"Kalo gue nggak ada jadwal kuliah"

"Lo kapan jadi anak rajin?" Tanya Flo sekenannya. Dia nggak mau memanggil Bara dengan embel embel 'Kak'. Dia merasa nggak cocok sama tampang Devan yang berandalan dan nakal

"Gue harus berubah dikit. Nggak asik kan kelakuan sama kayak SMA"

"Bener juga lo" timpal Devan dan Flo mendengus

"Sekarang udah jam 6, gue pulang dulu" Devan beranjak  berdiri dan disusul oleh Flo

"Hati hati kalian. Lo cepet urus masalah lo sama papa lo"

"Thanks, gue bakal sering kesini"

"Nggak nggak!! Lo jangan balik sini lo" seru Bara dan Devan serta Flo terkekeh

"Oke oke. Gue balik dulu"

"Ya" jawab Bara

*************

"Kamu selesaiin masalah kamu sama papa. Aku yakin, kamu akan mengerti jika papamu menjelaskannya. Jangan kebawa emosi ya" pesan Flo dan Devan mengangguk

"Yaudah, aku pulang dulu. Besok kamu harus ke sekolah" Devan lagi lagi mengangguk dengan perintah Flo yang mungkin harus dituruti olehnya

"Hati hati" pesan Devan dan Flo mengangguk.

Flo memasuki mobil dan pergi dari hadapan Devan. Devan menatap rumahnya dan memasuki motornya ke bagasi dan melangkah memasuki rumahnya. Rumahnya tak terkunci, mungkin papa ada di rumah, pikir Devan

Devan memasuki rumahnya sambil menatap sekitar. Dia menangkap Adam tengah di dapur sedang memasak. Adam yang merasa ada yang masuk kedalam rumahnya melihat kearah pintu. Dia melihat Devan yang juga menatap Adam

"Devan" lirih Adam. Adam melangkah mendekati Devan.

Devan hanya diam. Adam memeluk tubuh Devan dengan erat. Rasa cemas dan takut Adam hilang saat melihat Devan sudah pulang

"Akhirnya kamu pulang" ucap Adam melepaskan pelukkannya.

"Hmm"

"Papa akan menjelaskan ucapanmu yang membuat mama meninggal. Papa akan menceritakan semuanya ke kamu"

FLASHBACK

Devan kecil tengah menangis dilorong rumah sakit. Dia menatap pintu UGD yang didalamnya terdapat Sofia, ibunya.

"Mama..." gumam Devan yang berumur 10 tahun

Devan pun meminjam telepon rumah sakit untuk menelpon ayahnya yang nomernya selalu dia catat di bukunya bersama nomor mamanya

"Halo" jawab diseberang. Devan mengenal itu suara ayahnya

"Papa, papa kerumah sakit. Mama masuk rumah sakit" isak Devan sambil menelpon ayahnya

"Oke, papa kesana"

Adam mematikan teleponnya dengan perasaan khawatir. Dia cepat cepat menuju rumah sakit dan dia menuju ruangan UGD tempat istrinya ada yang diberitahu repsesionis

"Papa..." Devan memeluk Adam dengan tangisan. Adam mencoba menenangkan Devan dan tak lama Devan tertidur. Devan dibawa kerumah orangtuanya untuk dititipi.

Adam balik kerumah sakit dan dokter yang menangani istrinya meminta Adam menuju ruangannya untuk membicarakan keadaan Sofia

"Gimana dok keadaan istri saya?"

"Istri bapak mengalami gagal ginjal dan ginjalnya harus segera dipotong. Ginjalnya sudah benar benar nggak bisa berfungsi dan harus segera di buang" Adam diam sedih. Dia tak nyangka penyakit yang diderita Sofia

"Jadi kami pihak rumah sakit akn mencari donor ginjal untuk istri bapak. Sebenernya istri anda bisa menggunakan satu ginjal, tapi fisik istir anda lemah dan nggak memungkinkan dia hidup dengan satu ginjal. Dia akan sering drop"

"Baik dok. Lakukan yang terbaik. Saya akan ikut mencari donor ginjal untuk istri saya"

"Lebih cepat lebih baik"

Adam keluar dari ruangan itu dan menuju ruangan Sofia yang sudah dipindahkan diruangan rawat

"Kamu harus kuat sayang" ucap Adam lalu mencium kening Sofia

Adam pun bekerja terus karena dia ingin pekerjaan kantornya cepat selesai hingga dia bisa libur. Selama bekerja, Adam juga menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari donor di semua rumah sakit.

Adam sedih mendengar penuturan dokter. Dia sedih dan dia menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan, namun malam hari dia akan dengan setia menemani istrinya

"Kamu harus istirahat Adam" ucap Sofia. Adam menjaga Sofia tiap malam tanpa ditahu oleh Devan

"Aku nggak papa. Kamu yang harus istirahat. Tak boleh capek" ucap Adam mengelus rambut Sofia

SEE YOU NEXT CHAPTER

When LOVE TalkedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang