Sementara itu, Ryuhe yang mendengar ribut-ribut dari arah depan merasa terganggu. Dia akhirnya meminta pada juru masak mereka untuk melanjutkan pekerjaannya. Wanita itu bergegas melepas apronnya dan beranjak keluar dari area dapur. Belum sempat dia bertanya, seorang pelayan perempuan berlari ke arahnya lalu memegangi lengannya dengan panik.

"Nyonya! Tuan muda menabrak orang!"

"Apa?!!"

"Iya nyonya! Donghae-shi dan Tuan muda sudah membawanya ke ruang kerja! Mereka terburu-buru sekali!"

"Apa Heenim baik-baik saja???"

"Iya, dari yang saya lihat Tuan muda baik-baik saja tapi anak yang ditabraknya tidak sadarkan diri!"

Ryuhe menghela nafas lega saat mendengar kalau putranya baik-baik saja. Namun tak pelak dia tetap saja merasa khawatir. Karena itu, Ryuhe bersama pelayan itu pun bergegas menuju ruang kerja yang dimaksud. Langkah Ryuhe terhenti begitu bertemu dengan suaminya di ujung tangga.

"Apa yang terjadi? Heenim kecelakaan??? Bagaimana lukanya???" Park Cheol bertanya khawatir. Wajahnya benar-benar tampak panik. Sementara Ryuhe balik menatapnya dengan bingung.

"Apa maksudmu? Jadi Heenim terluka?"

Mendengar istrinya memutar kembali pertanyaan itu, akhirnya keduanya sadar. Sadar kalau para pelayan mereka lagi-lagi sudah menyimpulkan sesuatu seenaknya. Ryuhe bertambah cemas begitu tahu kalau mereka sama sekali tidak mendapat informasi yang jelas tentang putranya. Keduanya kembali mempercepat langkah.

Pintu yang memang sengaja dicat dengan warna putih gading itu terbuka lebar. Mungkin saja, baik Heechul ataupun Donghae tidak ada yang sempat untuk menutupnya. Ada beberapa pelayan yang berkerumun di daun pintu, sibuk berbisik-bisik sambil memperhatikan bagaimana Heechul dan Donghae bekerja di dalam sana. Namun begitu melihat sosok Cheol dan Ryuhe yang mendekat, semuanya lekas membubarkan diri dan kembali mengurus pekerjaan masing-masing walau beberapa masih nekat mencuri pandang.

"Son? Ada apa ini?" Cheol masuk lebih dahulu sementara Ryuhe menarik kedua daun pintu agar menutup. Mengakibatkan para pelayan diluar sana menggerutu kecewa.

Di dalam sana, baik Cheol maupun Ryuhe mendesah lega saat mendapati Heechul berdiri disana, dalam keadaan baik-baik saja dan tampak tidak kekurangan apapun. Hanya saja putra mereka itu terlihat sibuk bersama dengan Donghae yang panik. Barulah atensi mereka beralih pada sosok remaja yang terbaring di atas bansal yang ada disana.

"Astaga! Kau sungguh menabrak orang???"

Dahi Heechul berkerut sejenak mendengar perkataan ayahnya namun dia tidak punya waktu untuk berkomentar. Dia melirik ayahnya sekilas saat ayahnya sudah berdiri di sisi bansal tempat dia membaringkan Kyuhyun. Heechul membiarkan sang ayah memeriksa adiknya itu sementara dia sendiri tergesa menggulung lengan kemejanya. Dan memeriksa peralatan yang ada di dalam lemari penyimpanan steril yang ada disana.

Kyuhyun yang sudah setengah sadar menatap bingung pada Cheol yang mengusap lembut rambutnya. Sosok itu tersenyum, bergumam 'Tidak apa-apa' dengan penuh perhatian. Dan entah kenapa, hal itu membuat Kyuhyun merasa lebih nyaman. Selanjutnya dia bisa melihat seorang wanita di sisi satunya lagi, menatapnya dengan sayang dan menepuk lembut pipinya.

"Kau masih bisa mendengar kami kan, sayang?" Kyuhyun mengangguk pelan meski dia sempat merasa ragu. Apakah wanita itu memang tengah bicara padanya atau malah pada orang lain? Namun saat melihat wanita itu tersenyum lega setelah mendengar jawabannya, maka Kyuhyun yakin kalau pertanyaan tadi memang ditujukan untuknya.

"Pneumothoraks, benar?" Heechul mengangguk mendengar pertanyaan ayahnya. Kemudian dengan dibantu Donghae, dia mulai melepas long coat Kyuhyun serta membuka kancing piyama tidur yang dipakai adiknya itu.

My BrotherWhere stories live. Discover now