BAB 10

198 25 0
                                    


AIRA menantikan ucapan ulang tahun dari banyak orang nanti lusa untuk dirinya. Dan Aira tidak lupa, ia bersyukur masih di beri umur oleh Tuhan karena kesempatan untuk berulang tahun tidak datang dua kali, apalagi perayaan ulang tahun ke tujuh belas ini di isi oleh dua sahabatnya.

Aira bahagia sekali, tahun ini ia mendapatkan banyak kartu yang akan ia gunakan sampai ia tua, seperti kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, dan lain-lain.

" IM TURNING SEVENTEEN TWO DAYS MORE!!!" seru Aira di video call-nya bersama teman-teman dari berbagai manca negara yang dulu menemani harinya ketika pertukaran pelajar di Inggris.

Brianna mengeluarkan sesuatu dari kulkas kecil di kamarnya, " Happy birthday Aira!" Brianna, Zac, Nathan, dan Mel menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan bahasa Indonesia yang tentunya mereka lafalkan dengan logat mereka sendiri. Brianna berasal dari amerika serikat, Zac dari amerika serikat, Nathan dari Inggris, dan Mel dari Malaysia.

" Mel! Ke Indonesia dong, tinggal nyebrang juga," Mel tertawa, " Mahal."

Bahagia bersama teman-temannya dari manca negara sudah cukup bagi Aira.

***

Aira turun dari ojek online sambil menyerahkan uang pada sang pengemudi.

" Makasih pak, hati-hati," sang pengemudi tersenyum tulus dan segera menancap gas. Hari ini hari Aira resmi berumur tujuh belas dan tak lagi menjadi gadis yang kekanakan. Aira kira hari ini akan spesial, namun sepertinya banyak yang lupa akan hari ini, hari dimana Aira berulang tahun.

Sedih? Biasa saja, namun rasanya aneh bagi Aira. Timeline LINE sepi, tidak ada yang mengirim chat padanya, bahkan isi timeline sosmed lainnya tidak ada apa-apa, jam dua belas malam saja Aira hanya meniup lilin sendiri di kamar dengan kue ulang tahun berukuran sedang bertuliskan Happy Birthday Airisya Audya Pratama dan membuat video, dan foto selfie yang akan ia cetak dan ia taruh di makam ibunya nanti pulang sekolah.

Aira memasuki koridor, dan tak ada satu murid yang menyapanya bahkan memberi ucapan, menengok saja tidak.

Aira memasuki kelas, mendapatkan kelasnya begitu hampa dan sepi, tas tidak ada, gelap. Sementara sepuluh menit lagi bel, ada apa sebenarnya.

" Ini gue sebenernya ulang tahun apa enggak sih? Masa pada gak inget? Kemarin baru aja gue teriak-teriak di koridor kalo gue hari ini ulang tahun," gumam Aira mengusap wajahnya lemas.

Aira akhirnya pergi menuju aula, tempat dirinya biasa melampiaskan rasa sedihnya dengan cara memantulkan bola basket ke segala arah sambil berusaha menahan tangisnya sendiri.

Di aula, Aira melihat Gilang dan Angkasa di tengah lapangan dengan gitar akustik yang masing-masing mereka genggam dan mereka petik.

Within a minute I was all packed up
I've got a ticket to another world
I don't wanna go 
I don't wanna go

Aira memperhatikan sekeliling, gelap gulita. Lampu hanya menyoroti keberadaan dua lelaki yang memainkan gitar sambil memainkan lagu Beside you.

When we both fall asleep
Underneath the same sky
To the beat of our hearts at the same time
So close but so far away

Aira mendengar banyak orang yang mengatakan satu kata pandangan mereka tentang gadis itu. Sementara Gilang dan Angkasa berusaha menahan rasa untuk memeluk Aira dan mengelap air mata yang kini membanjiri pipi Aira.

Airisya,Where stories live. Discover now