(Kelima; b)

19 3 2
                                    

Bel jam pertama baru saja berdering. Suara derap kaki mulai terdengar mendekat. Beberapa detik kemudian wanita berbadan kurus dengan wajah yang telah berkeriput pun menampakan diri. Bu Restu, ya hari ini jadwal dia menjaga ruang dua ini.

Lembaran-lembaran soal Seni Budaya mulai dibagikan, disusul dengan lembar jawaban yang dibutuhkan. Pelajaran ini tak begitu memusingkan. Mungkin isinya hanyalah not-not angka atau judul-judul lagu daerah. Itu tak begitu sulit untuk diketahui.

Namun, kali ini memang benar-benar berbeda. Seni budaya yang tertera tak sesuai dengan apa yang dipikirkan.

Mello berdesis, dia memutar  badannya ke arah Arda.

"Da, properti tari asal Kalimantan apa aja?" Bisiknya pelan.

"Lah? Mana gua tau, gua kan orang jawa." Arda mengendikkan bahunya tak mengerti.

"Oke, lu kan orang jawa. Tarian jawa barat buat upacara adat, tarian apa namanya?" Mello mengalihkan pertanyaannya.

"Mana gua tau, emang gua pernah ikut nari buat upacara adat?" Arda mengernyitkan dahi bingung.

"Buset dah, ditanya ini nggak tau, ditanya itu nggak tau. Lu taunya apa sih Da?" Mello mendengus kesal.

"Pin bb nya jablay gang senggol gue tau, lo mau Mell?" Arda berseru bersemangat, namun dengan nada yang pelan.

"Najisun, dosa apa gue punya temen kaya lo Da." Mello menatap Arda sinis.

"Eh kalian! Lagi ngapain? Nggak ada yang boleh berdiskusi waktu ulangan!" Ucapan bu Restu menyadarkan Arda dan Mello seketika.

"E-- nggak bu, ini tadi si Arda mau pinjem.. penghapus bu, iya penghapus." Balas Mello panik.

Arda yang berada di belakangnya pun hanya terkekeh geli dengan pengakuan bodo dirinya.

"Oh, yaudah awas kamu ya kalo ketauan diskusi ibu robek kertas ujian kamu." Seru bu Restu tegas.

"Iya bu, iya." Balas Mello malas.

《《》》

Bel istirahat telah berbunyi 3 menit lalu.

Naya dan Sarah sekarang sedang berada di kelas, sedangkan Reta, dia sedang berkumpul dengan teman-teman eskul silatnya. Maklum, Reta adalah ketua organisasi silat di SMP Tunas Bangsa.

"HUUAAAA!!" Seru Naya tiba-tiba. Itu sungguh memekakkan telinga Sarah yang berada tepat disampingnya.

"Kenapa sih Nay?" Tanya Sarah datar.

"Sar, GILA GILA GILAAA!!!" Naya berteriak histeris.

Suasana kelas sedang sepi, sehingga teriakan Naya dapat dengan mudah memantul ke arah tembok dan dengan cepat masuk kedalam telinga Sarah. Dan itu dapat membuat Sarah mengidap gangguan telinga seketika.

"Sarah, percaya nggak percaya. Ini mimpi atau nggak?! Sar, cubit aku Sar cubit aku." Pinta Naya memaksa.

Sarah akhirnya mencubit Naya, kali ini Sarah sengaja mencubit Naya kejam. Hingga gadis itu meringis merasakan sakitnya. Namun seperdetik kemudian dia tiba-tiba berseru kegirangan, seakan rasa sakit itu tak ada artinya.

"YEEY ini bukan mimpi! Sar, ini asliii." Naya benar-benar berseru bahagia setengah mati.

"Kenapa sih Nay?" Sarah kali ini mulai gusar dengan sikap sahabatnya yang satu ini.

MarshmelloWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu