S.E.M.B.I.L.A.N

540 48 0
                                    

Semua orang disibukkan dengan aktivitas masing-masing, melaksanakan bamumula yang telah menjadi kebudayaan di Kalimantan Selatan apabila di suatu rumah akan diadakan resepsi pernikahan.

Bamumula adalah tradisi masyarakat Banjar dalam mempersiapkan acara hajatan. Acara ini telah diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Banjar. Tujuannya untuk mempererat tali silaturahim dan kekompakan di lingkungan masyarakat. Di lingkungan kota mungkin acara ini sudah hampir tidak dilakukan lagi, tapi untuk keluarga Emily yang merupakan suku Banjar asli apalagi merupakan hajatan dari kakeknya untuk menikahkan anak bungsu laki-lakinya acara akan mengikuti segala budaya dan adat.

Satu hari sebelum resepsi bahkan ada tiga hari berturut-turut rumah itu akan ramai dengan keluarga besar dan tetangga yang selalu berdatangan hingga beramai-ramai menyiapkan segala keperluan seperti memasak makanan untuk hari H.

Di salah satu kamar, Emily sedang melukis henna di tangan sepupu perempuannya saat Naya datang menghampirinya, anak yang satu ini memang itu keahliannya. Segala yang berbau seni terutama seni lukis dengan senang hati akan dilakukannya secara cuma-cuma.

Naya menatap tiap goresan henna yang dilakukan Emily tanpa mengganggu pekerjaan sahabatnya itu. Hingga Emily terlonjak kaget melihat Naya yang telah berada di sampingnya.

"Kapan datang?" tanya Emily.

"Kak Mily! Henna-nya cemong!" teriak adik sepupu Emily yang masih duduk di bangku kelas empat SD.

"Astaga, maaf. Naya sih!"

"Loh, kok aku Mil?"

"Kamu membuatku kaget, Nay. Tiba-tiba ada di sampingku seperti hantu," ujar Emily, ia kembali fokus memperbaiki goresan henna.

Naya terkekeh, "Aku memang punya kemampuan berpindah tempat."

Hening, Emily menyerap ucapan Naya. Hingga akhirnya dua sahabat itu tertawa bersama, adik sepupu Emily hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan satu tangan yang bebas.

"Mau tidak aku lukiskan henna juga?" tawar Emily, dia akan senang melukis henna di tangan Naya yang putih itu.

"Tidak mau, bagus sih tapi susah menghilangkannya dan tanganku akan terlihat jelek jika henna-nya memudar," tolak Naya, dia memang tidak terlalu suka hal yang berlebihan seperti itu lagipula dia bukan pengantin.

"Oh iya, kamu kesini sama siapa?" tanya Emily, dia merapikan perlengkapan henna yang berserakan di sana-sini. Naya ikut membantu memasukkan satu persatu henna ke dalam kotak kecil milik Emily. Adik sepupu Emily telah berbaur dengan sepupu-sepupu yang lain yang ada di ruang tamu.

"Sama Bunda. Bundanya sedang mengupas bawang sama Mamahmu," jawab Naya, sebelumnya ia juga diminta mengupas bawang merah tapi melarikan diri dengan alasan ingin mencari Emily, sebenarnya bukan karena tidak suka mengupas bawang tapi dia tidak ada teman yang diajak bicara, bayangkan saja berbincang dengan ibu-ibu atau mendengar gosip ibu-ibu.

Rumah kakeknya Emily memang sedang ramai oleh tetangga, bahkan oleh tetangga dari alam lain. Naya teringat saat ia sampai di rumah ini ia melihat tamu berdatangan, semuanya berwajah datar tanpa ekspresi.

"Kenapa Nay?" tanya Emily melihat ekspresi Naya, Naya menggeleng. "Tau tidak, besok ada acara arak-arakan naik perahu mesin. Pengantin akan dibawa keliling menyusuri sungai," lanjut Emily.

Ia lalu membuka pintu jendela dan memandang hamparan sungai di belakang rumah kakeknya, Kalimantan memang terkenal dengan seribu sungai. Rumah kakeknya ini sudah lama berdiri di pinggiran sungai, meskipun warga membangun rumahnya di pinggiran sungai, kota ini jauh dari kata kumuh.

"Benarkah?" gumam Naya, ia tidak fokus dengan ucapan Emily karena beriak air di sungai itu mengeluarkan bau yang aneh. Bau yang tentu saja hanya dapat dicium oleh Naya.

Half Blood PrincessWhere stories live. Discover now