Keempat

25 5 4
                                    

Waktu istirahat pun akhirnya tiba. Semua murid yang tersisa segera menyelesaikan  jawaban mereka. Entah mengapa di detik-detik terakhir semua soal yang sebelumnya terpikir susah, tiba-tiba menjadi sangat mudah.

Sarah, Reta, dan Naya sedang berjalan beriringan di koridor sekolah menuju kantin sekolah yang amat ramai.

"Sumpah dah, baru bahasa aja udah puyeng banget. Apalagi matematik coba." Keluh Reta malas.

Naya berdecak, "Bukan jawabannya sih yang bikin puyeng, tapi---"

"Soalnya." Sungut Reta kesal.

"Iya, gila. Di bagian satu, soal b indo dua kali lipat jawabannya." Timpal Naya.

"Yap, betul." Reta menyetujui ucapan sahabatnya itu. "Berbanding terbalik sama di bagian akhirnya." Tambahnya.

"Iya, betul betul betul." Jawab Naya ceria, ketahuan banget anak ini suka nonton upin ipin.

Mereka telah tiba di kantin, mengambil tempat duduk disalah satu tempat.

"Mau makan apa?" Tanya Reta kepada ketiga sahabatnya itu.

"Batagor enak kayanya." Ucap Naya sambil mengarahkan bola matanya keatas, seakan membayangkan sesuatu.

"Iya, batagor boleh juga." Ujar Sarah sepihak.

"Oke, batagor ya?" Reta memastikan.

Pertanyaan Reta hanya dibalas anggukan sigap oleh Sarah dan Naya.

Reta langsung pergi ke arah mang maman, si penjual batagor terenak di SMP Tunas Bangsa. Reta memesan tiga batagor untuk kedua sahabatnya dan ia sendiri.

Naya sekarang sibuk dengan beribu pertanyaan yang ia lontarkan kepada Sarah. Mulai dari menanyakan jawaban-jawaban Sarah pada soal bahasa indonesia tadi sampai menanyakan semua rumus fisika yang belum sempat ia hafalkan. Sarah hanya menjawab singkat, semua pertanyaan yang ditumpahkan dari sahabatnya itu. Tak jarang juga Sarah hanya membalasnya dengan anggukan.

Sampai dahi Sarah mengernyit, alis matanya terangkat, dan kedua matanya terbelalak tajam saat Naya menanyakan hal yang sungguh sangat membuat Sarah risih.

"Oh ya Sar, aku liat tadi waktu belum masuk kamu kayanya deket gitu ya sama cowok? Siapa Sar?" Ucap Naya dengan tatapan meledek dan kedua alis yang naik turun.

"Ah, co--cowok? Bukan... bukan siapa-siapa." Jawab Sarah gugup.

"Ah masa? Kayanya cowok itu.... yang kem---"

Ucapan Naya terintrupsi oleh kedatangan Reta dengan tiga piring batagor yang ia bawa ditangannya dan ada mba Ayu---penjual minuman, membawa tiga gelas es teh manis, mengekori Reta.

"Nih tuan putri, makanan sudah siap." Ucap Reta sambil menempatkan ketiga piring batagor itu diatas meja.

"Ulala, makasih ya mbook." Ejek Naya santai kepada Reta.

Mendengar ejekan yang diberikan Naya, Reta hanya mengerucutkan bibirnya. Lalu tersenyum kecut.

"Makasih ya mba." Sarah tersenyum ramah kepada mba Ayu.

"Iya sama-sama, yaudah mba tinggal ya?" Ucap mba Ayu kepada ketiga gadis itu. Dan dibalas anggukan oleh ketiganya.

"Sar, siapa Sar? Siapa?" Tanya Naya memaksa saat mereka sedang menyantap batagor masing-masing.

Reta mengernyitkan dahi, "Lah? Apaan sih Nay?"

"Nggak tau tuh, Naya mah nggak jelas." Balas Sarah cuek.

"Ish! Sarah mah pelit!" Naya berdecak kesal.

"Kenapa sih emang?" Kali ini Reta mulai gusar.

"Ini nih, si Sarah nggak mau ngasih tau siapa cowok yang tadi di jam pertama deket banget sama dia, kan jarang-jarang ada cowok yang deket sama Sarah. Bahkan kayanya bisa dibilang 'nggak ada' deh cowok yang bisa deket sama dia." Tutur Naya sedikit kesal. Naya mengutip kata 'nggak ada' dengan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya.

MarshmelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang