakan apa. Di sisi lain ia sangat bingung kenapa Dewa bisa tau apa yang terjadi. Mereka memang berteman sejak SMP dengan Dewa tapi Dewa tidak pernah tau tentang indra keenam Naya, atau jangan-jangan Dewa memiliki hal yang sama.

Dewa memejamkan matanya dan menggenggam tangan Naya, belum sempat Dewa menarik nafasnya ia dikejutkan oleh Naya yang tiba-tiba saja terbangun dan duduk dengan wajah datar tanpa dosa.

Half Blood PrincessWhere stories live. Discover now