"Uchiha.corp? Bukankah itu perusahaan besar pemilik grand mall terkenal di kota ini?" katanya lalu mengantongi kartu nama itu. "Ya sudahlah, yang penting ponselku yang rusak bakal di ganti." katanya lalu pulang kerumah.

--------

"Tadaima~" kata naruto riang saat memasuki rumahnya. "Okaeri, naruto" sahut sebuah suara yang berasal dari seorang pria paruh baya yang mirip naruto. "Akh! Touchan sudah pulang? Kenapa tidak mengabariku kalau touchan pulang hari ini?" naruto menerjang ayahnya dan memeluknya erat. "Touchan langsung meneleponmu begitu tiba di bandara, tapi nomormu tidak aktif. Touchan telpon saja ke telpon rumah, tapi kata maid, kau sedang tidak ada di rumah. Kau dari mana, sampai - sampai ponselmu tidak kau aktifkan?" tanya minato.

"E-eh,, t-tadi batrai ponselku habis,, aku lupa men-chargernya.. A-ahaha." naruto menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Sou ka" balas minato. "H-hai! K-kalau begitu, aku ke kamar dulu,, mau mengisi baterai ponselku dulu" naruto langsung melesat menuju ke kamarnya di lantai dua. Naruto menjatuhkan dirinya di tempat tidur setelah sebelumnya mengunci pintu.

"Hh~ bisa bahaya kalau touchan tau, kalau ponsel pemberian ibu rusak.. Beliau bisa marah besar.." tangannya bergerak, mengambil kartu nama dari saku celananya. "Uchiha... Sasuke." katanya membaca nama yang tertera di kartu nama tersebut. "Tampan juga.." gumamnya. "Tapi menyebalkan" tambahnya lagi sambil cemberut. "Aaarrrrrrgggghhhhh!!!!! Apa yang ku pikirkan? Ngapain ngurusin orang asing itu? Aku kan hanya ingin meminta ganti rugi padanya" teriak naruto frustasi. "Naruto, ada apa? Kenapa kau berteriak begitu?" naruto menutup mulutnya dengan kedua tangan sebelum menjawab. "Tidak apa - apa touchan! Aku berteriak karena baru saja kalah main game!" sahutnya pada ayahnya yang tadi bertanya dari balik pintu. "Oh, baiklah" langkah kaki yang menjauh menandakan bahwa ayahnya telah meninggalkan kamarnya. Naruto menghela napas. "Pokoknya, aku harus menemui orang itu untuk segera mendapatkan ganti rugi dan membeli ponsel baru yang serupa dengan ponselku yang rusak!" naruto mengepalkan tangannya penuh tekad.


Dan disinilah ia sekarang, berdiri di depan gedung besar menjulang berwarna putih. Naruto melangkahkan kakinya memasuki gedung. "Permisi, nona." sapa naruto pada seorang gadis bercepol dua. "Ya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya gadis bername tag tenten itu. "Saya ingin menemui uchiha sasuke" balas naruto. "Apa anda sudah membuat janji sebelumnya?" tanya tenten lagi. Naruto mengangguk. "Baiklah, mohon tunggu sebentar" tenten meraih gagang telepon dan menempelkannya di telinga.

"Anda bisa langsung menuju ke ruangannya di lantai tiga, anda cari saja ruang direktur. uchiha-sama sudah menunggu anda di ruangannya." ujar tenten usai berbicara lewat telepon bersama seseorang. "Hai! Arigatou gozaimasu!" naruto membungkukkan badannya sebagai ungkapan terima kasih. Dia bergegas menuju lift setelah melayangkan senyum cerahnya pada resepsionis tersebut. Membuat gadis berambut indigo yang sedari tadi berdiri di samping tenten merona.

Setelah kepergian naruto, dua gadis berambut pink dan pirang menghampiri kedua petugas resepsionis itu. "Tenten, yang tadi itu siapa?" tanya si gadis berambut pink. "Aku tidak tahu, yang jelas dia ingin menemui uchiha-sama" tenten mengangkat bahunya. "Menemui sasuke-kun? Diruangannya?" gadis berambut pirang ikut bertanya. "Ya, uchiha-sama sendiri yang menyuruh pemuda itu ke ruangannya" kedua gadis itu memasang ekspresi kaget. "Sakura, jangan - jangan itu uke nya sasuke-kun" celetuk si gadis pirang, "kau benar ino, mungkin saja pemuda itu uke bos kita. Baru pertama kali ini sasuke-kun memperbolehkan seseorang ke ruangannya. Padahal sebelumnya, hanya orang - orang tertentulah yang di perbolehkan masuk" mata si gadis pink yang di panggil sakura itu berbinar senang.

"Ssttttt!!! Uchiha-sama menuju kesini" tegur tenten pada kedua rekannya. Sakura dan ino menolehkan kepalanya ke arah lobi. Dan benar saja, sang direktur tengah berjalan menghampiri meja resepsionis bersama seorang pemuda pirang di sampingnya. "Pokoknya, kau harus segera menggantinya dengan yang sama persis! Aku tidak mau yang lain. Titik!" naruto melipat kedua tangannya di depan dada. Sambil membuang muka, naruto mengembungkan pipinya dan mengerucutkan bibirnya. "Wakatta, wakatta. Kau ini cerewet sekali" sakura dan ino hampir saja berteriak kesenangan mendengar nada kesal dari bos nya itu, apalagi di tambah ekspresinya yang kelihatan kesusahan itu. Wajar sih, mereka senang. Pasalnya, selama ini bos nya itu selalu memasang wajah tanpa ekspresi. Dan sekarang, untuk yang pertama kalinya mereka melihat sebuah ekspresi terukir di wajah tampan sang direktur.

"Tenten, aku akan pergi keluar bersama pemuda ini. Jika kakakku datang, bilang saja aku sedang pergi" begitu sampai di hadapan tenten, sasuke-objek yang sedari tadi di bicarakan- berujar. "Ano sa, sasuke-sama. Kalau itachi-sama bertanya, bersama siapa anda pergi, kami harus menjawab apa?" sakura bertanya dengan nada di buat seimut mungkin. Sasuke mendeathglare gadis bersurai pink itu. "Katakan saja aku pergi bersama kekasihku" jawab sasuke asal. Naruto melotot. "Aku bu-hhmmmpp!" sasuke membungkam mulut naruto menggunakan tangannya. "Ayo, kita pergi." sasuke menggeret naruto menjauhi para bawahannya. Mengabaikan sakura dan ino yang berteriak.

---------

"Sedang apa kita disini?" tanya naruto polos. Sasuke mendelik pada naruto. "Bukannya tadi meminta ganti ponselmu yang rusak?" dengan kesal sasuke menjawab. "Eh?" dan dengan polosnya naruto malah melongo. "Tidak jadi? Ya sudah. Aku pulang" naruto tersentak lalu memeluk lengan sasuke kuat. "Jangan pulang dulu! Ponselku belum kau ganti" seru naruto, tidak menyadari tindakannya menyebabkan beberapa orang terpekik dan mengira - ngira. "Psstt, mereka sepasang kekasih ya?" sasuke dengan jelas mendengar bisikan itu. "Mesranya.." bisikan lain terdengar. "Serasi ya,, yang satu tampan dan cool,, yang satunya lagi tampan tapi menggemaskan." entah apa yang sasuke pikirkan, yang jelas, tiba - tiba saja dia menyeringai.


Grep!

Orang - orang kembali memekik. Sementara naruto melongo mendapati posisi dirinya saat ini. "T-teme?" panggil naruto. "Hn?" sasuke bergumam. "K-kenapa kau memelukku?" tanya naruto dengan gugup. "Tidak apa - apa. Ayo kita pergi mencari ponsel untukmu" jawab sasuke setelah melepaskan pelukannya dan menggandeng naruto bersamanya ke arah tempat penjualan ponsel di salah satu mall.

"Kau aneh sekali teme. Tiba - tiba saja memelukku dan bersikap protektif padaku" naruto mendengus mengingat perlakuan sasuke padanya yang mendadak manis. Membuat naruto merinding. "Hn, aku hanya ingin memberi pelajaran pada orang - orang fanatik yang terobsesi padaku" jawab sasuke datar. "Fans?" tanya naruto sembari melihat - lihat ponsel dalam etalase. "Hn" jawab sasuke. Naruto terkekeh. "Kenapa kau menghindari fans mu sendiri? Sampai - sampai kau rela berpura - pura pacaran denganku segala" sasuke memandangi naruto yang tertawa renyah. "Kalau denganmu, kurasa aku tidak keberatan kalau menjadikanmu kekasihku" gumam sasuke. dengan cepat naruto menoleh pada sasuke. "M-maksudmu?" tanyanyanya gugup, wajahnya memerah. "Nih" tanpa menjawab pertanyaan naruto, sasuke menyerahkan ponsel baru yang sama persis dengan ponsel naruto yang rusak. Naruto menerimanya. "Arigatou!" seru naruto senang, melupakan pertanyaannya yang belum di jawab.

Sasuke mendengus, "ayo kita pulang" lagi, sasuke menggandeng tangan naruto menuju keluar mall. Membuat orang - orang kembali memekik. Naruto tertawa kikuk menanggapi reaksi orang - orang. 'Fans sasuke benar - benar lucu' kikiknya.



Tbc

Err,,, aku datang kembali dengan fanfic baru.. 😅
Sebenarnya ide fanfic ini udah mengendap(?) cukup lama di kepalaku,,, berhubung aku baru aja namatin satu fanfic.. Makanya aku bikin fanfic baru.

Maafkan aku yang malah bikin fanfic baru. Bukannya nepatin janji bikin sequel fanfic sebelah.. Tapi tenang aja. Sebisa mungkin aku bakal publish sequelnya secepatnya. Karena aku udah bikin chapter satunya.. 😂


Jaa ne~

Untuk Suami Dan AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang