ᴇᴘɪʟᴏɢ

80 6 6
                                    

  Satu tahun kemudian...

  
Sebuah mobil terlihat berhenti disebuah area pemakaman. Setelah mobil terparkir, seorang gadis yang mengenakan setelan kemeja hitam putih keluar dari mobil dan disusul oleh seorang pria dibelakangnya dengan pakaian yang serupa.

Gadis itu terlihat membawa sebuket bunga ditangannya. Tidak lama kemudian langkah mereka terhenti di salah satu makam.

  
"Dia tidak kesepian sama sekali. Dia pasti senang melihatmu disini." Ucap sang pria, Arkan.
  
Sementara sang gadis, yakni Ana nampak tersenyum. Kemudian ia berlutut.

Ia meraba nama yang terukir di batu nisan.

  
Raven Indra Kamajaya

  
Gadis itu tersenyum kecut membacanya.

"Bagaimana kabarmu? Sudah setahun, dan kau benar-benar tidak datang menemuiku lagi. Sekarang aku mengetahui semuanya. Aku tidak pernah menyangka kalau hidupmu akan seberat itu. Oh iya, buku yang kau berikan itu, aku menyukainya. Aku akan menyimpannya dengan baik." Ucapnya. Gadis itu kini benar-benar merindukan sosok pria yang sempat mengisi hatinya itu.

"Aku juga membawa sesuatu untukmu." Ucapnya kemudian.
  
Ia meletakkan sebuket aster yang ia bawa dari rumahnya diatas makam.

"Mereka tumbuh dengan baik. Seperti perkiraan kita. Dan sesuai perkataanmu, mereka bunga yang cantik. Aku sangat menyukainya. Aku ingin kau melihatnya, tapi rupanya kau pergi terlalu cepat. Aku... bahkan belum sempat melihat wajahmu."

Ia mencoba tersenyum.

"Tapi berkat kau, sekarang aku sudah bisa melihat. Terima kasih. Aku akan menjaga kedua matamu. Kau terlalu baik, tidak salah jika  Tuhan sangat menyayangimu. Dia tidak akan tega melihatmu menanggung beban lebih lama." Ucap Ana.

Matanya mulai berair. Perlahan bahunya mulai bergetar. Melihat itu, Arkan langsung mengelus bahu adiknya.
  
"Tidak ada satu orang pun yang tahu soal takdirnya. Begitu juga denganmu. Kau ditakdirkan mendapatkan penglihatanmu kembali, tapi dengan cara yang tidak kau ketahui. Bahkan diluar dugaanmu selama ini. Pertemuanmu dengan Raven tanpa kau sadari mengantarkanmu pada takdirmu sendiri. Kau beruntung, ia begitu menyayangimu hingga tidak tega membiarkanmu hidup dalam kegelapan yang selama ini menyelimutimu." Ucap Arkan.
  
Ana mendongakkan kepalanya. Kakaknya benar. Ia beruntung bertemu orang seperti Raven.  Pria itu selama ini menyembunyikan beban hidupnya dibalik setiap perkataannya. Ia tidak akan melupakan kebaikan Raven.

Ia juga akan selalu menjaga kedua mata Raven yang telah  diberikan padanya. Siapa sangka kalau ternyata sosok malaikat yang telah membantunya keluar dari kehidupannya yang gelap adalah Raven. Pria itu, Raven. Akan selalu berada di dalam dirinya.

'Terima kasih... Raven.'


◦•●◉✿ 🅃🄷🄴 🄴🄽🄳 ✿◉●•◦


Alhamdulillah selesai :D
Terima kasih buat yang udah nyempetin buat baca karya absurd saya :'v *bow
Hope you like it^^
Mohon tinggalkan jejak~

Pangandaran, 20 April 2017

Aster : Love Speaks in Flowers✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα